Fosil nenek moyang bintang laut ditemukan melalui sebuah studi paling baru. Fosil ini berukuran kecil dan juga aneh. Bahkan, para ilmuwan memperkirakan jika usia fosil, yang ilmuwan perkirakan adalah nenek moyang hewan tersebut, sekitar 480 juta tahun.
Mereka menemukannya lebih dari 17 tahun yang silam di sebuah gurun Maroko. Para peneliti pun belum dapat mendeskripsikan mengenai identitas serta sejarah evolusinya hingga saat ini. Lalu, secara resmi deskripsi spesimen tersebut mereka tuang dalam sebuah jurnal penelitian baru yakni Biology Letters.
Fosil Nenek Moyang Bintang Laut
Melansir Live Science, terdapat spesies baru Cantabrigiaster fezouataensis, yang mana berbentuk menyerupai bintang, namun tidak mempunyai ciri pembeda yang lain dari salah satu dua hewan laut, yakni bintang laut dan asterozoa.
Asterozoa merupakan bintang rapuh yang mana bagian dari subfilum. Karena spesies tersebut tidak mempunyai ciri khas dengan lengan panjang tips dari bintang rapuh serta pelat baja yang tebal dari bintang laut. Maka para peneliti pun sepakat menyimpulkan jika fosil tersebut merupakan fosil dari nenek moyang keduanya.
“Kami sudah menemukan secara tepat mengenai bagaimana hewan yang pertama seperti bintang laut muncul serta kemudian, ia akan melakukan evolusi hingga menjadi dua hewan yang kita punya saat ini. Yang mana hampir terdapat dalam laut dimana-mana,” ucap Aaron Hunter, ahli paleontolog Ilmu Bumi departemen Universitas Cambridge.
“Itu yang menjadikannya istimewa,” katanya.
Baca Juga: Penemuan Fosil Dinosaurus di Argentina Berusia Ratusan Tahun
Penelitian Lebih Lanjut C. Fezouataensis
Fosil nenek moyang bintang laut atau C. Fezouataensisi dulu telah hidup dalam superkontinen yang kuno Gondwana. Sebuah daratan besar yang mana berisi bagian dari benua bagian selatan saat ini.
“Anda berurusan dengan hal yang mungkin saja terjadi lebih dekat dengan apa yang dapat kita perkirakan sebagai antartika saat ini” ucap Hunter pada Live Science.
Nenek moyang tersebut hidup selama masa Ordovisium yang awal. Sekitar 485,4 juta sampai 460 juta tahun silam. Tempat tersebut dahulu merupakan tempat terumbu air dingin kuno dan juga terdapat sebagian besar spesies asing pada sekelilingnya.
Spesies tersebut seperti pengumpan filter yang sangat besar dan dapat kita sebut dengan nama anomalocaridids. Tampilan dari nenek moyang bintang laut yang modern akan lebih menonjol apabila kita bandingkan.
Kemudian, para peneliti pun tidak terlalu yakin apa yang telah menjadi makanan dari C. Fezouataensis tersebut. Terdapat bukti fosil nenek moyang bintang laut dari rahang.
Yang mana menunjukkan jika itu bukanlah mengumpan filter layaknya anomalocaridids pada periode yang sama serta sejumlah bintang rapuh saat ini.
Dengan melakukan analisis yang cermat, para tim peneliti telah berupaya mengidentifikasi terhadap fitur yang mana dapat memberikan petunjuk mengenai nenek moyang mereka.
Baca Juga: Fosil Udang Bermata Lima Ditemukan, Mata Rantai yang Hilang
Kelompok Hidup Bintang Laut
Bintang rapuh dan juga bintang laut merupakan dua diantara lima kelompok hidup yang telah bersama-sama membentuk kelompok yang lebih besar. Kelompok tersebut juga dapat kita sebut dengan kelompok mahkota atau echinodermata.
Tiga dari yang lain selain fosil nenek moyang bintang laut tersebut yaitu teripang, bulu babi, serta crinoidea (bintang bulu dan lili laut). C. Fezouataensis mempunyai struktur lengan yang menyerupai bunga lili laut modern.
Dengan demikian, hal tersebut berarti bunga lili laut tersebut dapat menelusuri pada garis keturunan mereka sampai ada spesies nenek moyang purba ini.
Terdapat analisis yang baru atas fosil nenek moyang bintang laut. Mengungkapkan jika C. Fezouataensis pertama kali muncul sepanjang periode penting yang mana kita kenal sebagai keanekaragaman hayati Ordovisium yang besar.
Baca juga: Penemuan Fosil Dinosaurus di Argentina Berusia Ratusan Tahun
“Pada saat itulah, kehidupan sungguh berjalan pada keberagaman, dan bintang laut tersebut merupakan salah satu hewan yang pertama kita kenali pada hari ini dalam laut,” ucap Hunter.
Memakai fosil C. Fezouataensisi sebagai titik awal, saat ini terdapat kemungkinan dalam menghubungkan hewan menyerupai bintang laut ini dari sekitar 480 juta tahun silam dengan penemuan fosil yang lebih baru dan juga dengan hewan laut tersebut modern masa kini.
Akan tetapi, penelitian fosil nenek moyang bintang laut secara lebih mendalam perlu dilakukan. Khususnya ada hewan-hewan yang hidup pada masa akhir Kambrium yakni 497-485,4 juta tahun yang silam. Hal tersebut demi mengisi celah antara kelompok lima hewan yang kita lihat saat ini dengan kelompok echinodermata paling awal. (R10/HR Online)