Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Ida (35), patut diacungi jempol. Perempuan asli Kota Banjar ini menguji peruntungan berjualan bakso di Dusun Cibeureum, Desa Balokang, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, dengan merk dagangnya Bakso Agan.
Kesuksesannya dalam menjual mie bakso bersama suaminya, Roni Apriatna (37), di Jalan Pedepokan Balokang, tidak semulus yang dibayangkan. Sebab, sebelumnya ia mencoba berbagai peruntungan berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun tak ada yang cocok.
Saat ditemui Koran HR di rumahnya, Senin (27/01/2020), Ida menuturkan, dirinya menjual bakso sudah berlangsung sekitar 3 tahun. Meski terbilang baru, namun ia mengaku sangat bersyukur baksonya diburu para pencinta kuliner olahan daging berbentuk bola itu.
Ia pun menceritakan, sejak tinggal di Balokang, dirinya mencoba peruntungan dengan berdagang berbagai jajanan anak-anak dan gorengan. Lantaran merasa kurang, ia menambah jenis makanan yang dijual, yakni berupa soto.
“Dulu pas jualan itu memang biasa-biasa saja, meski sudah ditambah jualan soto. Tapi setelah beralih ke bakso, justru berbanding terbalik dengan sebelumnya. Alhamdulillah ramai terus,” tutur Ida.
Sebelum beralih ke Bakso Agan, jelas Ida, ia bersama suaminya yang juga didukung oleh ayahnya, untuk berjualan bakso. Hal itu karena melihat dagangannya kurang begitu ramai. Bahkan, awal proses pembuatan adonannya juga dibantu ayahnya yang juga penjual bakso.
Meski tak begitu berpengalaman dalam membuat racikan bakso, namun Ida mengaku sebagai pencinta bakso bisa mengukur ukuran bakso yang akan dijualnya itu.
“Memang awal-awal jualan ya kurang begitu laku. Sering lebihnya dimakan sendiri. Tapi, kira-kira menjelang Lebaran beberapa tahun lalu, tiba-tiba pembeli dari jauh mulai berdatangan ke sini, karena mereka dengar dari media sosial. Berkat itu, hingga sekarang Alhamdulillah cukup ramai,” ungkapnya.
Sementara itu, Roni, suami Ida, mengaku sangat terbantu dengan adanya media sosial, terutama Facebook dan Instagram. Karena, lewat postingan pelanggan itu, usahanya kini diburu para pembeli.
Menurut pria lulusan UPN Yogyakarta itu, kunci dalam menjaga kualitas bakso agar tidak mengecewakan pelanggan adalah dengan berlaku jujur dalam olahan.
Jujur, kata Roni, juga bisa diimpelementasikan dalam hal masakan. Artinya, ketika dirinya jualan bakso yang merupakan olahan daging sapi, maka ia membuat bakso itu dari olahan daging sapi, bukan dari yang lainnya.
“Jadi menurut saya itu prinsip utamanya. Sedangkan yang lainnya, saya bersama istri sudah sepakat tidak mengambil banyak keunguntungan dari dagangan ini. Tapi yang paling penting adalah bisa berkelanjutan, dan bisa dipercaya pelanggan,” jelas Roni, yang pernah bekerja di Dinas Petanian Kota Banjar.
Melihat perjalanan selama ini menjadi tukang bakso, Roni mengaku sudah yakin, bahwa hal itu adalah jalan hidupnya. Meskipun ia sebelumnya pernah mencari peruntungan dengan berdagang maupun bekerja di instansi pemerintahan.
“Mungkin ini sudah jadi jalannya. Saya di media sosial hanya memaksimalkan Google Map saja. Mudah-mudahan saja ke depan Bakso Agan bisa semakin ramai lagi,” pungkas Roni. (Muhafid/Koran HR)