Selasa, Februari 11, 2025
BerandaBerita TerbaruSpesies Kelabang Cryptops Speleorex Dijuluki Raja Gua Bawah Tanah

Spesies Kelabang Cryptops Speleorex Dijuluki Raja Gua Bawah Tanah

Spesies kelabang Cryptops speleorex telah menjadi penelitian ilmuan yang ditemukan dalam sebuah gua yang gelap. Spesies kelabang tersebut merupakan spesies yang beracun serta terisolasi atau tidak mempunyai akses ke dunia luar sejak jutaan tahun yang silam.

Hingga tahun 1986, akhirnya hewan jenis artropoda ini bisa ditemukan secara kebetulan. Dengan penemuan spesies yang tidak disangka-sangka inilah yang akan melengkapi beberapa spesies temuan yang memberikan hal baru dalam ilmu ilmiah. Apalagi, para ahli pun menjabarkan bagaimana karakteristik dari hewan langka tersebut.

Temuan Spesies Kelabang Cryptops Speleorex

Melansir Daily Mail, pada tahun 1986 para pekerja yang tengah mencari lokasi tepat untuk membangun pembangkit yang baru. Dalam sebuah gua Movile yang memang saat itu menjadi lokasi terlarang.

Mereka pun menemukan kelabang yang berbisa, yang kemudian mendapat julukan ‘Raja Gua’. Hewan langka ini mereka temukan dalam ekosistem paling terisolasi di dunia, yakni dalam gua terpencil Rumania.

Akhirnya, para ilmuwan pun mempelajari hewan jenis artropoda setelah penjelajah kumpulkan, yakni Serban Sarbu serta Alexandra Maria Hillebrand. Para ilmuwan dari Austria, Finlandia, serta Bulgaria ini percaya jika hewan tersebut adalah kelabang Cryptops Speleorex.

Baca Juga: Anjing Spesies Baru di Papua Mirip Rubah dan Tak Bisa Menggonggong

Penemuan dalam Gua Rumania

Spesies kelabang Cryptops speleorex ini berevolusi yang berasal dari keluarga yang menetap pada permukaan gua yang gelap sejak jutaan tahun yang lalu. Pada saat penemuan pertama kali tersebut, kondisi gua hanya mempunyai tingkat oksigen sekitar 10 persen saja.

Bahkan, tingkat persentase tersebut kurang dari separuh tingkat atmosfer yang biasa kita gunakan. Kemudian, hanya terdapat segelintir orang saja yang boleh masuk pada tiga dekade terakhir ini.

Tanpa dengan alat bantu pernapasan, orang atau pengunjung gua hanya bisa bertahan sekitar lima hingga enam jam. Bahkan, ekosistem dalam tanah gua tersebut penuh dengan spesies langka dan tidak orang ketahui sebelumnya.

Kemudian selain spesies kelabang Cryptops speleorex, dalam gua tersebut mengandung jutaan bakteri yang memenuhi dinding gua dan juga menghabiskan gas CO2 serta metana.

Karakteristik Cryptops Speleorex

Banyak penghuni gua tersebut yang tanpa memiliki penglihatan, karena tidak berguna dalam kegelapan dalam gua tersebut. Bahkan, hampir semua tembus cahaya, karena kulitnya tidak mempunyai pigmen atau telah hilang.

Namun, terdapat juga yang mempunyai pelengkap antena panjang sebagai alat bantu mereka untuk melakukan perabaan dalam kondisi gelap.

Kemudian, kelabang yang juga disebut dengan predator utama ‘Raja Gua’ tersebut memiliki panjang sekitar 1,8 inchi hingga 2,0 inci atau sekitar 4,6 sampai 5,2 cm. Jika kita bayangkan sekitar ukuran baby carrot.

Kemudian, menurut para ahli yang meneliti, jenis spesies kelabang Cryptops speleorex ini mereka laporkan mempunyai tubuh dengan spesifikasi warna kuning kecoklatan. Selain mempunyai antena yang panjang, hewan ini juga memiliki kaki kuning yang lengkap dengan 13 sampai 17 buah ‘gergaji’.

