Berita Tasikmalaya, (harapanrakyat.com),– Warga yang ada Desa Cisempur Kecamatan Cibalong dan Desa Mandalahurip Kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat bisa bernapas lega setelah pembangunan jembatan gantung Cangkrung rampung, Minggu (8/8/2021).
Sebelum jembatan yang berada di Sungai Ciwulan tersebut dibangun, warga terbiasa menyeberangi sungai dengan menggunakan rakit.
Adalah Komunitas Methodist 90 Go Charity yang membantu warga Tasikmalaya dengan membangun jembatan gantung tersebut.
Dengan anggaran Rp 150 juta, jembatan gantung yang menghubungkan dua desa, yaitu Desa Cisempur Kecamatan Cibalong dan Desa Mandalahurip kecamatan Jatiwaras, Kabupaten Tasikmalaya tersebut akhirnya selesai dibangun.
Jembatan Gantung Cangkrung yang memiliki panjang 140 meter dan lebar 1,2 meter tersebut terbuat dari besi baja. Sementara hamparan bawah menggunakan kayu sehingga hanya bisa dilalui oleh 3 orang, dan satu sepeda motor secara bergantian.
Methodist 90 Go Charity Bangun Jembatan Gantung di Tasikmalaya
Ketua Komunitas Methodist 90 Go Charity Kadir Selamatan mengatakan, komunitasnya sudah berdiri sejak 2017.
“Pertama kali berdiri, komunitas kami ini bukan untuk membangun jembatan, tapi lebih ke arah baksos yang dilakukan seperti komunitas lainnya,” ungkapnya, Minggu (8/8/2021).
Komunitas Methodist 90 Go Charity pertama kali melakukan baksos di panti jompo Bekasi. “Tapi setelah kami review dan kami mendengarkan informasi terkait baksos-baksos yang sejenis kami memutuskan untuk menghentikan kegiatan tersebut. Lalu di satu rapat kami putuskan untuk membangun fasilitas umum,” jelasnya.
Project pertama komunitas Methodist 90 Go Charity dilakukan di Desa Suryabanglari. Saat itu mereka mengerjakan sebuah jembatan kecil sepanjang 16 meter dan membangun 4 tempat mandi cuci Kakus (MCK) sekaligus pengadaan air bersih.
“Sampai saat ini jembatan yang sudah dibangun ada 9, dan tadi yang ke-9 jembatan gantung di Desa Cisempur,” katanya.
Menurut Kadir, anggaran untuk membangun satu jembatan memakan biaya sekitar Rp 100 juta sampai Rp 150 juta.
“Termasuk yang di Desa Cisempur mencapai seratusan juta lebih. Kalau ditotalkan dari kesembilan jembatan yang sudah dibangun tersebut habis Rp 1,5 M,” kata Kadir
Kadir mengatakan, komunitasnya ingin berbuat sesuatu yang berbeda dengan komunitas lain. Karena itu mereka memilih membangun jembatan di berbagai wilayah di Indonesia.
“Kenapa kami memilih bangun jembatan, karena jembatan itu adalah salah satu penghubung jalan antara satu desa dengan desa lainnya. Jembatan juga bisa meningkatkan dari sisi ekonomi, serta memudahkan akses, misalnya ada ibu hamil yang perlu dibawa ke rumah sakit ataupun orang-orang sakit,” jelasnya.
Apabila ada masyarakat yang ingin membangun jembatan, kata Kadir, komunitasnya akan menyaring dan melakukan survei terlebih dahulu.
“Kami survei dulu dengan teliti untuk memastikan jembatan tersebut akan menghubungkan dua desa yang aktif. Terus juga melihat jumlah KK yang cukup banyak, dan apakah aksesnya vital. Kami juga tidak hanya sekedar ada yang butuh jembatan dan langsung di bangun, tapi dilihat apakah manfaatnya bisa dirasakan oleh masyarakat,” ujarnya.
Warga Sambut Pembangunan Jembatan Gantung dengan Suka Cita
Sementara itu, Kades Cisempur Didi Setiadi, mengucapkan terima kasih kepada Methodist 90 Go Charity dan Vertical Rescue Indonesia atas pembangunan jembatan gantung tersebut.
“Karena sangat membantu buat masyarakat yang kesehariannya bekerja petani bolak balik dari Desa Cisempur ke Desa Mandalahurip,” katanya.
Menurutnya, ada jalan lain tapi jaraknya jauh harus memutar sekitar 5 KM. Banyak masyrakat yang melintas terutama anak-anak yang akan sekolah.
“Tapi dengan adanya jembatan gantung ini sekarang anak sekolah akan lebih mudah dan cepat untuk sekolah ke desa Mandalahurip,” katanya.
Ali Lukmanudin seorang warga setempat mengaku sangat terbantu dengan adanya jembatan gantung tersebut.
“Buat kami ini menjadi solusi terutama bagi yang punya lahan pertanian dan para petani, karena harus bolak balik melintasi sungai, dengan adanya jembatan gantung ini sangat membantu sekali,” katanya.
Ali menambahkan, sebelum dibangun jembatan gantung ada dua opsi saat melintas di sungai Ciwulan untuk sampai desa lainnya dan sebaliknya.
“Dengan cara naik rakit dan melintasi jalan yang jalannya sangat jauh karena muter. Kalaupun ke depannya dibangun jembatan permanen tentu saja masyarakat sangat senang,” pungkasnya. (Apip/R7/HR-Online)
Editor: Ndu