Cara penularan virus Marburg mungkin untuk sebagian besar masyarakat belum memahaminya. Bahkan, istilah “Marburg” masih terasa asing di kalangan masyarakat Indonesia.
Belum lama ini, Ghana mengkonfirmasi adanya kasus pertama dari virus Marburg setelah dua orang dinyatakan meninggal akibat positif terkena virus tersebut. Lantas apa dan seberapa bahayanya serangan dari virus Marburg ini?
Baca Juga: Waspada Virus B117, Kenali Gejalanya Agar Tidak Terpapar
Mengetahui Cara Penularan Virus Marburg
Belum usai dengan kasus virus Covid-19, saat ini muncul lagi jenis virus yang tidak kalah ganas serta ditengarai dapat menyebabkan kematian. Virus yang bernama Marburg merupakan penyakit Demam Berdarah Marburg (MHF).
Kabarnya, virus ini cukup mirip dengan virus Ebola yang dapat menyebabkan kematian tingkat tinggi.
Meskipun kasusnya jarang terjadi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang bahaya dari virus Marburg.
Berdasarkan informasi, virus satu ini merupakan virus yang bisa menular dengan mudah. Selain itu, virus Marburg juga mampu membuat seseorang jatuh sakit dan merasakan gejala yang hampir mirip dengan demam berdarah.
Cara penularan virus Marburg bisa dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan darah, sekresi, atau cairan tubuh lainnya dari orang yang terinfeksi.
Apabila cairan yang terinfeksi menempel pada pakaian atau tempat tidur, kemudian menyentuhnya, hal ini dapat menjadi risiko paparan virus Marburg.
Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan virus Marburg. Sejauh ini perawatan suportif, mulai dari rehidrasi dengan cairan oral atau intravena serta pengobatan gejala khusus. Sehingga dapat meningkatkan kelangsungan hidup para penderitanya.
Baca Juga: Gejala Virus Nipah, Cara Penularan Melalui Babi dan Kelelawar
Cara Penularan dan Proses Infeksi
Sebelum memahami bagaimana cara penularan dari virus Marburg, penting untuk Anda mengetahui asal-usul dan gejala dari virus tersebut.
Virus MHF pertama kali muncul pada tahun 1967, menyebabkan terjadinya wabah di wilayah Marburg, Beograd, dan Frankfurt. Berdasarkan informasi dari WHO, virus Marburg masih berasal dari famili yang sama dengan virus Ebola.
Awalnya, virus ini disinyalir awal mulanya dari monyet Afrika dengan jenis green monkey. Selanjutnya, virus Marburg juga ditemukan pada jenis kelelawar buah, rousettus aegyptiacus.
Mengenai cara penularan, berasal dari kelelawar rousettus yang menyimpan virus Marburg di dalam liur, air seni, serta kotorannya.
Selanjutnya, ketika seseorang melakukan kontak secara langsung atau juga mengonsumsi buah yang telah terkontaminasi, maka orang tersebut bisa terinfeksi.
Setelah terinfeksi, virus Marburg ini dapat menular dari manusia ke manusia. Seseorang dapat terinfeksi virus ini melalui kontak langsung dengan darah, lendir, organ, atau cairan tubuh lainnya yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Selain itu, infeksi virus Marburg juga bisa menyebar melalui sentuhan permukaan yang telah terkontaminasi oleh cairan tubuh orang yang telah terinfeksi. Seperti pakaian atau tempat tidur.
Baca Juga: Virus Cacar Monyet Mewabah di Beberapa Negara, Kenali Lebih Jauh
Mudahnya cara penularan virus Marburg ini dapat menyebabkan banyak kasus dari petugas kesehatan yang ikut terinfeksi ketika merawat pasien penyakit Marburg, karena adanya kontak yang erat.
Sementara itu, masa inkubasi virus Marburg cukup bervariasi, tapi pada umumnya berkisar antara 2-21 hari. (R10/HR-Online)