Selain kelabang, dalam gua tersebut juga terdapat kalajengking air troglobit, nestisida, laba-laba liocranid, dan lintah gua. Tetapi sepertinya, masih banyak lagi hewan yang dapat ditemukan.

Baca Juga: Spesies Kumbang Baru Berhasil Diidentifikasi, Ini Metode yang Digunakan

Kelabang dengan Morfologi dan Genetik yang Berbeda

Para ilmuwan yang meneliti penemuan kelabang ini pun mengatakan jika hasil penelitian mereka telah mengungkapkan perbedaan secara morfologi dan juga genetik.

“Hasil tersebut menegaskan kami tentang keraguan serta mengungkapkan jika kelabang Movile cukup berbeda secara morfologis dan juga secara genetik,” ucap penulis makalah serta ahli biologi Nesrine Akkari Museum of Museum of Natural History Vienna.

“Ia (spesies kelabang Cryptops speleorex) sudah berkembang dari kerabat yang terdekat dan yang pernah menetap pada permukaan selama jutaan tahun menjadi takson. Yang mana merupakan spesies baru lebih baik beradaptasi pada kehidupan dalam kegelapan yang tidak pernah berakhir.”

“Lipan yang telah kami gambarkan merupakan pemangsa berbisa. Sejauh ini adalah hewan yang paling besar dari dalam gua ini,” imbuhnya.

“Berpikir mengenai peringkat paling atas dalam sistem bawah tanah, kami memutuskan untuk memberikan nama spesies Cryptops Speleorex,. Hal inilah yang kemudian dapat kita terjemahkan menjadi ‘Raja Gua’.”

Lalu, penemuan lengkap dari penelitian spesies kelabang Cryptops speleorex ini telah mereka publikasi dalam jurnal Zookeys. (R10/HR Online)

Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Sinopsis Samawa Dosamu Cintaku Selamanya, Tentang Isu KDRT

Banyaknya film terbaru yang akan tayang di bioskop tentu memberikan beragam pilihan bagi para penonton. Salah satunya adalah film berjudul Samawa Dosamu Cintaku Selamanya,...
Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo Find X9 Ultra, Bocoran Spesifikasi dan Perkiraan Peluncuran

Oppo tampaknya sedang mempersiapkan smartphone flagship terbaru dari seri Find, yaitu Oppo Find X9 Ultra. Perangkat ini kemungkinan besar akan hadir pada tahun 2026...
Ular sanca kembang Banjar

Ular Sanca Kembang 3 Meter Pemangsa Ayam Bikin Geger Warga Kota Banjar

harapanrakyat.com,‐ Ular sanca kembang sepanjang 3 meter bikin geger warga Lingkungan Jadimulya, Kelurahan Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar, Jawa Barat. Ular yang sempat memangsa...
Cat Rumah Warna Soft, Pilihan Tepat untuk Interior Rumah

Cat Rumah Warna Soft, Pilihan Tepat untuk Interior Rumah

Dalam dunia desain interior, pilihan warna sangat berdampak pada suasana dan estetika suatu ruang. Cat rumah warna soft, dengan nuansa lembut dan kalem, menjadi...
Meninggal Dunia Akibat DBD

Satu Anak di Kota Banjar Meninggal Dunia Akibat DBD, Dinkes: Belum Dapat Laporan Resmi

harapanrakyat.com,- Seorang anak di Kota Banjar, Jawa Barat, meninggal dunia akibat DBD. Virus Demam Berdarah Dengue (DBD) itu menyerang Rifkah Khoirunnajah (10), warga Lingkungan...
Cara Kolaborasi Reels Facebook untuk Dongkrak Engagement

Cara Kolaborasi Reels Facebook untuk Dongkrak Engagement

Cara kolaborasi Reels Facebook sejatinya cukup mudah. Kendati demikian, banyak pengguna yang belum mengetahui cara ini. Bahkan mungkin tidak menyadari opsi tersebut telah tersedia...