Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Kebutuhan cacing sutra di Kota Banjar begitu tinggi sebagai pakan alami untuk budidaya perikanan air tawar. Ketersediaan yang terbatas menjadi peluang tersendiri bagi sebagian orang.
Seperti halnya yang dilakukan kelompok pembesaran ikan Permata Mina Lestari Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar yang menyediakan berbagai pakan ikan, terutama cacing yang memiliki nama latin Tubifex Sp ini.
Andri (45), salah satu anggota kelompok, mengungkapkan, kebutuhan pakan alami ikan air tawar, terutama dalam fase larva maupun pembesaran sangat begitu besar.
Pasalnya, di Kota Banjar dan sekitarnya banyak pembudidaya ikan yang sangat membutuhkan cacing ini sebagai penunjang keberlangsungan hidup ternaknya.
Apalagi cacing yang masuk jenis oligochaeta ini mengandung protein sekitar 57-60 persen serta lemak sekitar 13-20 persen.
“Hidupnya kan di perairan jernih dan kaya bahan organik yang sangat baik untuk pertumbuhan benih ikan,” katanya, Selasa (15/6/2021).
Melihat kondisi ini, ia bersama warga lainnya mulai fokus penyediaan cacing sutra yang ia ambil dari wilayah Bandung.
Ia menyebut, sebenarnya di Banjar bisa dikembangkan, hanya saja kapasitasnya masih sedikit, sedangkan permintaan begitu besar.
Maka dari itu, agar para pembenih ikan tercukupi sehingga pihaknya mengambil pakan tersebut dari Bandung.
“Kalau bersama kelompok sudah 2 tahun, sedangkan sebelumnya saya pernah kecil-kecilan sekitar 2 tahun juga. Karena kebutuhan banyak, makanya ambil saja dari Bandung yang mana stoknya selalu ada,” ujarnya.
baca juga: Daun Sente asal Kota Banjar Berhasil Diekspor Hingga Australia
Peluang Bisnis Cacing Sutra
Dalam waktu 2 hari, ia secara rutin membeli pakan tersebut mulai dari 150 liter hingga 200 liter di Bandung.
Karena saking banyaknya konsumen yang membutuhkan, dalam waktu singkat cacing yang ia beli pun habis dalam waktu 2 hari pula, bahkan bisa dalam sehari.
Ia mengungkapkan, para pembelinya itu datang dari wilayah Banjar, Ciamis, Cilacap, dan sekitarnya. Bahkan, sempat ada yang datang dari Banjarnegara, Kebumen, Pati dan Yogyakarta.
Sedangkan soal harga, ia menyebut tidak menentu sesuai dengan kondisi pasokan dari petani cacing di Bandung.
Apalagi ketika memasuki musim hujan pakan yang biasa disebut cacing rambut ini sangat sulit didapat karena kebanjiran.
“Kalau sekarang harganya sedang Rp 30 ribu per liternya. Saya tidak tahu besok naik atau tidak. Prinsipnya kita mengikuti pasar di sana,” terangnya.
Kendala usaha
Kendati bisnis cacing sutra ini sangat menggiurkan, namun kendala cuaca sangat berpengaruh besar terhadap usahanya itu.
Tak sampai di situ, pihaknya juga harus benar-benar menjaga keberlangsungan hidup cacing agar bisa bertahan sampai 2-3 hari.
“Setiap 3 jam sekali airnya harus ganti. Kalau tidak lama kelamaan bisa memutih alias mati. Jadi perawatannya sangat ekstra sebelum sampai ke tangan pembeli,” ucapnya.
Saat proses membawa dari Bandung, lanjutnya, perlu menggunakan nampan yang sudah didesain khusus bisa mengangkut ratusan liter cacing sutra ini.
Di Kota Banjar sendiri, lanjutnya, cukup banyak yang menjual cacing ini, namun kapasitanya masih belum begitu besar. Bahkan, terkadang dari mereka membeli ke tempatnya.
Ia harap, potensi perikanan air tawar di Kota Banjar sangat besar dan perlu dukungan pemerintah, khususnya dalam pengembangan penyediaan pakan alami ini.
Jika pakannya selalu ada, sambung Andri, ia yakin pembudidaya ikan yang fokus pada pembenihan bisa tenang.
Bahkan, sebenarnya di Banjar berpotensi dikembangkan, hanya saja banyak sawah yang menggunakan pestisida, sehingga tidak cocok karena habitat cacing ini di alam yang lingkungannya masih alami.
“Syukur bila ada dukungan permodalan dari pemerintah. Makanya kita jalannya semampunya saja saat ini,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)