Satelit luar angkasa dari kayu tengah Jepang upayakan demi mengurangi sampah antariksa. Seperti yang sudah kita ketahui jika material utama untuk komponen satelit adalah alumunium.
Yang mana saat dipecah akan masuk kembali ke atmosfer lalu melepaskan aerosol dengan umur yang panjang dapat merusak lapisan ozon.
Tentu hal tersebut akan berbahaya jika terjadi secara terus-menerus. Kemudian, satelit dari kayu ini akan mereka kembangkan untuk berada pada lingkungan antariksa yang memang ekstrim.
Menelisik Satelit Luar Angkasa dari Kayu
Melansir Daily Mail, upaya dari negara Jepang untuk mengurangi sampah yang ada pada lingkungan antariksa kali ini cukup unik. Dimana mengembangkan satelit pertama yang ada di dunia yang mana terbuat dari kayu.
Inovasi paling baru tersebut merupakan sebuah inovasi yang berasal dari perusahaan Sumitomo Forestry. Ini merupakan sebuah perusahaan teknologi yang mana tengah melakukan kolaborasi dengan Universitas Kyoto.
Kemudian, pemanfaatan yang mereka gunakan dari kayu tersebut sebagai bahan pembuatan satelit tentu untuk tidak menjadi sampah antariksa.
Karena, material kayu dapat terbakar begitu saja dalam lapisan atmosfer dan tidak meninggalkan zat atau senyawa yang membahayakan. Bahkan tidak menghujani planet ini dengan adanya puing-puing dari satelit.
Pasalnya, material satelit pada umumnya terbuat dari logam alumunium. Yang mana jika menguap akan menjadi aerosol atau gas.
Bahkan aluminium atau logam lain sudah mengalami oksidasi atau berkarat. Sehingga, akan sangat berbeda dengan satelit luar angkasa dari kayu.
“Kami sangat khawatir tentang fakta jika semua satelit yang telah kembali masuk dalam atmosfer akan terbakar serta meninggalkan partikel alumina yang kecil. Kemudian akan mengambang pada bagian atas dari atmosfer tersebut selama waktu yang lama hingga bertahun-tahun,” ucap Takao Doi, seorang profesor Universitas Kyoto dan astronot Jepang.
Partikel-partikel ini, menurut Takao Doi, akan mengapung selama bertahun-tahun yang mana mempengaruhi lingkungan Bumi. Alumina akan bertindak untuk memantulkan kembali sinar dari Matahari yang berasal dari atmosfer menuju luar angkasa.
Lalu juga akan memberikan efek dingin, akan tetapi juga menyediakan permukaan reaktif yang mana akan memecah lapisan ozon. Dengan demikian, satelit luar angkasa dari kayu ini akan menjadi solusi yang tepat untuk lingkungan luar angkasa.
Baca Juga: Pegunungan Salju di Pluto Terkuak oleh Satelit Luar Angkasa NASA
Sampah Luar Angkasa
Para ilmuwan sudah memperingatkan tentang peningkatan ancaman dari sampah luar angkasa yang jatuh ke permukaan Bumi. Hal tersebut karena telah banyak terdapat pesawat luar angkasa beserta satelit yang sudah meluncur.
Satelit tersebut akan semakin banyak mereka pakai sebagai alat komunikasi, navigasi, televisi, serta prakiraan cuaca. Kemudian, para ahli beserta dengan peneliti ruang antartika yang mana telah menyelidiki berbagai opsi dalam menghilangkan serta mengurangi sampah tersebut. Salah satunya dengan meluncurkan satelit luar angkasa dari kayu.
Menurut World Economic Forum (WEF), terdapat hampir 6000 satelit yang ada dan mengelilingi planet ini. Lalu sekitar 60 persennya tidak berfungsi yang pada akhirnya menjadi sampah luar angkasa.
Bahkan, menurut riset dari perusahaan Euroconsult, terdapat sekitar 990 satelit yang akan meluncur setiap tahunnya. Dengan demikian, pada tahun 2028 kemungkinan akan terdapat sekitar 15.000 satelit yang mengorbit Bumi.
Baca Juga: Suara Seram dari Luar Angkasa, Spesial dari NASA untuk Halloween 2020
Perkembangan Satelit
Sekarang ini, para ilmuwan sudah mulai melakukan penelitian mereka mengenai perkembangan tumbuhan, pepohonan, dan pemakaian material kayu untuk luar angkasa dengan satelit luar angkasa dari kayu mendatang.
Sumitomo Forestry mengungkapkan jika mereka akan mengembangkan material dari kayu yang mana nantinya bertahan dari perubahan suhu serta pencahayaan dari matahari.
Mereka juga telah mengatakan jika terdapat manfaat yang lain dari kayu untuk material satelit tersebut. Seperti untuk mencegah gelombang elektromagnetik yang mana biasanya terpengaruh oleh satelit. Pasalnya, material kayu, bentuk serta layout kali ini tidak akan mempengaruhi gelombang tersebut.
Komponen paling penting yang satelit harus keluarkan untuk sistem komunikasi dapat mereka simpan dengan cara yang lebih aman dalam casing kayu. Hal tersebut akan semakin mempermudah proses dari pembuatan satelit.
Kemudian, juga akan mempersiapkan hal tersebut ketika sudah ada dalam ruang angkasa atau antariksa tersebut. Satelit luar angkasa dari kayu buatan Jepang ini merupakan salah satu satelit yang diharapkan akan selesai untuk perkembangannya hingga tahun 2023 mendatang. (R11/HR Online)