Photo : Ilustrasi Net/ istimewa
Ciamis, (harapanrakyat.com),-
Semakin hilangnya areal hutan, akibat kurang sadarnya manusia dalam melestarikan hutan, baik hutan lindung maupun hutan kota, kini menjadi permasalahan yang serius, terutama bagi kelangsungan hidup manusia.
Kepala Bidang Rehabilitasi Lahan, Konservasi Sumberdaya Hutan dan Perkebunan, Dishutbun Kabupaten Ciamis, Ir. Cece, ketika ditemui HR, Selasa (10/12), mengatakan, dari sekitar tujuh juta pohon yang sudah ditanam, kini kondisi pertumbuhannya sangat tidak stabil, sehingga tidak menutup kemungkinan hutan akan semakin rusak.
“Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi hutan terbesar di Jawa Barat. Sehingga sangat penting sekali jika terus melakukan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL), agar kelestarian lingkungan bisa terjaga,” ungkapnya.
Hingga akhir tahun 2013, kata Cece, RHL Ciamis mencapai 27.477 hektar. Dengan Jumlah pohon yang berhasil ditanam sebanyak 7.047.900 batang, dari berbagai jenis pohon. Dengan harapan, hutan yang sudah gundul bisa kembali hijau.
Demi kelangsungan lingkungan, lanjut Cece, kesadaran masyarakat Ciamis untuk menanam pohon, baik pohon sebagai sarana ekonomi ataupun pelestarian lingkungan, jelas sangat diperlukan.
“Pelestarian lingkungan tentunya didasari dengan kesadaran masyarakat, sehingga hutan bisa terjaga dengan baik. Banyaknya masyarakat melakukan pembibitan dan juga pembelian bibit, itu merupakan bukti nyata partisipasi mereka peduli terhadap lingkungan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, imbuh Cece, melalui program Kebun Bibit Rakyat (KBR) untuk pelestarian, disediakan juga sebanyak 1 juta pohon, pelestarian mata air 185.250 pohon, pembangunan kawasan desa penyangga hutan 729.300 pohon, penghijauan lingkungan 364.650 pohon, termasuk peningkatan produktivitas tanaman perkebunan mencapai 657.800 pohon.
“Ciamis produsen kayu tertinggi di Jabar. Tetapihal itu harus diimbangi dengan rehabilitasi hutan dan lahan. Agar, tidak terjadi kerusakan yang bisa menyebabkan bencana, misalnya tanah longsor atau banjir bandang, akibat hilangnya penyangga sumber air,” jelasnya.
Diakui Cece, untuk masalah ini masih ada sebagian masyarakat kurang memahami dalam pengelolaan hutan rakyat. Yang dilakukan mereka hanya penebangan saja, meski itu merupakan hak mereka karena pohon yang ditebang ada dalam tanah milik.
“Sebabnya, masyarakat menebang pohon akibat terdesak ekonomi. Mereka melakukan penebangan tanpa dibarengi penanaman kembali. Itu sangat membahayakan kelangsungan dan kelestarian lingkungan,” tandasnya.
Di tempat terpisah, Anggota Komisi II DPRD Ciamis, Dadang Kusmayadi, mengatakan, kelestarian lingkungan jangan hanya sebatas program. Namun, harus dengan pelaksanaan yang berkesinambungan.
“Seharusnya Dishutbun Ciamis, dalam melakukan program rehabilitasi lahan dan hutan, jangan setengah-setengah. Tujuannya agar masyarakat bisa mengerti arti penting rahabilitasi hutan dan lahan,” ujarnya.
Menurut Dadang, banyak lahan produktif di wilayah Ciamis yang pemanfaatannya belum maksimal, baik sebagai lahan penghijauan maupun lahan hutan ekonomi. Itu terbukti dengan banyaknya penebangan pohon tanpa dibarengi dengan penanaman kembali.
Untuk itu, DPRD menyarankan, Dishutbun Ciamis tidak hanya menunggu program bibit tanaman saja dalam melakukan rehabilitasi lahan. Tetapi, senantiasa menciptakan lahan sendiri supaya kelestarian lingkungan bisa terjaga. (es/Koran-HR)