Sejarah partai Insulinde belum pernah diulas dalam berbagai penulisan sejarah Indonesia. Partai politik yang berani ini, ternyata pernah populer di Surakarta pada tahun 1919.
Semenjak sejarawan asing meneliti partai ini, ternyata banyak beberapa penemuan baru mengejutkan yang tentu belum terpublikasi.
Selain pernah menjadi parpol era kolonial yang populer, Insulinde juga ternyata pernah memiliki pergerakan yang tak kalah hebat dengan partai-partai yang ada sebelumnya.
Fakta Menarik dari Sejarah Partai Insulinde Surakarta Tahun 1919
Sebagaimana organisasi perjuangan yang ada pada zaman kompeni, perkumpulan politik ini pernah menjadi motivator bagi generasi pejuang kemerdekaan.Bbeberapa contoh pergerakan yang populer karena Insulinde, antara lain seperti di bawah ini:
Pernah Memiliki Jumlah Anggota yang Fantastis
Partai dengan bendera merah mencolok tanda berani ini, pada zamannya ternyata pernah memiliki jumlah anggota yang begitu fantastis.
Betapa tidak mengejutkan, pemangku politik yang eksis di Surakarta ini pernah memiliki jumlah anggota sebanyak sepuluh ribu jiwa dari tahun 1918-1920.
Baca Juga: Ismail Marzuki, Pencipta Halo-halo Bandung yang Memikat Istri dengan Lagu
Sejarawan politik, Takashi Shiraishi menyebut bahwa ini merupakan sebuah fenomena yang langka dalam rekam sejarah politik Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Sebab berdasarkan temuan dari penelitian ini, ia mengungkapkan jika tinggi popularitas partai perkasa tersebut, disebabkan oleh prestasi memobilisasi massa yang kuat, terutama dari kalangan petani dan buruh.
Golongan masyarakat agraris dan semi industri di kota Sultan itu, rupanya telah ikut mewarnai ragam corak dalam sejarah Insulinde dari waktu ke waktu.
Memprovokasi Buruh dan Petani
Sebagaimana telah terungkap dalam catatan sejarah Indonesia, ternyata golongan masyarakat agraris dan industri memiliki karakter yang cenderung bersumbu pendek.
Fenomena menarik ini, sebagaimana bisa terlihat saat partai kenamaan yang sedang melangit itu, mencoba memprovokasi massa dengan cara-cara yang relatif strategis.
Sejarah partai Insulinde mencatat, partai papan atas masa kolonial ini pernah melakukan sebuah aksi provokasi pada buruh dan petani.
Tak segan, terkadang aksi provokatif ini diwarnai dengan kekerasan, pengrusakan, hingga pemogokan.
Tak heran maka, partai penerus Indische Partij ini menjadi populer di golongan masyarakat sumbu pendek, seperti Klaten, Solo dan Surakarta.
Memicu Bangkit Radikalisme Massa
Dari terjadinya aksi bakar semangat massa yang dilakukan pada tahun 1919, partai elit Jawa ini terduga menjadi sarang lahirnya radikalisme massa.
Pemerintah kolonial menemukan jejak adanya pembentukan aksi kekerasan yang ditenggarai oleh oknum-oknum bumi putera dalam perkumpulan politik radikal.
Baca Juga: Karakter Unik Raja Jawa tahun 1800-an, Senang Bagi-bagi Jabatan
Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam sejarah partai Insulinde yang tertulis dalam buku Takashi Shiraisi berjudul “Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926”, pada tahun 1997.
Tak jarang, pemerintah Hindia Belanda mengadakan aksi razia politik guna mengamankan kepentingan pemerintahan yang saat itu sedang berada di ambang kekhawatiran.
Populer Karena Figur H. Misbach, dan Dr. Cipto Mangunkusumo
Perkumpulan intelektual radikal era Belanda ini populer karena pengaruh oleh dua tokoh penting dalam catatan sejarah Indonesia.
Mereka berdua antara lain adalah, H. Misbach dan Dr. Cipto Mangunkusumo. Dua orang ini merupakan pelopor gerakan radikal yang paling terkenal pemberani dan cerdas.
Baca juga: Gaya Hidup Masyarakat Indis Tahun 1800, Meniru Budaya Jawa
Maka tak ayal pergerakan partai penerus Ki Hadjar Dewantara ini, menjadi populer karena dua tokoh seperti Misbach dan Cipto yang berada dalam lingkaran orientasi perjuangan.
Beberapa prestasi yang tercapai oleh tokoh-tokoh kondang ini misalnya, berhasil memicu terjadinya pemberontakan buruh pabrik di Yogyakarta. Selain itu, ada juga beberapa aksi pemogokan yang berasal dari pentolan-pentolan Insulinde.
Mengalahkan Jumlah Anggota Syarikat Islam
Historiografi Indonesia mencatat bahwa kehadiran mereka di Surakarta, rupanya pernah mengalahkan partai terbesar se-Hindia Belanda bernama, Syarikat Islam (SI).
Peristiwa ini sebagaimana tergambar dalam buku Takashi Shiraishi “Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926”, (1997: 187).
Syarikat Islam tercatat pernah menjadi partai saingan dengan kelompok kondang yang berdiri atas pengaruh Cipto dan Misbach.
Sementara dua tokoh ini merupakan figur yang pernah bertentangan dengan Tjokroaminoto sebagai pemimpin SI.
Sudah bukan menjadi rahasia umum pada waktu itu, jika SI kalah dengan partai Hindia ini, sebab orientasi politik mereka lebih kuat ketimbang partai berwarna hijau tersebut.
Begitulah sejarah partai Insulinde sebagai kekayaan historiografi politik di Indonesia. Meskipun partai itu sekarang sudah tidak ada, setidaknya dengan membaca sejarah ini kita bisa mewarisi semangat perjuangan partai tersebut. (Erik/R7/HR-Online)