Sejarah Tan Malaka mencatat, terdapat seorang komunis tulen yang berasal dari Sumatera Barat yang pernah menjadi buron dan sulit ditemukan. Tidak lain orang tersebut bernama Sutan Ibrahim Gelar Datuk Sutan Malaka, atau kini akrab dengan panggilan Tan Malaka.
Seorang tokoh komunis sejati yang lahir di Nagari Pandam Gadang, Sumatera Utara, pada 2 Juni 1897, ternyata pernah menjadi buronan internasional. Sebab, karena eksistensinya dalam komunis internasional.
Di balik keberaniannya, ia sekarang terkenang sebagai salah satu tokoh pergerakan yang namanya masih belum bisa disejajarkan dengan tokoh nasionalis lain.
Padahal, jika kita lihat sepak terjun yang sesungguhnya dalam perpolitikan di Indonesia saat itu, tak kalah pentingnya dengan tokoh-tokoh bangsa, seperti Sukarno, Hatta, Syahiri, H. Agus Salim, dan lain sebagainya.
Artikel ini, akan menjelaskan beberapa fakta baru yang jarang terpublikasi pada masa sekarang.
Adapun tulisan ini sudah terbukti dalam penelitian Harry A Poeze dalam buku berjudul “Madiun 1948 : PKI Bergerak” yang terbit 2011 silam.
Baca juga: Sejarah G30 S, Pemberantasan PKI di Banyuwangi yang Berakhir Tragis
Ragam Fakta Terbaru dari Sejarah Tan Malaka
Sejarah merupakan ilmu yang dinamis, artinya tidak ada suatu kebenaran yang mutlak bagi sejarah itu sendiri.
Apabila penelitian lain menunjukkan adanya penemuan baru yang cenderung berbeda, maka ini sah untuk menentukan jalan kebenaran terbaru dari sejarah tersebut.
Berikut adalah hasil penelitian yang menemukan ragam fakta terbaru dari Tan Malaka berdasarkan sejarawan Harry A Poeze yang terbit pada tahun 2011.
Baca juga: Sejarah Pemberontakan PKI Madiun, Tragedi Berdarah Penuh Trauma
Perilaku dan Sepak Terjangnya dalam Pergerakan Komunis Internasional
Pria dengan perawakan tinggi kecil ini ternyata memiliki sepak terjang yang luas bagi pergerakan komunis Internasional.
Sejarah Tan Malaka mencatat, ia memiliki peran yang penting dalam pergerakan komunis tidak saja untuk Indonesia, melainkan beberapa negara tetangga.
Datuk asal Sumatera Barat ini tercatat penah menjadi wakil komunis Internasional untuk wilayah di seluruh Asia Tenggara.
Namun, karena pemikirannya yang cenderung berbeda dari orang komunis di Soviet saat itu, ia menjadi satu tokoh yang membahayakan.
Terlebih ketika tahun 1926-1927, kelompok komunis di Hindia Belanda memberontak untuk pertama kalinya.
Atas peristiwa ini ia berhenti dari jabatan pentingnya di komintern (singkatan; komunis internasional)
Baca juga: Serikat Indonesia Baru, Manuver PKI Kuasai Indonesia Saat Jepang Kalah
Pernah Buron dan Menyamar dari Polisi Rahasia Komintern
Sebagaimana orang yang tidak suka dalam kelompok tertentu, karena memiliki jalan pikiran yang berbeda, pria yang kerap memakai topi kompeni ini mulai buron dari komintern.
Perbedaan pikiran dengan komunis Internasional adalah salah satu penyebab mengapa ia menjadi buronan.
Tak hanya itu, komintern menduga bahwa orang Sumatera Barat yang cerdik ini sudah mempersiapkan langkah lain.
Hal ini guna memperoleh kedudukan yang lebih tinggi dari Komintern.
Hal ini terjadi karena, adanya perbedaan yang tercipta dari pemikiran maju Tan Malaka, dan relatif membahayakan munculnya gerakan-gerakan yang lebih gegabah, seperti pemberontakan PKI 1926-1927 di Hindia Belanda.
Karena Komintern masih menguasai koneksi dengan berbagai cabang kepartaian di seluruh dunia, salah satu negara yang pada saat itu ikut andil dalam pencarian ini adalah polisi rahasia China.
Mencegah Pemberontakan PKI 1926 – 1927
Sebagaimana yang tertulis dalam sejarah Tan Malaka, ternyata banyak orang belum paham dan menyadari bagaimana fakta baru ini.
Sosok intelektual yang sederhana dan terampil ini, ternyata pernah mencegah pemberontakan PKI 1926-1927 yang terjadi di Hindia Belanda.
Hal ini seperti catatan Harry A Poeze dalam penelitian yang kemudian terbit menjadi buku berjudul, “Madiun 1948 : PKI Bergerak”, (2011: 2).
Harry mengatakan, ketika komunis terdesak oleh tekanan Belanda, para organisatoris PKI, khususnya Tan Malaka, mengirim surat agar tidak terjadi pemberontakan.
Menurutnya, pemberontakan hanya akan membuat kacau semua rencana ke depan, apalagi persiapannya belum matang, dan yang pasti akan berisiko kalah.
Surat itu sampai pada Alimin pada tahun 1926, dan pemberontakan sudah terlanjur berjalan dan akhirnya prediksi sang petualang sejati itu pun benar.
PKI Menjadi Kelompok yang Terlarang
Sejarah Tan Malaka menyebut, semenjak peristiwa pemberontakan PKI tahun 1926-1927 yang gagal, akhirnya pemerintah Hindia Belanda menyatakan pelarangan terhadap kelompok berbahaya tersebut.
Ketetapan resmi yang keluar dari pemerintah kolonial saat itu antara lain terbit pada tahun 1927.
Adapun hukuman bagi pelanggar yang tetap saja bersikukuh menggerakkan kelompok ini akan mendapatkan pengasingan ke Digul dan pulau Buru.
Hal ini sama seperti para pelaku pemberontakan yang masih hidup, hingga berakhirnya pemerintah kolonial, banyak di antara mereka yang diasingkan ke pulau – pulau tersebut.
Para Pentolan PKI 1927 Lari ke Moskow
Dalam beberapa risalah sejarah Tan Malaka mengungkapkan bahwa, banyak para pentolan PKI yang selamat dari kejaran Belanda memilih lari ke Moskow.
Hal ini terjadi demi menghindari mati dan lemahnya partai komunis di Hindia Belanda. Sebab jika para petinggi kelompok selamat dari kejaran Belanda, ada kemungkinan partai ini berdiri kembali.
Nah inilah fakta terbaru yang menarik untuk diperhatikan dari sejarah Tan Malaka. Ternyata selain menjadi pemimpin Komunis se Asia Tenggara, beliau juga seorang tokoh intelektual yang hebat. (Erik/R6/HR-Online)