Perusahaan properti Evergrande mengalami penurunan terkait peringkat kredit yang kedua dalam dua hari belakangan.
Bahkan harga sejumlah obligasi yang Evergrande Group terbitkan akhir-akhir ini mengalami penurunan cukup tajam.
Sebelumnya, pihak Bursa Saham China sampai menghentikan perdagangan obligasi dari Evergrande yang tengah terlilit hutang tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, pihak Shanghai Stock Exchange menyatakan sementara waktu menangguhkan perdagangan terkait obligasi.
Bursa juga sudah menangguhkan perdagangan obligasi pada perusahaan properti Evergrande beberapa waktu sebelumnya.
Sejarah Berdirinya Perusahaan Properti Evergrande
Sedang terancam akan bangkrut, banyak pihak penasaran dengan perusahaan properti Evergrande tersebut.
Bernama China Evergrande Group merupakan perusahaan investasi, pengelolaan sekaligus properti terbesar kedua di kawasan China.
Hal tersebut berdasarkan tingkat penjualannya saat itu.
Korporasi yang berbasis di kawasan Provinsi Guangdong tersebut menjadi salah satu perusahaan terkaya berdasarkan Fortune Global 500.
Perusahaan China Evergrande masuk dalam jajaran tersebut sejak tahun 2016 silam.
Untuk tahun 2020 lalu, Evergrande menempati peringkat ke 152 di dunia, dengan total pendapatan hingga 69,12 miliar dolar AS.
Pendapatan itu berubah sekitar 1,9 persen dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 70,47 miliar dolar AS.
Keuangan perusahaan China Evergrande relatif kurang sehat pada tahun 2020 lalu.
Sebab keuntungannya harus merosot sebesar 55,7 persen dari semula 5,65 miliar dolar jadi sekitar 2,50 miliar dolar saja.
Awalnya China Evergrande Group berdiri dengan nama Hengda Group pada tahun 1996 silam oleh Xu Jiayin.
Operasi mulanya bergerak dalam segmen energy terbarukan, bisnis real estate, turisme, kesehatan juga sebagainya.
Lebih jauh, di bulan Oktober tahun 2009 silam perusahaan berhasil mengumpulkan hingga 722 juta dolar AS dalam IPO Hong Kong.
Korporasi tersebut juga memiliki merek air mineral tersendiri dengan nama Evergrande Spring.
Dalam beberapa tahun belakangan, pengembang properti seperti Evergrande serta Dalian Wanda sudah terjun pada bisnis alternative.
Misalnya saja Evergrande sudah berkembang jadi panel surya, agribisnis, peternakan babi sekaligus susu formula.
Berikutnya pada tahun 2016 lalu, pendiri sekaligus ketua perusahaan properti Evergrande yakni Xu Jiayin menjadi orang terkaya kedelapan di China.
Perusahaan Evergrande Yang Terancam Segera Bangkrut?
Sementara itu tingkat penurunan kredit kedua yang perusahaan properti Evergrande alami menimbulkan kekhawatiran.
Kekhawatiran tersebut berupa perusahaan dengan hutang tertinggi di dunia tersebut akan gagal membayarnya.
Hal ini mendorong nilai sahamnya jadi jatuh di bawah harga kala mencatatkan saham atau listing di tahun 2009 silam.
Perusahaan listing dalam bursa Hong Kong tersebut melaporkan sudah mempunyai tumpukan kewajiban senilai US$ 300 miliar lebih.
Berdasarkan laporan, perusahaan sudah bertahun-tahun meminjam untuk mendanai pertumbuhan cepat bidang real estate.
Mereka juga mendanai akuisisi sebah tim sepak bola yang ada di kawasan Tiongkok.
Dalam beberapa tahun belakangan, kabarnya perusahaan sedang berjuang melunasi banyak hutangnya.
Akan tetapi tindakan tegas yang berasal dari pemerintah Tiongkok semakin mempersulit perusahaan.
Tindakan tegas tersebut terhadap perusahaan di sektor properti termasuk Evergrande.
Sehingga perusahaan sulit mengumpulkan pundi uang tunai dan memicu kekhawatiran terancam bangkrut.
Banyak analisis memberikan peringatan kalau peristiwa semacam itu bisa berdampak cukup serius terhadap negara Tiongkok.
Pasalnya perusahaan dengan klaim sudah mempekerjakan 200 ribu orang secara tak langsung menciptakan 3,8 juta lapangan kerja menimbulkan dampak buruk.
Dampak buruknya yaitu terancam bangkrut dan menyebabkan ratusan perusahaan bisa kehabisan uang.
