Tuhan ciptakan alam semesta sangat sempurna dan tidak sedikitpun kekurangan. Semuanya penuh dengan keseimbangan dan senantiasa berpasangan antara satu dengan lainnya, serta sangat erat kaitannya.
Merupakan sebuah anugerah bagi Kota Banjar yang secara geografis dan topografis ada pada posisi ideal, seimbang dan mempunyai potensi sangat mendukung tergadap kelangsungan kehidupan masyarakatnya.
Secara geografis, Banjar berada di Provinsi Jawa Barat paling Timur, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, pada posisi tata letak pulau Jawa, Banjar terletak di bagian Selatan pulau Jawa, serta dilewati jalan nasional maupun provinsi yang mempunyai akses mobilitas tinggi.
Kemudian, secara topografis, Kota Banjar berada pada dataran rendah dan masuk mulai pada dataran berbukit bergelombang, sehingga keadaannya tidak menjadi kawasan lahan yang mempunyai potensi berbahaya bagi kondisi bencana.
Jika dilihat dari topografis dan bentukan lahan yang ada di wilayah Kota Banjar, termasuk pada kategori lahan yang mempunyai kesuburan tanah cukup baik, dan berpotensi untuk kegiatan usaha pembangunan pertanian serta mempunyai fungsi lahan yang produktif, baik pada lahan basah atau kering.
Potensi Agribisnis
Secara administratif, pada saat Banjar masih berstatus kota administratif (kotif), terdiri dari 4 kecamatan (Pataruman, Banjar, Purwaharja, Langensari), dan 22 desa, dengan luas wilayah 114,32 km2, serta jumlah penduduk sebanyak 153.871 jiwa (sensus tahun 2000).
Sebagian besar wilayahnya digunakan untuk sektor pertanian, termasuk kehutanan di Kec. Purwaharja. Sehingga, mata pencaharian masyarakatnya pun sebagian besar mengandalkan dari sektor pertanian. Selain padi dan jagung, komoditas holtikultura, perkebunan, perikanan dan peternakan, banyak dikembangkan para petani di Kotif Banjar.
Mengamati karakter wilayah dan tata guna lahan di setiap kecamatan, maka tampak sekali bahwa secara alami masing-masing wilayah mensuplai komoditi spesifik yang mendukung berjalannya agribisnis.
Langensari dan Pataruman memiliki areal pesawahan irigasi teknis maupun non teknis. Luas lahan sawah di Langensari tercatat seluas 3.842,34 ha, dengan produksi sebesar 38.483,5 ton/tahun. Sedangkan Pataruman memiliki areal sawah seluas 767,81 ha, dengan produksi 6.942,44 ton/tahun.
Kedua wilayah tersebut sangat layak untuk dijadikan sebagai lumbung pangannya Kota Banjar. Karena, luas areal sawahnya meliputi 81,83%, dan memasok 82,87% produksi padi di Kota Banjar.
Berdasarkan analisa kecakupan pangan, maka Kota Banjar termasuk daerah surplus. Dengan asumsi konsumsi beras perkapita sebesar 135 kg, sehingga kebutuhan beras bagi masyarakat sebanyak 20.773 ton/tahun.
Selain padi, komoditas pangan lainnya tercatat produksi jagung sebesar 436 ton/tahun, kedelai 255,74 ton/tahun, dan ubi kayu 98 ton/tahun. Sedangkan untuk komoditas holtikultura, khususnya buah-buahan, lebih banyak terdapat di Kec. Pataruman, yaitu dengan komoditas unggulannya Rambutan Batulawang. Tercatat sebesar 1.508 ton/tahun, atau senilai lebih dari Rp4,5 milyar/tahun.
Komoditas unggulan lainnya adalah pisang, dengan produksi 13.306 ton/tahun, atau senilai lebih dari Rp6,6 milyar/tahun.
Lebih dari 6,7 Milyar per bulan
Secara umum, terdapat 21 komoditi yang dapat dijadikan unggulan daerah, yakni mangga, duku, rambutan, pisang, mentimun, waluh, kacang hijau, kacang panjang, kacang tanah, jagung, padi, kedelai, gurame, mas, kelapa, ayam buras, ayam ras, itik, sapi, kerbau dan kambing.
Dari jumlah tersebut, terdapat 6 komoditi yang masing-masing memiliki nilai produksi lebih dari Rp1 milyar/tahun, yakni rambutan (Rp4,522 M), pisang (Rp6,653 M), padi (Rp54,816 M), kelapa (Rp6,837 M), ayam buras (Rp2,422 M) dan ayam ras (Rp1,019 M).
Berdasarkan asumsi harga terendah yang berlaku di Pasar Banjar, dikalikan dengan jumlah produksi masing-masing komoditi yang diusahakan para petani, maka diperoleh nilai produksi lebih dari Rp81,321 milyar/tahun, atau rata-rata sebesar Rp6,776 milyar/bulan. Sebuah angka yang mungkin membuat kita ragu atau samasekali tidak pernah kita perhatikan.
Banyak yang masih berpendapat bahwa agribisnis hanya sebatas pertanian onfarm. Padahal, agribisnis adalah aktivitas yang saling berkaitan dari hulu sampai hilir, mulai dari penyediaan sarana produksi hingga pengolahan dan pemasarannya. Sehingga, kegiatannya tidak sebatas onfarm (budidaya), tapi juga offarm (agroindustri).
Menurut Asno Sutarno, SP, MP, kalau melihat dari sisi potensi tersebut, tepat sekali bagi Pemerintah Kota Banjar yang mempunyai visi bahwa Kota Banjar menjadi Kota Agropolitan termaju di Priangan Timur tahun 2013.
Untuk saat ini, dilihat dari hasil pendataan tahun 2010, jumlah penduduk di Kota Banjar mencapai 184.292 jiwa (BPS Kota Banjar). Dan penggunaan lahan pesawahan seluas 3.134 ha, kemudian ladang, kebun dan tegalan luasnya mencapai 3.249 ha, serta kolam seluas 302 ha.
Dari luasan tersebut akan terlihat rata-rata produksi per tahun dari setiap komoditi, misalnya produksi gabah 37.568 ton atau 24.419 ton beras. Sedangkan, produksi komoditi lainnya berjumlah 13.770 ton (talas, singkong, ubi, ganyong, gatot, dll).
Kalau dilihat dari sisi produksi dan kebutuhan karbohidrat dengan asumsi 70 kg beras/tahun/jiwa, berarti kebutuhan konsumsi hanya 7.896 ton. Jadi selebihnya menjadi surplus di luar konsumsi dan dapat dialihkan kepada cadangan pangan, tabungan petani/produsen.
Jadi, arah pencapaian pada tahun 2013, pada saat ini masih ada waktu untuk menyiapkan fase ke II, yaitu sarana-sarana pengolahan hasil, dan peningkatan kemampuan para pelaku pertanian yang harus dibekali dengan keterampilan pada sisi managerial.
Karena, secara umum total produksi pertanian sudah menunjukkan cukup baik untuk tingkat Kota Banjar. Permasalahan yang ada saat ini, bagaimana caranya agar semua kembali ke komitmen awal, untuk mendukung program-program menuju satu harapan, yaitu Banjar menjadi kota perdagangan, jasa, pertanian, dan kegiatan industri yang aktifitasnya pada pengolahan hasil pertanian.