Fakta penelitian kotoran penguin cukup mengejutkan. Dimana hal tersebut bisa buat para ilmuwan teler dengan banyaknya kotoran yang dihasilkan. Hewan ini termasuk dalam jenis burung meskipun tidak bisa terbang layaknya burung.
Karena tidak bisa terbang, burung ini bisa berjalan dengan gerakan yang lucu dan mempunyai kemampuan berenang yang hebat. Burung yang satu ini mempunyai habitat hidup yang jauh lebih ekstrem ketimbang burung jenis lainnya.
Kebanyakan penguin hidup di kutub selatan meskipun ada beberapa jenis penguin yang mampu bertahan hidup di kawasan tropis dan bisa ditemukan di Galapagos.
Fakta Penelitian Kotoran Penguin di Antartika
Dibalik tingkah lucunya, ternyata penguin ini punya hal menarik dan rahasia yang akan membuat heran setiap yang mengetahuinya. Keunikan ini berasal dari kotoran yang dihasilkan penguin, seperti apa keunikannya simak berikut.
Gas Dihasilkan dari Kotoran
Fakta penelitian ini diungkap oleh sekelompok ilmuwan yang berasal dari Denmark. Mereka bisa menjelaskan gas yang dihasilkan burung penguin ini berasal dari kotoran (guano). Dimana dari penguin raja (Aptenodytes patagonicus) di Antartika lalu.
Karbondioksida (CO2), Metana (CH4), dan nitrogen oksida (N20) dihasilkan dari kotoran penguin, seperti yang ada dalam jurnal ilmiah Science of the total Environment yang telah diumumkan.
Untuk mengungkap fakta penelitian kotoran penguin dari ketiga gas ini, para ilmuwan banyak menghabiskan waktu di lingkungan penguin dengan koloni yang berisi sekitar 300.000 penguin. Penelitian kali ini berada di Pulau Geodia Selatan yang ada di utara lingkar kutub dengan waktu yang tidak sebentar.
Ilmuwan Teler
Bagaimana ilmuwan bisa teler karena kotoran penguin ini, jawabannya karena salah satu gas yang dihasilkan kotoran penguin ini yakni N20 yang disebut juga dengan gas tertawa.
Hal ini karena banyaknya gas yang dihirup oleh para ilmuwan saat berada di sekitar burung penguin. Ini dikutip dari ScienceAlert.com yang didapat dari ketua penelitian yaitu Professor Bo Elberling yang berasal dari University Of Copenhagen’s Departement Of Geoscience and Natural Resource Management.
Dimana fakta penelitian kotoran penguin menunjukkan jika konsentrasi gas tertawa ini sangat tinggi untuk bisa membuat para tim ilmuwan teler pada saat penelitian berlangsung.
Pada ilmuwan ada yang menjadi gila setelah dikelilingi banyaknya kotoran penguin selama beberapa waktu dan ada juga ilmuwan yang menjadi sakit kepala saat kebanyakan menghirup bau kotoran.
Hasil Fermentasi Kotoran
Gas tertawa yang membuat ilmuwan teler bukan sepenuhnya berasal dari kotoran penguin, namun gas ini dihasilkan pada proses fermentasi kotoran oleh bakteri tanah.
Bakteri tanah ini mengubah unsur nitrogen pada kotoran menjadi unsur nitrogen oksida. Hal ini karena makanan yang dimakan penguin sangat banyak mengandung nitrogen, seperti udang dan ikan.
Sehingga kotoran yang dihasilkan penguin menjadi pabrik dari unsur nitrogen yang sangat banyak. Ini menjadi fakta penelitian kotoran penguin baru-baru ini.
Efek Rumah Kaca
Bisa dikatakan cukup menyenangkan untuk melakukan penelitian kotoran penguin kali ini. Namun tujuan utama dari penelitian ini bukan untuk memanen gas saja.
Para ilmuwan berusaha meneliti jumlah gas rumah kaca atau Green House Gas (GHG) yang bisa dihasilkan dari kotoran penguin dan apakah berdampak pada pencairan gletser di kutub selatan.
Gas rumah kaca menjadi sebutan untuk beberapa gas yang dapat menangkap radiasi cahaya matahari pada atmosfer dan bisa menyebabkan pemanasan pada Bumi atau Global Warming.
Lebih Banyak Polusi yang Dihasilkan Manusia
Walaupun dari fakta penelitian kotoran penguin mengungkap ketiga gas diatas masuk dalam gas rumah kaca, namun jumlah tersebut tidak bisa untuk mempengaruhi pemanasan global di seluruh penjuru Bumi.
Sehingga polusi yang dihasilkan penguin tidaklah sebanding dengan polusi yang disebabkan oleh manusia. Seperti asap kendaraan, peternakan, dan industri.
Berdasarkan dari pernyataan yang disampaikan oleh ketua penelitian, gas ini cukup memberi kesenangan untuk para ilmuwan selama melakukan penelitian di kutub yang kondisinya sangat dingin.
Hal menarik dari penelitian kotoran penguin ini adalah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia mampu mengubah ekosistem. Semakin mundurnya gletser, maka populasi burung penguin terkait gas tertawa yang dihasilkan semakin banyak.
Inilah beberapa fakta penelitian kotoran penguin yang tidak sebanding dengan kerusakan yang disebabkan oleh manusia. (R10/HR-Online)