Berita Ciamis, (harapanrakyat.com),- Warga Desa Banjarsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, keluhkan buruknya pelayanan Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) atau Puskesmas Banjarsari saat menangani pasien.
Dimana, pihak puskesmas terkesan semena-mena langsung begitu saja memasukan pasien ke ruang isolasi Covid-19, tanpa terlebih dahulu melakukan pengecekan tes antigen ataupun swab.
Seperti Tike Setiawati, warga Dusun Neglasari, Desa Banjarsari, Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, keluhkan akan buruknya pelayanan PKM Banjarsari.
Sebab, ia langsung begitu saja dimasukan ke ruang isolasi PKM Banjarsari. Padahal, Tike yang diantar oleh suaminya itu datang hanya untuk berobat saja.
Kronologis Warga Banjarsari Ciamis Keluhkan Pelayanan PKM
Nana Heryadi, suami Tike mengungkapkan, tujuan ia membawa istrinya ke Puskesmas Banjarsari, yaitu agar istrinya tersebut bisa mendapatkan infusan. Karena selama ini, istrinya mengidap penyakit lambung.
“Ketika istri sedang diperiksa di puskesmas, saya saat itu pulang dulu ke rumah. Namun saat kembali ke puskesmas, saya kaget. Kenapa istri saya dimasukan ke ruang isolasi?,” ungkapnya kepada HR Online, Sabtu (24/7/2021).
“Apalagi, saat saya hendak menghampiri istri tidak bisa. Karena ruangan isolasi tersebut kondisi pintunya sudah terkunci,” imbuhnya.
Lebih lanjut Nana mengatakan, yang menjadi kekhawatiran saat istrinya berada di ruang isolasi Covid-19 adalah takut terpapar oleh pasien.
“Sebab, itu kan ada pasien yang terpapar Covid-19. Bagaimana kalau istri saya jadi malah tertular Covid-19 dari pasien lain,” tukasnya.
Lebih-lebih yang membuatnya aneh, kenapa pihak puskesmas langsung memasukan istrinya ke ruang isolasi? Padahal hasil swab PCR atau antigennya belum keluar.
“Apakah istri saya ini positif atau tidak?” ujarnya.
Harus Bayar Biaya Isolasi
Karena takut istrinya terpapar Covid-19, maka ia pun langsung mengajak istrinya untuk pulang, setelah dua hari berada di ruang isolasi.
Akan tetapi, ketika akan membawa istrinya pulang, Nana terlebih dulu harus membayar uang perawatan sebesar Rp 540.000 oleh petugas pelayanan PKM. “Katanya sih buat biaya isolasi,” ucapnya.
Padahal, saat itu kondisi Nana juga sedang tidak ada uang. Namun ia tetap mengusahakan dengan cara pinjam ke teman, untuk membayar administrasi ke Puskesmas Banjarsari.
“Sementara untuk bukti kuitansi pembayaran perawatan sebesar Rp 540.000 masih ada di rumah,” katanya.
Lebih lanjut Nana menuturkan, setelah beberapa hari membawa pulang istrinya, ternyata hasil pemeriksaan swab baru keluar. Dan hasilnya menyatakan bahwa istrinya negatif Covid-19.
Dengan hasil tersebut, ia pun menyayangkan pelayanan kenapa pihak PKM atau puskesmas langsung memasukan pasien ke ruang isolasi sembarangan, tanpa mengecek kondisi sebenarnya dahulu.
“Terus terang saja, saya takutnya nanti pasien yang gejala awalnya tidak menunjukkan Covid-19, malah jadi terserang. Karena berada dalam satu ruangan dengan pasien bergelaja Corona. Dan ini pun harus menjadi catatan Pemkab Ciamis atas apa tindakan atau pelayanan yang PKM Banjarsari lakukan,” ucapnya.
Jawaban PKM Banjarsari
Sementara itu, Kepala Puskesmas Banjarsari, Emay Marlina, membantah tuduhan pelayanan PKM yang buruk, dengan sembarangan memasukan pasien ke ruang isolasi tanpa terlebih dulu mengecek pasien.
Ia menuturkan, dari catatannya, bahwa pasien tersebut sebelumnya sempat melakukan kontak erat dengan orang yang anosmia (hilang penciuman).
“Kami terlebih dulu telah lakukan penanganan. Bahwa saat pengecekan, pasien mengalami gejala sesak nafas. Setelah cek menggunakan oximeter, ternyata saturasinya turun,” tuturnya kepada HR Online, Sabtu (24/7/2021).
Melihat gejala pasien alami yang mengarah ke Covid-19, maka pihaknya memasukkannya ke ruang isolasi. “Dan setelah kondisinya bagus pun pasien sudah kami pulangkan,” katanya.
Sementara terkait dengan biaya isolasi, ia juga membantah. Emay menegaskan, bahwa Puskesmas Banjarsari tidak pernah melakukan pungutan biaya apapun, terlebih dalam penanganan Covid-19.
Bahkan, Emay pun menantang keluarga pasien, untuk membuktikan jika memang ada pungutan biaya perawatan selama berada di ruang isolasi.
“Jika memang ada pungutan biaya, coba mana ada tidak kuitansinya. Mana! Silahkan bawa ke sini. Saya ingin melihatnya secara langsung. Karena saya selalu menekankan kepada seluruh staf pegawai di sini untuk tidak meminta uang kepada pasien,” tegasnya.
Bahkan, lanjutnya, jikapun benar ada pungutan biaya kepada pasien tersebut, hal itu semata-mata untuk mengantisipasi jika pasien negatif Covid-19.
“Kalau memang terbukti pasien positif, nanti uangnya kita kembalikan juga ke pasien,” pungkasnya. (Suherman/R5/HR-Online)
Editor : Adi Karyanto