Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Pesan berantai di WhatsApp dan media sosial menyebutkan pasien positif Corona Pangandaran, Jawa Barat terpapar dari UGD RSUD Kota Banjar. Hal ini dibantah oleh Direktur RSUD Kota Banjar, dr Ekalina Liandari.
Dalam pesan berantai tersebut disebutkan, berdasarkan informasi dari anaknya, pasien yang diduga positif Covid-19 adalah warga Desa Cintaratu, Kecamatan Parigi. Pasien masuk dirawat ke RSUD Banjar pada hari Sabtu, (18-4-2020).
Sebelumnya pasien berobat dulu ke PKM Selasari. Pasien juga disebut punya riwayat pergi ke anaknya di Padaherang yaitu pada prtengahan bulan Maret (lebih dari dua Minggu) dan dalam keadaan sehat.
Anaknya yang dikunjunginya pun orang yang tidak punya riwayat bepergian jauh, serta tidak ada anggota keluarga yang datang dari luar daerah.
Hari ketiga di UGD, pasien dirongent ada kelainan di paru-paru dan langsung dimasukan ke ruang isolasi RSUD Banjar. Pada saat di ruang isolasi dilakukan Test Swab dan hasilnya baru terkonfirmasi pada hari Minggu, (26/4/2020).
Informasi tenaga medis yang pertama kali menolong, pasien sakit karena hipertensi dan tidak menunjukan gejala kena virus Corona.
Di akhir keterangan pesan berantai tersebut menyebutkan, asumsi praduga: pasien ada kecenderungan terpapar virus Corona pada saat dirawat beberapa hari di ruang UGD RSUD Banjar.
Tidak ada yang tahu dari mana asal pesan berantai tersebut. HR Online masih berusaha mengonfirmasinya kepada Dinas Kesehatan Pangandaran.
Namun, dr Ekalina Liandari, direktur RSUD Kota Banjar membantah pasien positif Corona Pangandaran terpapar di UGD RSUD Kota Banjar.
“Semua pasien saat masuk itu tidak pernah langsung dinyatakan Covid, semua melalui screening pemeriksaan rontgen dan penunjang laboratorium. Di sana hari ketiga dari rontgen ada kelainan paru-paru,” kata dr Eka menjelaskan.
Kelainan paru-paru tersebut, kata dia, biasanya ditunjukkan dari infiltrasi atau cairan di paru-paru yang terlihat di rontgen foto yang menunjukkan ciri khas Covid-19
“Kalau terpapar di UGD tidak mungkin secepat itu, terlihat di gambaran rontgen karena ada masa inkubasi sebelumnya ,” tegasnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, lanjut dr Eka, pasien kemudian dimasukkan ke ruangan isolasi. Dia juga menegaskan, Covid-19 diperberat oleh faktor penyakit komorbid (penyerta) lainnya.
“Dalam kasus ini, pasien ada riwayat hipertensi, kalau sudah pandemi riwayat berpergian sudah tidak jadi faktor utama. Karena bisa jadi dapat dari kontak dengan siapapun yang mungkin tidak disadari,” katanya.
Bahkan dr Eka juga mengatakan, jika meragukan RSUD Kota Banjar, maka dirinya mempersilakan pasien berikutnya dirujuk ke rumah sakit lain.
“Kalau mereka meragukan dan seolah menyudutkan rumah sakit saat keluarga terkonfirmasi positif, mangga untuk berikutnya rujuk pasiennya ke rumah sakit lain sesuai wilayahnya, jangan ke RSUD Banjar lagi, RS Pandega Pangandaran juga sudah menjadi rumah sakit rujukan Covid-19 juga,” tandasnya.
SOP Ketat Penanganan Covid-19 di UGD RSUD Kota Banjar
Sementara itu dari informasi yang didapat HR Online, UGD RSUD Kota Banjar, menerapkan SOP ketat dalam penanganan wabah Covid-19.
Salah seorang tenaga medis yang bertugas UGD RSUD Kota Banjar, menjelaskan, dirinya tidak pulang ke rumah setiap saat. Dia bersama tim medis yang bertugas di UGD dan yang merawat pasien kasus Covid-19 menginap di BLK Kota Banjar.
“Sebulan sekali kami dirapid test, kalau ingin pulang, kami menjalani swab test dua kali, kalau sudah negative yang pertama, diswab test lagi, 4 hari kemudian kami baru bisa pulang ke rumah,” kata perawat yang enggan disebut namanya.
Bukan itu saja, saat di rumah pun, dirinya tidak bisa menyentuh anaknya yang masih TK. Dia pun harus selalu memakai masker, meski ada di dalam rumah.
“Baru kalau misalnya hasil tes swab kedua negative, masker baru bisa dibuka,” katanya.
Dia juga mengaku sedih membaca pesan berantai yang menyudutkan UGD RSUD Kota Banjar. “Kami sudah bekerja sesuai SOP, mau pulang saja ada prosedur yang harus kami jalankan,” ungkapnya.
Selain SOP yang harus dijalankan oleh para tenaga medis, peralatan di ruang UGD juga dibersihkan sesuai SOP penanganan Covid-19.
“Cleaning service di UGD itu sudah ditambah, kalau ada pasien, selesai diperiksa alat-alat semuanya dibersihkan, jadi sudah ketat sekali. Jadi sedih kalau ada yang bilang pasien terpapar di UGD,” katanya. (R7/HR-Online)