Dampak pandemi Covid-19 terhadap kesehatan mental ternyata tak kalah bahayanya. Kebijakan lockdown atau pembatasan wilayah untuk mencegah penularan pandemi Covid-19 telah menimbulkan dampak yang luas.
Seperti dilansir scitechdaily.com, para ahli dari University Of North Carolina Amerika Serikat baru saja mempublikasikan hasil penelitiannya. Riset dilakukan untuk melihat pengaruh pandemi Covid-19 terhadap emosional dan mental warga di AS.
Survei nasional itu dilakukan UNC School of Medicine bekerja sama dengan Harvard Medical School. Survei dilakukan secara online dari pertengahan hingga akhir bulan Mei 2020.
Survei nasional itu dilakukan dengan melibatkan sekitar 1.500 responden dari berbagai wilayah di Amerika Serikat. Waktu pelaksanaan survei juga dilakukan saat Amerika Serikat sedang mengalami puncak pandemi Covid-19.
Dampak Pandemi Covid-19 dari Kebijakan Lockdown
Virus SARS-Cov-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini sangat menular, bahkan penyebarannya begitu cepat hingga banyak negara yang terpapar.
Besarnya cakupan penyebaran dan banyaknya orang yang terpapar mendorong badan kesehatan dunia WHO menetapkannya sebagai pandemi Covid-19. Covid-19 pun dinyatakan sebagai penyakit paling mematikan di dunia.
Hingga akhir Juni 2020, dampak pandemi Covid-19 ini sudah membuat lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia dilaporkan terinfeksi. Wabah ini dialami sebanyak 216 negara dengan jumlah kematian mencapai lebih dari 500 ribu orang.
Di Amerika Serikat sendiri jumlah kasus positif Civid-19 mencapai lebih dari 2,74 juta orang. Dari jumlah ini sebanyak 840 ribu orang yang sembuh dan yang meninggal dunia sebanyak 130 ribu orang.
Berbahayanya penularan virus Corona mendorong banyak negara melakukan pembatasan wilayah. Kebijakan lockdown ini ditempuh dengan menyerukan warganya agar tinggal dan beraktivitas di dalam rumah saja.
Hasil Riset Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Mental
Dampak penerapan lockdown ternyata tak kalah buruknya dibandingkan virus Corona itu sendiri. Banyak perusahaan yang melakukan PHK, aktivitas bisnis terhenti, dan banyak orang di seluruh dunia yang kehilangan pekerjaannya.
“Orang muda lebih terdampak emosionalnya akibat pandemi daripada orang yang sudah tua. Namun antara perempuan dan laki-laki cenderung mengalami tingkat dampak emosional yang serupa,” kata Olafur Palsson, PsyD, ketua tim peneliti.
Selain melihat pengaruh pandemi terhadap usia dan jenis kelamin, peneliti juga meneliti berdasarkan kelompok etnis. Ditemukan bahwa populasi Hispanik mengalami dampak paling terpengaruh secara emosional ketimbang kelompok etnis lain.
Olafur Palsson, PsyD yang juga guru besar kedokteran UNC School of Medicine mengatakan bahwa riset juga menemukan beragam efek emosional spesifik akibat dampak pandemi Covid-19.
Pembatasan yang menyebabkan warga tidak mampu melakukan apa yang biasanya mereka sukai juga menyebabkan sekitar 80 persen responden merasa frustrasi pada tingkat tertentu.
Pembatasan juga memicu timbulnya kekhawatiran pada sebagian besar responden terhadap kesehatan mereka sendiri. Bahkan hampir 90 persen responden yang mengaku lebih khawatir terhadap kesehatan orang yang dicintai daripada sebelum adanya Covid-19.
Kecemasan dan depresi emosional akibat dampak pandemi Covid-19 mendorong semakin banyak orang mengalami gangguan kesehatan mental. “Dampak psikologis akibat pandemi ini tampaknya agak terabaikan,” kata Palsson.
Banyak orang yang mempunyai keluarga atau teman dengan penyakit kronis yang rentan terhadap virus Corona juga telah memicu timbulnya solidaritas. Mereka memiliki perasaan bersama yang serupa tanpa menimbang latar belakangnya.
Dampak emosional dan mental dari pandemi ini dapat memiliki implikasi jangka panjang yang dapat berkembang menjadi krisis kesehatan mental. Karena itu penting memikirkan bantuan yang bisa diberikan akibat dampak pandemi Covid-19. (R11/HR-Online)