OLEH DEDE SURYANA MARWI
Awal tahun pelajaran merupakan awal dari gerbang kekhawatiran bagi setiap siswa baru yang mulai masuk pada pendidikan dengan jenjang yang lebih tinggi manakala harus menghadapi pada kegiatan orientasi siswa, padahal tujuan kegiatan orientasi siswa itu sendiri sebagai wahana dalam memberikan pengetahuan dan informasi tentang keadaan sekolah yang baru, perangkat sekolah dengan berbagai kelengkapan organisasi dan mengenalkan tempat perangkat organisasi serta berbagai kegiatan yang ada di sekolah baru.
Proses pelaksanaan orientasi juga merupakan media promo bagi berbagai organisasi kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah dengan tujuan agar siswa baru dapat menyalurkan hobinya baik kegiatan olahraga, kesenian, karya ilmiah dan organisasi yang ada di sekolah seperti OSIS, Pramuka, PMR, IRM dan Paskibra. Siswa baru dapat memilih kegiatan mana yang cocok dengan hobi dan kreasinya. namun kenapa setiap siswa baru selalu was was dalam menghadapi orintasi siswa baru ?
Tidak sedikit kegiatan orientasi digunakan oleh oknum siswa senior dengan melakukan kegiatan di luar tujuan dari kegiatan orientasi seperti dengan kegiatan perpeloncoan baik dengan pisik ataupun non pisik sehingga mencoreng tujuan awal dari kegiatan orientasi siswa, padahal kegiatan orientasi dapat dijadikan ajang kompetisi bagi siswa baru dalam memperlihatkan kebolehannya dari berbagai kemampuan yang dikuasainya.
Sering juga kita lihat orientasi banyak memunculkan orang yang sehat menjadi tidak sehat seperti peserta orientasi harus mengunakan berbagai aseksoris yang dipakai mulai berangkat dari rumah sampai sekolah dan pulang lagi kerumah, berbagai ragam asesoris yang di dipasang pada peserta diantaranya berbagai sayuran, barang bekas, dengan alasan bahwa itu dilaksanakan sebagai materi untuk latihan mental peserta.
Kegiatan perpeloncoan bagi siswa baru berawal dari proses masa lalu yang terjadi pada kegiatan orientasi telah dilakukan oleh seniornya yang diberlakukan turun temurun yang merupakan aksi dari balas dendam senior pada junior pada kegiatan orientasi masa lalu yang tidak sadar bahwa itu bisa mengundang beban mental peserta orientasi sehingga pada akhirnya kegiatan orientasi tidak tepat pada tujuan yang diharapkan.
Kondisi ini bisa diakibatkan oleh kesalahan sistem dan tatan cara kerja pada kegiatan orientasi dengan tidak memperhatikan pembentukan karakter siswa, kegiatan orientasi yang kadang senior selalu ingin memperlihatkan kelebihan dari juniornya yang hanya punya tujuan balas dendam.
Pelajar pada masa SMP dan SMA ini sedang mengalami proses pencarian jati diri cenderung bergaul dalam berkelompok. Kelompok dalam pergaulan pelajar ini banyak yang memicu permasalahan namunbiasanya memiliki rasa setia kawan yang berlebihan, maka anak yang masih bersifat labil, egois, dan emosional cenderung bertindak sesuka hati yang sering menjadikan persoalan kecil menjadi persoalan besar, seperti ejek-ejekan, perebutan perempuan, dipalak dan lain sebagainya, yang menimbulkan rasa ketersinggungan, sehinggga memicu terjadinya tindakan diluar aturan pelajar.
Dalam orientasi ini perlu juga ada kegiatan dari komunitas luar sekolah seperti dari pemerintahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepolisian, kesehatan dan pakar hukum agar setiap siswa juga paham dengan berbagai kegiatan baik yang mendukung ataupun yang akan merusak tujuan siswa dalam belajar yang ada di luar sekolah.
Pendidikan karakter yang efektif mensyaratkan peran serta komunitas di luar sekolah sebagai rekan strategis dalam pengembangan pendidikan. Karena itu, peran serta komunitas, seperti media, orangtua, aparat kepolisian, pejabat pemerintah, dalam upaya mengikis perilaku sangatlah diperlukan. Kepolisian harus bekerja sama dengan sekolah untuk mengembangkan budaya tertib hukum dan taat aturan.
Agama sebagai pedoman dasar diharapkan lebih memberikan pedoman moral dan spiritual kepada anak yang mengalami perubahan sikap dan pola pikir dalam hidupnya, sesungguhnya agama bisa berperan sebagai kanopi suci atas kekacauan hidup masyarakat. Selain itu, diharapkan pula para orang tua dan masyarakat menunjukkan sikap hidup yang benar, yang bisa dijadikan pedoman bagi anak untuk mengarungi kehidupan.Karena semakin marak kekerasan terjadi di antara pelajar, apabila tidak diantisipasi sedari dini seperti itu, tak mustahil akan lahir krisi meluas pada generasi muda.
Peranan guru dalam kegiatan orientasibukan hanya mendidik, tapi membimbing dan membantu agar anak mencapai kedewasaan secara optimal, artinya kedewasaan yang sempurna sesuai dengan norma dan kodrat yang dimilikinya, juga memperhatikan aspek kematangan, bakat, kebutuhan, kemampuan dan sikap, agar mereka dapat diberikan bantuan dalam mencapai tingkat kedewasaan yang optimal dengan menjadi pendamping panitia orientasi siswa, memperhatikan kegiatan orientasi sehingga tidak menimbulkan adanya kegiatan balas dendam yang berkelanjutan yang dilakukan seniornya serta guru juga melakukan evaluasi terhadap berbagai persiapan dan pelaksanaan kegiatan orientasi. ***