Sejumlah turis mancanegara saat berkunjung ke Kabupaten Pangandaran. Foto: Asep Kartiwa/HR
Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Bulan Juli adalah saatnya panen untuk para pemandu Wisata. Sebab Turis mancanegara terutama dari Eropa biasanya mengunjungi Pangandaran pada bulan Juni, Juli, Agustus hingga September.
Di Eropa, bulan-bulan tersebut merupakan bulan liburan, baik bagi pekerja maupun pelajar/ siswa. Namun saat ini turis Asing yang datang ke Pangandaran tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.
Yadi (40), Guide HPI Pangandaran, ketika ditemui HR, Senin (13/7/2014), mengatakan, grup wisatawan yang datang ke Pangandaran berkurang. Menurut dia, di Bulan Juli ini hanya ada 4 grup yang datang berkunjung.
Padahal, Kata Yudi, tahun lalu, di Bulan Juli, grup wisatawan yang datang mencapai 12 grup. Curah hujan yang tinggi di bulan ini juga menjadi salah satu faktor kendala aktifitas guiding (memandu).
Selain berkurangnya group turis yang datang , Yadi mengaku mendapat kesulitan untuk menjual aktifitas tour. Alsanya karena Green Canyon, Citumang, Rafting Santirah, Curug Bojong dan wisata air lainnya ditutup akibat banjir.
“Namun untuk melakukan tour, team kita tidak kehabisan akal. Para turis diajak untuk berkeliling dengan becak ke kampung sekitar Pangandaran,” katanya.
Menurut pengakuan Turis asal Belanda, Hans (50), dia merasa senang telah melakukan tour ke kampung dengan menggunakan becak. Dengan iti, dia bisa lebih dekat melihat budaya dan kehidupan asli orang Indonesia.
Tempat pembuatan krupuk, tempe, gula jawa, wayang golek dan aktivitas kehidupan warga masyarakat menjadi objek kunjungan wisata tim ini. Tak jarang mereka juga mengunjungi sekolah dasar, sekedar ingin berbincang dengan guru dan murid-murid.
“Saya senang kalau membawa turis ke kampung untuk tour. Suka ada uang tipnya,” ucap Trimo (48), pengayuh becak “Kampung Tour”.
Senada dengan itu, Opik, Reseptionis sebuah hotel di Pangandaran, mengaku, group turis mancanegara yang berkunjung ke Pangandaran dan menginap di hotel tempatnya bekerja, tidak sebanyak tahun lalu. (askar/Koran-HR)