Banjar, (harapanrakyat.com),- Di Kota Banjar, investasi swasta di bidang pertanian terhitung sangat lemah, khusunya bidang peternakan yang sudah dua tahun terkahir tidak mengalami peningkatan.
Dari data invsetasi PMA, PMDN dan Non PMDN Badan Penananaman Modal Palayanan Terpadu (BPMPT) Kota Banjar, bahwa tahun 2009, investasi peternakan terhitung senilai Rp.9,27 milyar, namun hingga tahun 2010 tidak terjadi peningkatan.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Kota Banjar, Ir. Rachmawati, untuk meningkatkan investasi di bidang pertanian, khusunya peternakan, maka di tahun 2011 ini akan dilakukan perbaikan sarana Rumah Potong Hewan (RPH).
“Kami akan terus melakukan upaya untuk menarik investor di bidang pertanian, khususnya perternakan. Sebelumnya kita telah membangun sarana produksi susu kambing PE, dan tahun ini kami akan memperbaiki sarana RPH,” jelasnya, Selasa (26/4).
Dengan upaya tersebut, lanjut dia, diharapkan akan banyak pengusaha yang melakukan pemotongan hewan di Kota Banjar, atau bahkan kedepannya ada pengusaha yang membuka penggemukan sapi di Kota Banjar.
Namun Rachmawati membantah, jika selama ini pemerintah kurang mengusahakan pengembangan investasi dunia pertanian di Kota Banjar, bukan hanya sekedar peternakan.
“Salah juga kalau kita dianggap diam tidak melakukan apapun. Banyak yang telah kami lakukan, namun tentunya tidak dapat langsung dirasakan. Selain itu, usaha pemerintah hanya sebatas mendorong saja,” ujarnya.
Rachmawati mengatakan, pemerintah telah banyak mengembangkan bermacam komoditas pertanian, baik itu peternakan, perikanan dan tanaman, salah satunya adalah pohon kayu putih.
“Kita pernah mengembangkan pohon kayu putih, mungkin hasilnya tidak dapat langsung dirasakan, tapi saat ini rencananya akan berdiri pabrik pengolahan kayu putih,” katanya.
Visi Banjar Agropolitan Terlalu Dipaksakan
Sementara itu di lain pihak, Anggota DPRD Kota Banjar, Ir. Soedrajat Argadiredja, mengatakan, lemahnya investasi pertanian di Kota Banjar membuktikan bahwa basis untuk Banjar agropolitan tidak kuat, dan program tersebut terlalu dipaksakan.
Menurut Soedrajat, tidak sepenuhnya masyarakat Kota Banjar saat ini memahami apa yang disebut dengan Banjar Agropolitan, dan semua hal yang mencakup di dalam ruang lingkupnya.
“Saya menilai belum sepenuhnya masyarakat mengerti apa itu agropolitan. Selain itu, tidak banyak masyarakat di Kota Banjar kehidupanya mengandalakan dari ruang lingkup pertanian. Menurut saya, jika dikaitkan dengan kultur masyarakat Kota Banjar, kita lebih cenderung dengan perdagangan dan jasa,” pungkasnya. (pjr)