Ledakan bintang Supernova Requiem diprediksi oleh para astronom terjadi pada tahun 2037. Pengungkapan ini menggunakan analisis data dengan gabungan beberapa kejadian dan pengamatan.
Peristiwa yang tidak akan berpengaruh terhadap kelangsungan para penduduk Bumi ini sedang dalam penelitian. Bahkan peristiwa ini tidak akan bisa kita saksikan dengan mata telanjang tanpa alat apapun.
Namun dengan kemungkinan hasil beberapa data analisa akan menunjukkan kemungkinan hal ini terulang kembali. NASA dan Tech Explorist melansir bahwa penelitian ini terdapat kemungkinan plus dan minusnya.
Namun sebuah Jurnal Nature Astronomy telah dipublikasikan pada beberapa hari yang lalu. Tepatnya 13 September 2021 mengenai laporan ini. Judulnya A Gravitationally lensed supernova with a observable two-decade time delay.
Baca Juga: SpaceX Cargo Dragon NASA Berhasil Meluncur Dari Stasiun Antariksa
Peristiwa Ledakan Bintang Supernova Requiem Tahun 2037
Requiem merupakan kepanjangan dari Resolved Magnified Galaxies. Penemuan ledakan ini awalnya tidak secara sengaja, karena mulanya seorang astronom bernama Gabe Brammer berasal dari Universitas Kopenhagen, Denmark.
Ia sedang melakukan penelitian galaksi jauh dan secara tidak sengaja menemukannya. Terlihat dalam Teleskop Luar Angkasa Hubble dan menggabungkan beberapa analisis sebelumnya.
Ini merupakan hasil dari ledakan bintang sekitar 10 miliar tahun cahaya jauhnya. Fenomena ini pernah terlihat tiga kali pada tahun 2016 dan 2019 berlokasi di observatorium luar angkasa legendaris.
Termasuk dalam kasus kluster galaksi raksasa yang mereka sebut sebagai MACS J0138.0-2155. Fungsinya sebagai kaca pembesar dengan tiga foto berbeda dan tiga jalur berbeda untuk cahaya supernova tersebut.
Maka dari sinilah, prediksi ini muncul secara analisa lengkap. Dengan pemodelan komputer yang merupakan distribusi materi cluster pada empat miliar tahun cahaya Bumi. Hal ini jadi prediksi terkait ledakan bintang Supernova Requiem.
Baca Juga: Pesawat Antariksa New Horizons, Tempuh Jarak Hampir 5 Miliar Mil
Analisa Penundaan Waktu
Ledakan bintang Supernova Requiem kabarnya akan mengalami penundaan waktu hingga dua dekade. Hal ini terungkap dari tayangan ulang peristiwa dan pengukuran waktu tunda dari keempat gambar.
Dari inilah petunjuk mengenai jenis medan ruang melengkung harus disempurnakan model untuk memetakan cluster. Pengembangan peta materi gelap dari gugusan galaksi masif menjadi cara lain para astronom mengukur tingkat ekspansi alam semesta.
Selain itu, menjadi penyelidikan sifat energi gelap. Dari energi misterius yang melawan gravitasi menyebabkan kosmos mengembang pada tingkat lebih cepat dalam ledakan bintang Supernova Requiem.
Penundaan waktu yang cukup lama ini menjadi sangat berharga. Karena pada saat itulah, pengukuran akan menjadi waktu yang bisa dimanfaatkan untuk menganalisisnya.
Jika jalur independen tersebut sepenuhnya, maka bisa kita gunakan menghitung ekspansi alam semesta. Dengan ini pada masa depan bisa menjadi sampel besar yang membuat sebuah perhitungan presisi.
Harapan pada Masa Depan
Ledakan bintang Supernova Requiem memang kini belum bisa kita lihat dengan mata telanjang. Secara umum masyarakat tidak akan bisa menyaksikan fenomena alam yang satu ini.
Sehingga dalam 20 tahun nantinya ketika peluncuran Teleskop Luar Angkasa Nancy Grace Roman NASA. Hal ini merupakan operasi berlokasi Observatorium Vera C. Rubin.
Dengan menggunakan dua teleskop ini, harapannya semakin banyak yang bisa ikut menyaksikan fenomena ini. Ketika lusinan supernova yang terjadi semakin banyak lagi.
Teleskop Luar Angkasa James Webb milik NASA yang bisa jadi alat pendeteksi cahaya supernova ini. Perkiraan kedepannya pada tahun 2043 akan terjadi ledakan supernova ini, namun dengan cahaya yang semakin redup.
Proses Ledakan
Terkait ledakan bintang Supernova Requiem, sejak tahun 2016 dengan analisa penemuan sebuah titik kecil yang mereka kira adalah galaksi jauh yang berada lokasi belakang gugusan besar melewati lensa gravitasi.
Selanjutnya tahun yang sama terlihat tiga objek berwarna dua merah dan satu ungu. Dari ketiganya memiliki tingkat kecerahan yang berbeda-beda. Namun terlihat membuat busur dalam sekitar cluster tersebut.
Sedangkan tahun 2019 terlihat gambar seperti bola lampu yang mati. Prosesnya selama puluhan detik dengan kilatan cahaya yang terang lalu memudar secara cepat dan menghilang. Proses ini selama 1 tahun dan benar hilang.
Data menyebutkan bahwa titik terang tersebut dikelilingi noda berdebu. Hal ini kabarnya merupakan galaksi induk supernova. Dari gravitasi yang membelok dan mendistorsi cahaya.
Ledakan bintang Supernova Requiem jadi hal menarik. Karena proses ledakan yang mengalami penundaan dan prediksinya pada dekade mendatang. Akankah semua menjadi kenyataan? (R10/HR Online)