Sindangkasih, (harapanrakyat.com),- Kasus keracunan masal di Dusun Bantar Desa Sukaharja Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis ternyata memakan 1 korban meninggal. Korban yang meninggal diketahui bernama Adit (60) warga setempat. Hingga hari Selasa (26/4), korban akibat keracunan yang diduga dari makanan acara syukuran 7 bulanan keluarga H. Uum ini terus bertambah, hingga saat ini sudah mencapai 249 warga.
Dari 249 korban itu, 150 orang diantaranya dirawat di Mesjid Al Ikhsan, 15 orang dirawat di Puskesmas Panumbangan, 39 orang dirawat di RSUD Ciamis dan 12 orang di rawat di rumah sakit swasta di Tasikmalaya.
Kepala Dinas Kesehatan Ciamis, dr. H Dendi Rahayu, menjelaskan, kondisi sebagian besar korban saat ini sudah mulai membaik. Namun pihaknya masih melakukan pengobatan kepada korban yang kondisinya masih lemah.
“Dengan dibantu 6 dokter dan juga 29 perawat, diharapkan korban keracunan masal ini bisa segera teratasi dan kembali sembuh. Namun hingga kini korban masih ada yang mendatangi posko dengan mengantar anggota keluarganya,” ungkapnya kepada HR saat meninjau korban keracunan, di Desa Sukaharja Kecamatan Sindangkasih, Selasa (26/4).
Dendi melanjutkan, warga yang keracunan tidak perlu khawatir karena masih bisa diatasi. Juga kepada keluarga korban agar menjaga kesehatannya agar tidak tertular.
“Mesti tiap hari korban bertambah, namun kita sudah mempersiapkan obat-obatan dan infuse. Kita juga menyediakan kendaraan ambulan apabila sewaktu-waktu korban harus dirujuk ke rumah sakit,” jelasnya.
Hal senada juga diungkapkan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Ciamis, dr Yoyo. Dia mengatakan hingga kini korban keracunan masal terus bertambah meski tidak sebanyak ketika hari minggu lalu.
“Saat ini masih ada korban lainnya yang terus berdatangan. Mudah-mudahan korban bertambah tidak terus berlanjut,” ujarnya.
Menurut Yoyo, dari 249 korban keracunan, diketahui satu korban meninggal dunia pada hari Senin pukul 03,00 WIB, dirumahnya. “Padahal sebelumnya korban sudah dirawat di posko oleh tim medis. Tetapi, karena korban merasa sudah sembuh, dia meminta pulang,” katanya.
Yoyo mengatakan korban yang meninggal bernama adit (60). Namun penyebab kematiannya tidak seratus persen diakibatkan keracunan, tetapi korban sebelumnya memiliki riwayat penyakit jantung. “Akibat keracunan hanya jadi salah satu penyebab saja,” terangnya.
Yoyo juga mengungkapkan, pihaknya bersama aparat desa setempat yang dibantu oleh pihak kepolisian dan Danramil Sindangkasih terus melakukan pengarahan dan pembinaan kesehatan kepada keluarga korban keracunan agar mereka tidak tertular.
“Kita menduga bahwa bertambahnya korban diakibatkan dari tertularnya keluarga korban dari korban yang sudah keracunan, baik dari makanan dan minuman yang diberikan di posko,” ujarnya.
Namun, lanjut Yoyo, pihaknya hingga saat ini belum bisa memastikan korban keracunan apakah dari makanan atau dari lingkungan yang kurang bersih. Karena untuk memastikan hal itu masih menugggu hasil laboratorium dari sampel makan dan air yang dikonsumsi sejumlah korban.
“Tetapi dugaan sementara keracunan cenderung disebabkan dari makanan yang dikonsumsi setelah mereka memakan hidangan di acara syukuran tujuh bulanan warga setempat,” katanya.
Ketua DPRD Ciamis, H. Asep Roni, ketika meninjau ke lokasi kejadian, Selasa (26/4),mengatakan, dia sangat prihatin dengan kejadian keracuanan masal yang menimpa warga Desa Sukaharja.
“Kita berharap warga yang terkena keracunan tidak terlalu lama dirawat di posko, karena melihat kondisi posko yang kurang memadai. Makanya kita meminta tim medis dari Dinas Kesehatan agar bertindak cepat memulihkan kondisi kesehatan warga setelah mengalami keracunan,” pintanya.
