Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- KH Asep Maoshul Ahmad Affandy, mengimbau para petani di Kabupaten Pangandaran untuk mulai menggunakan pupuk organik, seperti pupuk kandang dan pupuk kompos.
Selain itu, Anggota DPR RI Komisi IV yang juga pimpinan Pesantren Miftahul Huda, Manonjaya, Tasikmalaya ini, juga mengimbau petani untuk tidak membakar jerami sesudah panen padi.
Hal ini sebagai upaya untuk melestarikan alam yang dikatakan KH Asep Maoshul sudah rusak akibat perbuatan manusia sendiri.
Dia mengimbau agar saat musim tanam padi, petani di Pangandaran mulai memanfaatkan pupuk jenis non kimia.
“Kalau biasanya, petani di Indonesia, termasuk di Pangandaran ini memang kebanyakan memakai pupuk kimia saat musim tanam, ini sebaiknya segera diganti saja dengan pupuk non kimia,” katanya, Minggu (16/2/2020).
KH Asep Maoshul menjelaskan, jenis pupuk non kimia atau pupuk organik bisa didapat dari pupuk kandang dan pupuk kompos. Kedua pupuk tersebut dinilai lebih ramah lingkungan, sehingga sejalan dengan upaya untuk melestarikan alam.
“Selain sebagai upaya pelestarian alam, dengan memakai pupuk kandang atau pupuk kompos, tanamannya juga akan tumbuh dengan baik, panen juga bisa maksimal, asalkan pemeliharaannya juga benar,” paparnya.
Dia menyebut saat ini petani sudah ketergantungan pada pupuk kimia. Hal ini sebaiknya segera disadarkan mulai sekarang, dengan cara sosialisasi ke berbagai pihak.
“Orang dulu itu pelihara ayam, kambing, dan hewan ternak lain bukan cuma untuk konsumsi atau untuk kebutuhan keluarga saja, tapi limbahnya atau kotorannya itu dimanfaatkan juga untuk pupuk tanaman,” terangnya.
Hal ini, kata dia, sangat jauh berbeda dengan zaman sekarang. “Saat ini kalau ada yang memelihara kambing atau ayam, maka yang dilihat adalah bisnisnya, apakah menghasilkan atau tidak, itu yang diutamakan. Sementara masalah pencemarannya yang berdampak pada lingkungan seringkali diabaikan,” katanya.
KH Asep Maoshul Juga Imbau Petani di Pangandaran Tak Bakar Jerami
Selain penggunaan pupuk organik, KH Asep Maoshul juga mengimbau petani di Panganaran agar tidak membakar jerami di areal pesawahan. Menurutnya, petani yang membakar jerami di sawah juga akan mematikan cacing tanah yang ada di sawah tersebut.
“Masalah kesuburan tanah kan salah satunya karena faktor adanya oksigen dan cacing tanah. Cacing ini yang jadi penyubur tanah. Kalau jerami sisa panen malah dibakar, cacing yang menyuburkan tanah itu juga nantinya ikut mati,” terangnya.
KH Asep Maoshul juga berharap pemerintah mulai pemerintah pusat sampai daerah dapat membina petani dan membekalinya ddengan wawasan dan pelatihan secara maksimal. (Ceng2/R7/HR-Online)