Data baru mengungkapkan bahwa air di planet Jupiter lebih melimpah dari apa yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya. Data baru tersebut didapat dari wahana antariksa milik NASA yang bernama Juno.
Fakta baru terkait kelimpahan air di Jupiter ini mengundang rasa penasaran ilmuwan untuk menelitinya lebih mendalam. Dimana harapannya bisa menemukan sederet informasi menarik lainnya.
Kelimpahan Air di Planet Jupiter
Terkait kelimpahan air di Jupiter, sebelumnya ilmuwan meninjau hasil dari misi Galileo. Data dari misi NASA ke Jupiter ini diambil pada tahun 1995.
Dalam data tersebut, diketahui bahwa kelimpahan airnya 10 kali lebih sedikit jika dibandingkan dengan perkiraan ilmuwan selama ini.
Namun ternyata data tersebut bukanlah satu-satunya data yang berhasil mengejutkan ilmuwan. Data yang didapat Juno juga tak kalah menyita perhatian ilmuwan.
Sebagaimana yang sudah sedikit diulas di atas, data yang dihimpun Juno menunjukkan bahwa airnya lebih melimpah. Bahkan melebihi perkiraan ilmuwan.
Dari data terbaru, jumlah airnya nyaris membentuk 0,25% molekul atmosfer di ekuator planet Jupiter. Dengan jumlah air di planet Jupiter tersebut, ternyata sebanding dengan 3 kali lipat besarnya daripada matahari.
Perbandingan kelimpahan air yang ada di Jupiter ini sebenarnya bukan hanya dihitung berdasar airnya saja, akan tetapi juga komposisi oksigen dan hidrogennya.
Misi Juno sendiri meluncur sejak tahun 2011. Kemudian pada tahun 2016, Juno sudah mulai menjalankan misinya dengan melakukan penelitian ilmiah terhadap Jupiter.
Diluncurkannya misi Juno pun dianggap mampu menyempurnakan misi-misi yang pernah dijalankan sebelumnya terkait air di Jupiter.
Alasan Misi Galileo Tak Seakurat Juno
Perbedaan data yang didapat dari misi Galileo dan Juno memunculkan pertanyaan baru yang menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Mengapa hasil kelimpahan air di planet Jupiter yang diperoleh dalam misi Galileo tak seakurat data yang dihimpun dalam misi Juno? Terkait hal ini, ada penjelasannya.
Perlu untuk anda ketahui, ada kemungkinan kelimpahan air di Jupiter sangat bervariasi. Hal ini sebagaimana penjelasan dari Scott Bolton selaku penyelidik utama misi Juno.
Karena adanya dugaan tersebut, diperkirakan misi Galileo saat itu menyelidiki tempat yang kurang tepat. Dimana kawasan tersebut cenderung kering dan hangat.
Sementara misi Juno mampu meneliti ekuator. Kelimpahan air di wilayah khatulistiwa ini sendiri terbilang unik. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Cheng Li selaku peneliti dari University of California.
Dengan alasan tersebut, tak heran jika jumlah air di planet Jupiter yang ditemukan Galileo sangat rendah. Alasan ini diperkuat dengan adanya pemanfaatan teleskop inframerah berbasis darat.
Bukan hanya itu saja, diketahui bahwa perbedaan kedalaman penelitian juga menjadi alasan mengapa data yang didapat juga berbeda.
Perlu untuk anda ketahui, Galileo melakukan penelitian di atmosfer Jupiter dengan kedalaman sekitar 75 mil. Sementara Juno berhasil meneliti hingga 93 mil ke dalam atmosfernya.
Karena kemampuannya tersebut, misi Juno bukan hanya mampu mengungkap kelimpahan air saja, melainkan juga informasi atmosfernya.
Diketahui bahwa atmosfer Jupiter tak tercampur sebagaimana mestinya, bahkan di bawah puncak awannya. Hal ini pun yang hingga kini masih menjadi salah satu fokus penelitian ilmuwan.
Penemuan Jejak Air di Jupiter
Perlu untuk anda ketahui bahwa tanda adanya air di planet Jupiter bukan hanya berhasil diungkap pada misi Galileo dan Juno saja, akan tetapi juga Hubble.
Teleskop luar angkasa tersebut mendeteksi adanya air di bulan milik Jupiter, yakni Europa. Terkait penemuan tersebut, ilmuwan memperkirakan adanya kehidupan di lautan panas.
Tak hanya itu, penemuan jejak air di Europa ini juga memunculkan dugaan bahwa ada kandungan garam di bawah permukaan es.
Bulan Europa sendiri mempunyai diameter 1.900 mil. Sementara temuan jejak air oleh teleskop Hubble sekitar 125 mil tepat di atas permukaan Europa.
Beralih ke data terbaru yang didapat Juno, wahana antariksa ini akan bergerak ke daerah lainnya. Dimana hal tersebut akan memudahkan ilmuwan dalam membandingkan kelimpahan air di ekuator dan wilayah lainnya.
Dalam menjalankan misinya, Juno dibekali dengan Radiometer Microwave yang terbukti canggih dan memadai. Dilansir dari Space, 22 Februari 2020, penemuan air di planet Jupiter ini telah diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy. (R10/HR-Online)