Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Pemerintah Desa Kujangsari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, berkomitmen membangun SDM melalui pemberdayaan masyarakat. Fokus pembangunan yang selama ini pada bidang fisik, mulai beralih ke bidang pemberdayaan, seperti pengembangan lele bioflok.
Kepala Desa Kujangsari, Ahmad Mujahid, mengatakan, di penghujung tahun 2019 ini, pihaknya mendorong masyarakat melalui RW, untuk mengembangkan budidaya lele dengan konsep bioflok.
Karena menurutnya, konsep budidaya ikan lele bioflok menjadi salah satu yang paling bisa dilakukan oleh semua kalangan, bahkan di tempat yang sempit sekalipun.
“Nah, ini kita sengaja buat pelatihan dulu dengan menggandeng Dinas Pertanian dan menghadirkan Pak Sekdis yang juga ahli dalam bidang ini,” kata Mujahid, kepada Koran HR, Senin (17/12/2019).
Dalam pelatihan yang diikuti oleh perwakilan dari setiap RW yang ada di wilayah Desa Kujangsari, pihaknya berharap setelah pelatihan ini mereka akan mendapatkan bantuan media bioflok beserta ikannya.
Dari salah satu program pemberdayaan masayrakat ini, Pemdes Kujangsari juga akan memberikan 3 bioflok beserta benih ikannya kepada masing-masing RW untuk dikembangkan. Jadi, satu desa ada 11 RW, sehingga jumlah totalnya 33 bioflok yang didanai dari Dana Desa (DD).
“Saya yakin, ketika tiap RW ada, dan masyarakat meniru, Kujangsari akan sangat luar biasa sekali. Ini bisa menjadi ciri khas baru lagi bagi Kujangsari di bidang perikanan,” ucap Mujahid.
Hal ini selaras dengan ajakan Walikota Banjar untuk mengembangkan ikan Gurame dan Lele (Gule). Karena itu, Desa Kujangsari mengambil peluang pada bidang budidaya lele dulu, karena gurame di Kujangsari banyak yang membudidayakan.
Sedangkan, untuk pengawasan program ini tepat sasaran dan penerima bantuan benar-benar menjalankan sesuai harapan, Pemdes Kujangsari bakal membuat tim khusus yang mengawasi masalah ini.
“Adapun untuk keberlangsungan budidaya ini, kami menggandeng Dinas Pertanian dan PPL untuk memberikan pemahaman hingga program tersebut benar-benar sukses,” kata Mujahid.
Sementara itu, Sekdis Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan Kota Banjar, Ir. Ngadimin, menyebutka bahwa, budidaya ikan lele menggunakna konsep bioflok sangat menjanjikan, dan bisa dikembangkan oleh masyarakat Kota Banjar.
Namun, ia menyarankan agar warga benar-benar memahami semua hal dalam budidaya ini, agar dapat meminimalisir kegagalan dalam membudidayakannya.
“Bioflok ini hampir mirip kita membuat tempe yang erat kaitannya bagaimana kita merekayasa bakteri baik untuk sistem ini. Jadi, ketika kita salah komposisi, bisa jadi tempenya gagal, termasuk bioflok ini,” terang Ngadimin.
Meski kegagalan adalah hal yang biasa dalam bisnis yang bersentuhan dengan makhluk hidup, untuk itu dirinya mengajak masyarakat untuk selalu komunikasi dan konsultasi dengan pihaknya atau pun PPL, terkait budidaya ikan yang akan dikembangkannya itu.
“Sekarang zaman semakin canggih, tidak harus ketemu saya, tapi cukup dikirim video, semua masalah Insya Alloh bisa selesai untuk ini. Terpenting, masyarakat harus mau belajar dan jangan mengeluh,” tandasnya. (Muhafid/Koran HR)