Video dramatis erupsi anak Krakatau menjadi viral di media. Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda tersebut menarik perhatian warganet. Sayangnya kehebohan video yang menggambarkan erupsi gunung berapi dengan narasi bombastis.
Jika melihat secara detail memang memperlihatkan video yang tak biasa. Video yang kini viral tersebut ternyata bukan video kejadian baru.
Baca Juga: Presiden RI Jokowi; Warga Terpapar Omicron Bisa Sembuh Tanpa ke RS
Kebenaran Video Dramatis Erupsi Anak Krakatau yang Viral!
Hal ini menarik perhatian dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB menegaskan terkait video ini adalah erupsi Anak Krakatau pada tahun 2018 silam.
Video yang terlanjur viral tersebut merupakan rekaman dari personel TNI Angkatan Laut yang sedang bertugas. Saat itu personel TNI tersebut sedang melakukan survei batimetri pada 25 hingga 30 Desember 2018.
Kejadian tersebut usai terjadinya tsunami yang dipicu longsoran material gunung. Plt Kapusdatinkom BNPB mengatakan bahwa video ini bukan erupsi yang terjadi mulai hari Kamis hingga Jumat Kemarin.
Berkaitan dengan adanya video viral terkait Gunung Anak Krakatau, BNPB menghimbau masyarakat agar tidak menyebarkan video seakan-akan kejadiannya terjadi saat ini.
Setelah peristiwa viral video dramatis erupsi Anak Krakatau, sebaiknya semua tetap waspada dengan memperhatikan informasi dari instansi yang berwenang yakni Badan Geologi. Hal ini dapat diperoleh dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.
Baca Juga: Viral, Belum Jalani Swab, Ibu Ini Sudah Terima Hasil Positif Covid-19
Informasi Erupsi Gunung Anak Krakatau
Gunung ini mengalami erupsi sebanyak 9 kali. PVMBG telah memiliki data erupsi terjadi pada 09:43, 10:25, 10:28, 12:46, 13:00, 13.31, 13:41, 14:46 dan 17:07 WIB.
Erupsi ini memiliki tinggi kolom abu sekitar 800 hingga 1000 meter di atas puncak. Selain itu, warna kolom kelabu hitam tebal.
Menurut pemantauan visual PVMBG memiliki indikasi erupsi yang terjadi adalah tipe magmatik yakni sejalan dengan kegempaan vulkanik yang sudah terekam.
Kegempaan Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sejak 16 Januari hingga 4 Februari 2022. Hal ini dengan tanda terekamnya gempa-gempa vulkanik serta gempa permukaan yang mengindikasi adanya intrusi magma. Mulai dari bawah ke permukaan secara bertahap.
Muhari mengatakan bahwa dari data pemantauan secara visual dan instrumental telah mengindikasikan gunung tersebut memiliki potensi erupsi.
Pada saat yang sama, terjadi gempa di Banten. Menurut berita yang beredar, kegempaan tersebut berhubungan dengan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
Namun setelah ditelusuri, gempa yang terjadi di Banten tidak ada kaitannya dengan aktivitas Anak Krakatau. Murni gempa tektonik.
Baca Juga: Polisi Tabrak Penjambret Hingga Videonya Viral, Berikut Ini Identitasnya!
Potensi bahaya dari aktivitas Anak Krakatau dapat berupa lontaran lava pijar, aliran lava, dan material piroklastik. Terlebih hujan abu lebat secara umum memiliki potensi di sekitar kawah dalam radius 2 km di kawah aktif.
Hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area lebih luas lagi. Semua tergantung dari arah dan kecepatan angin.
Video dramatis erupsi ini terlanjur viral dan kebenarannya adalah video Anak Krakatau tahun 2018 silam. (R10/HR-Online)