Adanya anggapan bahwa Bulan sudah lama mati, kini terbantahkan dengan adanya aktivitas tektonik di Bulan. Bila kita perhatikan secara seksama, Bulan mungkin terlihat seperti bongkahan batu mati yang dingin mengambang di angkasa.
Namun, adanya tanda kehidupan mungkin saja bisa terjadi. Kabar yang sedang beredar baru-baru ini, ahli geologi telah menemukan petunjuk tektonik di dekat Bulan. Bahkan adanya kemungkinan aktivitas tektonik ini sedang berlangsung hingga saat ini.
Aktivitas Tektonik di Bulan
Sejak era Apollo, Bulan masih mengeluarkan suara gemuruh. Dalam beberapa dekade yang lalu, seismometer telah berada di permukaan Bulan oleh astronot Apollo.
Sebuah fakta pun terungkap bahwa terjadi gempa di Bulan yang lemah di bawah permukaan dan gempa tektonik dangkal di kerak Bumi.
Baca Juga: Akibat Revolusi Bulan yang Dapat Dilihat dari Bumi, Seperti Apa?
Berkat kejadian tersebut, para ahli geologi memberikan sebuah kesimpulan bahwa gempa Bulan purnama merupakan hasil interaksi gravitasi akan Bumi yang menempatkan sejumlah tekanan pada Bulan.
Mungkin saja, dari sinilah terjadinya aktivitas tektonik di Bulan menjadi sebuah perkiraan. Namun, gempa Bulan dangkal dikit lebih sukar untuk dijabarkan. Fenomena ini serupa dengan gempa Bumi yang kuat.
Akan tetapi, Bulan sendiri pun tidak mempunyai lempeng tektonik seperti yang menyebabkan Bumi bergidik. Sehingga getaran yang timbul tidaklah mudah untuk dijelaskan.
Lebih mencengangkan lagi, para ilmuwan temukan satu kemungkinan terjadinya aktivitas tektonik akibat Bulan menyusut sebab terus mendingin usai terbentuk 4,5 miliar tahun yang lalu.
Bukti Baru Adanya Aktivitas Tektonik di Bulan
Pernyataan Bulan tidak berarti mati telah terbukti dengan bukti yang belum lama ini telah terlihat jelas.
Baca Juga: Warna Bulan Sebenarnya di Luar Angkasa yang Perlu Diketahui
Punggungan yang baru saja terlihat di permukaan Bulan membuat para ilmuwan berpikir bahwa ada kemungkinan Bulan memiliki sistem tektonik aktif.
Para peneliti telah menemukan sejumlah punggungan dengan batuan dasar yang terbuka, tidak adanya regolith Bulan atau tanah Bulan. Terutama yang tersebar di permukaan dekat Bulan. Data tersebut berasal dari Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) NASA.
Punggungan ini berbintik-bintik dengan batu-batu besar. Sehingga bisa menjadi bukti bahwa belum lama berselang terjadinya aktivitas tektonik di Bulan yang menghancurkan permukaan Bulan.
Sementara itu, sebagian besar permukaan Bulan telah tertutupi oleh lunar regolith dan ada beberapa tambahan yang jarang terjadi dari batuan dasar yang terbuka ini.
Akan tetapi, menurut Peter Schultz, yakni profesor di Departemen Bumi, Ilmu Lingkungan dan Planet Bumi Brown University sekaligus penulis pendamping dari sebuah studi baru menggambarkan temuan tersebut.
Schultz memberikan pernyataan karena regolith terbentuk dengan cepat di permukaan pasti ada sesuatu yang menciptakan punggung bukit ini dengan batuan dasar yang terbuka di Bulan.
Bukan hanya itu saja, Schultz juga menambahkan bahwa punggungan dengan batuan dasar yang terbuka telah terlihat sebelumnya. Kejadian ini bisa jelas dengan menggunakan bukti yang memperlihatkan bahwa lava sempat mengalir di sana.
Baca Juga: Umur Bulan Milik Bumi Ternyata Lebih Muda Dari Perkiraan
Berkat berat dan gerakannya, akhirnya menciptakan punggungan. Namun dalam studi baru yang terlihat punggungan yang tak bisa terurai oleh pergerakan vulkanik purba. Serta tampaknya justru terkait dengan aktivitas tektonik di Bulan.
Ada 500 Bidang Batuan Terbuka
Selain itu, telah dilakukan sebuah pengamatan lainnya yang dipimpin oleh Adomas Valantinas. Ia adalah seorang mahasiswa pasca sarjana di Universitas Bern di Swiss. Pengamatan ini menggunakan instrumen Diviner LRO yang mengukur suhu di permukaan Bulan.
Dari data tersebut mampu menentukan jenis batuan dan jenis permukaan yang terletak di area tertentu.
Hal ini karena area yang tercakup dalam regolith Bulan cenderung lebih dingin jika dibandingkan dengan area terbuka dari batuan dasar yang bebas dari regolith.
Dari pengamatan ini pula, mereka dapat menemukan 500 bidang batuan terbuka pada punggung sempit di permukaan bulan dekat Maria Bulan atau bercak hitam besar di Bulan.
Valantinas dan Schultz telah memetakan semua punggungan terbuka ini dan ternyata berbaris sempurna dengan retakan kuno di kerak Bulan yang terlihat oleh misi GRAIL NASA pada tahun 2014.
Sebenarnya, studi baru yang terbit pada 13 April di jurnal Geology bukanlah satu-satunya bukti untuk aktivitas tektonik di Bulan.
Contoh lainnya, seismometer pada permukaan Bulan oleh astronot Apollo pada akhir tahun 1960an serta awal 1970an juga telah mengambil bukti terjadinya banyak gempa. (R10/HR-Online)