Kekhawatiran tersebut kian para di hari Rabu lalu, saat lembaga pemeringkat internasional memangkas peringkat perusahaan Evergrande jadi CC.
Perubahan peringkat menjadi CC mengartikan terdapat kemungkinan gagal dalam pembayaran atau default.
Pengumuman itu terjadi satu hari setelah pihak Moody’s memangkas pula peringkat milik perusahaan Evergrande.
Yang mana kemungkinan terjadi yaitu gagal bayar atau hampir saja mengalami kegagalan untuk pembayaran.
Sementara pihak Goldman Sachs sudah memangkas kepemilikan saham yang awalnya netral berubah menjadi jual.
Berita itu membuat saham perusahaan properti Evergrande jatuh hingga level 3% lebih menjadi level HK$ 3,46.
Miliarder Tiongkok Xu Yang Tengah Berusaha Menyelamatkan Evergrande
Di sisi lain Xu Jiayin sekarang tengah berjuang menyelamatkan perusahaan properti Evergrande dari rawa hutang.
Xu Jiayin sendiri merupakan pengusaha pengembang bidang real estat terkemuka di Tiongkok yang ikut pertumbuhan pada ekonomi negara.
Pria 62 tahun ini terkenal sebagai Hui Ka Yan menurut bahasa Kanton yang sempat menjadi orang terkaya di kawasan Tiongkok.
Ia mempunyai barang dengan label mewah, kapal pesiar yang eksklusif serta memuji Partai Komunis.
Jiayin juga mengemudikan ekonomi guna kepemilikan rumah.
Tetapi Evergrande merosot di bawah hutang senilai ratusan miliar dolar banyaknya.
Karena kekhawatiran terjadi keruntuhan yang dapat mengganggu ekonomi paling besar kedua dunia tersebut.
Pihak analisis berkata pengembang properti Tiongkok serta kreditur mereka sepertinya mendekat dengan perhitungan.
Mereka juga memperkirakan Evergrande hampir runtuh bersama kerugian besar yang membayangi banyak bank, para pembeli rumah juga pemegang obligasi.
Jumlah kewajiban Evergrande sudah membengkak jadi sebesar 1,97 triliun yuan atau setara US$ 305 miliar.
Evergrande mulai mengalami kegoyahan di bawah tiga garis merah baru untuk para pengembang dalam tindakan keras pihak pemerintah Agustus 2020.
Aturan baru tersebut memaksa grup Evergrande membongkar properti dengan diskon yang kian besar.
Pendakian Xu menjadi cerminan Tiongkok meroket dari warga yang rata-rata dari pedesaan dan miskin jadi raksasa ekonomi seperti saat ini.
Tetapi kini nilai perusahaan properti Evergrande menjadi turun dan kehilangan US$ 14,5 miliar awal tahun ini sebab valuasinya yang anjlok.
Resiko Gagal Bayar Perusahaan Evergrande Yang Kian Menguat
Pihak perusahaan properti Evergrande memperingatkan terdapat resiko gagal bayar kalau tak mendapat pendanaan baru.
Fakta tersebut ikut memunculkan kekhawatiran antara pemegang saham serta para investor obligasi di dunia.
Perwakilan perusahaan menyebut grup Evergrande mempunyai resiko gagal bayar terkait pinjaman serta kasus litigasi di luar bisnis normalnya.
Sehingga mereka menyarankan pemegang saham serta calon investor berhati-hati kala bertransaksi dalam sekuritas group.
Guna mencari dana baru, pihak perusahaan sedang menjajaki penjualan di bidang kendaraan listrik serta unit layanan properti yang sudah terdaftar.
Pihak Evergrande juga berusaha pada aset lainnya serta mengusahakan untuk mendatangkan investor baru sekaligus memperbarui terhadap pinjaman.
Namun guna memulihkan bidang likuiditas dalam perusahaan tentunya tidak mudah.
Keberadaan potongan harga guna segera membongkar apartemen menciptakan potensi pemangkasan margin.
Bahkan laba bersih perusahaan Evergrande turun sebesar 29% jadi 10,5 miliar yuan atau Us$ 1,6 miliar pada paruh pertama 2021.
Hal tersebut jadi tantangan tersendiri bagi pendiri Evergrande yakni Hui Ka Yan guna mengurangi utang grup dan mempertahankan tingkat profitabilitas.
Obligasi Evergrande pun merosot jadi posisi terendah baru sebab kepercayaan para investor pada kemampuannya membayar utang terus mengalami pengikisan.
Profitabilitas perusahaan juga masuk pada posisi terendah karena mereka sangat agresif melakukan pemotongan harga serta promosi.
Mengantisipasi tingkat resiko lebih besar, banyak investor menjual saham milik perusahaan properti Evergrande.