Hasil uji klinis kombinasi obat Corona Unair saat ini masih menunggu kelanjutannya setelah mendapat pengujian dari Badan POM. Ternyata ilmuan di berbagai negara juga melakukan riset obat Corona dengan melakukan kombinasi sejumlah obat. Bagaimana hasilnya?
Seperti kita ketahui, virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan Covid-19 merupakan jenis Coronavirus yang masih satu keluarga dengan coronavirus yang menyebabkan penyakit SARS dan MERS.
SARS merupakan kependekan dari severe acute respiratory syndrome, merupakan penyakit yang pernah mewabah pada tahun 2002 di China. Penyakit ini pun menyebar dan menular ke berbagai negara yang menjadi wabah dan menyebabkan banyak korban.
Sedangkan MERS atau Middle East respiratory syndrome ditemukan pertama kali pada tahun 2012 di kawasan Timur Tengah. Sama seperti SARS, MERS juga penyebabnya adalah coronavirus.
Baca juga: Peran Imunitas Tubuh Terhadap Virus Corona yang Wajib Anda Tahu
Sementara untuk Covid-19 atau Coronavirus Disease 2019 muncul pertama kali di Wuhan China pada akhir Desember 2019. Meskipun penyakit ini juga penyebabnya coronavirus, namun penyebaran Covid-19 terbilang sangat cepat.
Para ilmuan kemudian melakukan Kombinasi obat Corona dengan memanfaatkan obat yang sebelumnya menjadi penyembuh penyakit akibat coronavirus. Langkah ini sebagai alternatif untuk menemukan obat Covid-19 dengan lebih cepat.
Saat kebutuhan yang mendesak terhadap obat yang efektif untuk mengatasi pandemi Covid-19, para ilmuwan melakukan berbagai cara untuk menemukannya. Baik dengan mencari formula baru maupun dengan memanfaatkan obat yang ada.
Temuan Baru Kombinasi Obat Corona
Hingga saat ini belum ada terapi atau obat antivirus Corona yang benar-benar efektif untuk mengobati Covid-19. Para ilmuwan tergerak untuk melakukan berbagai langkah dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Seperti beberapa laporan penelitian terbaru yang termuat dalam Journal of Antimicrobial Chemotherapy milik Oxford University Press. Ada beberapa hasil riset yang melakukan kombinasi obat Corona.
Baca juga: Cerita Gubernur Jabar, Was-was Jelang Uji Klinis Vaksin Corona
Setidaknya ada tiga laporan riset yang mempublikasikan tentang obat Covid-19 baru. Menariknya, ketiga laporan ini sama-sama meneliti kombinasi dua jenis obat yang pernah mengobati penyakit Hepatitis C, yaitu obat sofosbuvir dan daclatasvir.
Para ilmuwan Iran telah mengembangkan obat Covid-19 dengan memasukkan obat sofosbuvir dan daclatasvir. Bahkan temuan hasil kombinasi obat Corona baru ini akan segera mendapat uji klinis secara besar-besaran.
Pada percobaan awal menyebutkan bahwa mereka telah mengujinya terhadap 66 pasien Covid-19. Setelah membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol, kesimpulannya bahwa kemampuan obat ini mencapai 88 persen. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya 67 persen.
Baca juga: Aplikasi Bersatu Lawan Covid, Langkah Nyata Memerangi Coronavirus
Begitu juga kelompok pasien yang mengonsumsi obat kombinasi obat Corona dari sofosbuvir dan daclatasvir durasi rawat inap lebih pendek, yaitu hanya 6 hari. Sedangkan kelompok kontrol mencapai 8 hari.
Selain itu terdapat laporan pula yang menyebutkan ada tiga pasien yang meninggal pada kelompok perlakuan dan lima pasien dari kelompok kontrol. Namun tidak ada efek samping serius yang dari hasil obat Covid-19 baru tersebut.
Melakukan Uji Klinis Lebih Besar
Sedangkan penelitian lain juga melaporkan penggunaan obat sofosbuvir dan daclatasvir yang membandingkan dengan obat ribavirin. Semua pasien Covid-19 juga menerima pengobatan standar yang sudah mendapat rekomendasi, yaitu hydroxychloroquine dosis tunggal.
“Hasil awal percobaan kombinasi obat Corona ini memang menggembirakan. Karena itu kami akan melakukan uji klinis yang lebih besar untuk mengkonfirmasi hasil itu,” kata Shahin Merat, penulis utama riset, melansir dari laman Scitech Daily.
Hasilnya, durasi perawatan adalah 5 hari untuk kelompok sofosbuvir/daclatasvir dan untuk kelompok ribavirin adalah 9 hari.
Sedangkan tingkat kematian pada kelompok sofosbuvir/daclatasvir tercatat sebesar 6 persen. Sementara untuk kelompok ribavirin mencapai 33 persen. Namun risiko kematian pada kelompok sofosbuvir/daclatasvir cukup rendah, yaitu 0,17 persen.
Hasil riset ini memperlihatkan penambahan obat sofosbuvir dan daclatasvir pada perawatan standar yang mampu mempercepat kesembuhan pasien Covid-19. Rencananya kombinasi obat Corona baru ini akan mendapat uji klinis secara serentak di Iran, Mesir, Brasil, dan Afrika Selatan. (R11/HR-Online)