Penyebab keracunan,lanjut Asep, selain dari makanan seperti banyak yang diberitakan di media massa, juga bisa disebabkan dari faktor lingkungan yang kurang bersih. “Kita tunggu saja hasil labotarium seperti apa, apakah dari makanan atau dari faktor lain,” terangnya.
Sementara itu, Sekdes Desa Sukaharja, A Sudarjat, menjelaskan, awal mula kejadian keracunan masal setelah sejumlah warga memakan makanan yang diberikan dari syukuran tujuh bulanan keluarga H. Uum.
“Memang pengakuan korban memberikan pernyataan yang sama, yakni setelah memakan dari bingkisan nasi dari acara syukuran tujuh bulanan. Namun, dalam hal ini kita sebagai aparat desa tidak bisa langsung memvonis bahwa hal itu benar. Karena saat ini penyebab keracunan masih ditangani oleh tim dari Dinas Kesehatan Ciamis dan juga dari Propinsi, sehingga nantinya bisa diketahui penyebab sesungguhnya,” jelasnya.
Sudrajat melanjutkan, apabila penyebab keracunan dikaitkan dengan faktor lingkungan yang tidak bersih, tampaknya tidak rasional apabila dilihat dari kondisi lingkungan di Dusun Bantar. Karena daerah Dusun Bantar tidak termasuk wilayah kumuh.
“Justru wilayah Dusun Bantar termasuk ke dalam wilayah yang bersih. Karena untuk konsumsi air bersih pun tersedia Weslik. Bahkan hampir seluruh rumah memiliki MCK. Namun, yang pasti kita tunggu hasil laboratorium saja, biar teruji penyebab sesungguhnya,” terangnya.
Selain itu menurut Sudrajat, dari segi kebersihan lingkungan pun, di daerah Dusun Bantar tidak ada masalah. Karena hampir tiap hari jumat warga sekitar selalu melakukan pembersihan, baik jalan ataupun saluran irigasi.
Penyebab Keracunan Diduga dari Telur
Geral Ramadhan (2,5), anak dari Yadi Supriadi warga Dusun Bantar Desa Sukaharja Kec. Sindangkasih Kabupaten Ciamis adalah 1 dari 249 warga desa setempat yang menjadi korban keracunan masal.
Ketika ditemui HR, Selasa (26/4), di rumahnya, ayah korban, Yadi Supriadi menceritakan, awalnya dia mendapat bingkisan paket makanan nasi setelah menghadiri acara syukuran tujuh bulanan di keluarga H. Uum tetangganya. Kemudian bingkisan nasi tersebut diberikan kepada anaknya.
“Anak saya cuma makan telor saja. Tetapi, setelah besoknya, anak saya mengalami muntah-muntah. Terus terang saya kaget. Tapi saat itu saya tidak menyangka anak saya keracunan akibat makan bingkisan tersebut,” terangnya.
“Anak saya cuma makan telor saja. Tetapi, setelah besoknya, anak saya mengalami muntah-muntah. Terus terang saya kaget. Tapi saat itu saya tidak menyangka anak saya keracunan akibat makan bingkisan tersebut,” ungkapnya.
Padahal, lanjut Yadi, dia pun ikut memakan paket nasi dari bingkisan tersebut. “Tetapi, alhamdulih saya tidak apa-apa. Jadi, saya menduga bahwa makanan yang beracun itu dari telor,” ungkapnya lagi.
Dia melanjutkan, sebenarnya dia tidak percaya ketika anaknya muntah-muntah akibat keracunan makanan. Tetapi, banyak warga lain yang mengalami hal sama, seperti yang dirasakan anaknya. Akhirnya, dia yakin bahwa anaknya adalah korban keracunan. “Saat anak saya muntah-muntah, saya panik. Saya kira anak saya kena penyakit,” ujarnya.
Namun, tak lama berselang, tim medis dari RSUD Ciamis datang ke lokasi keracunan. “Alhamulilah, anak saya masih bisa tertolong setelah diberi tindakan medis oleh tim dokter. Dan kini masih dirawat di Mesjid Al Ikhsan,” jelasnya.
Supriadi menambahkan kini anaknya sudah membaik dan masih terus diberikan obat agar racun dalam tubuhnya bisa segera ternetralisir dan bisa sembuh seperti semula. (Eli Suherli)