Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Penataan kawasan kota untuk ruang publik masyarakat di Kota Banjar terus dilakukan. Salah satunya rencana revitalisasi Alun-alun Langensari pada tahun 2020 mendatang.
Pada DED yang sedang dalam proses penyusunan oleh tim teknis dari Provinsi Jawa Barat, Alun-alun Langensari akan dihiasi sebuah ornamen yang memperkuat ciri yang melekat pada daerahnya.
Meski begitu, hingga saat ini stakeholder terkait dan segenap warga masyarakat Kecamatan Langensari khususnya, masih mencari ikon khas apa yang akan diusulkan, agar nantinya bisa dipasang pada ornamen di Alun-alun Langensari.
Seiring dengan hal itu, pekan lalu Pemerintah Desa Langensari, Kecamatan Langensari, mencoba mengundang sejumlah mantan kepala desa dan tokoh masyarakat setempat, termasuk tim teknis lokal yang telah dibentuk sebelumnya guna mendiskusikannya.
“Hasil diskusi waktu itu, kita masih kebingungan atau masih sedang mencari ikon daerah sini. Mau berbentuk seperti apa yang diusulkan, yang rencana nantinya dipasang pada ornamen Alun-alun Langensari,” kata salah satu tim teknis lokal, yang juga selaku Sekdes Langensari, Dadang Suharto, kepada Koran HR, Senin (02/09/2019).
Dia mengungkapkan, pihak timnya bersama tokoh masyarakat baru bisa membuat narasi usulan seputar sarana prasarana penunjang, yang diharapkan tersedia atau terbangun pada pelaksanaan penataan Alun-alun.
“Sejumlah masukan atau usulan sudah kita susun. Usulan kita ini baru bisa disampaikan jika DED telah selesai dibuat dan diekspos. Jika tidak sinkron dengan harapan warga, tentu DED bisa dirubah atau perbaikan,” ujarnya.
Pada prinsifnya, kata Dadang, dalam penataan Alun-alun Langensari ini nantinya harus mengakomodir ketersedian sarana prasarana yang menunjang pada pelayanan publik yang ramah lingkungan. “Ya, kita tunggu saja DED penataan Alun-alun Langensari ini sepeti apa,” tukas Dadang.
Senada dikatakan Ketua BPD Langensari, Joni, yang menyebut pihaknya masih kebingungan mencari ikon khas yang bakal terpasang pada ornamen di Alun-alun Langensari nanti.
“Kita belum nemu apa karakter khas atau ciri daerah ini yang mau coba diusulkan pada DED penataan Alun-alun Langensari. Bila dipasang ornamen berbentuk daun pepaya, kan daerah lainnya juga banyak. Malah Jawa Tengah termasuk komoditas produksi buah pepayanya lebih banyak dibanding Kota Banjar,” kata Joni, yang juga sebagai bagian anggota tim teknis lokal.
Yang jelas, lanjut Joni, pihaknya dua minggu lalu sudah diundang oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Bappeda Kota Banjar, untuk melaksanakan pembentukan tim teknis lokal. Tim teknis lokal ini dibentuk tujuannya untuk memberikan masukan pada konsolutan dalam penyusunan DED.
“Bahkan, tim teknis Prov. Jabar juga sudah turun meninjau lokasi dan melakukan pengukuran sebagai bahan penyusunan DED. Setelah itu, kami bersama warga tokoh warga lain sudah berdiskusi dalam menindaklanjutinya guna mendukung pelaksanaan penataan Alun-alun Langensari,” terang Joni.
Sementara itu, Kepala Bappeda Kota Banjar, H. Agus Nugraha, mengungkapkan, bahwa anggaran penataan Alun-alun Langensari tidak terpaku pada anggaran yang sudah ditentukan oleh Pemprov. Jabar sebelumnya, yakni Rp18 hingga Rp 20 miliar.
“Anggaran penataan Alun-alun Langensari bisa saja tidak mencapai angka 18 miliar rupiah. Itu nantinya tergantung DED yang ada jika telah selesai disusun oleh Provinsi. Saat ini DED-nya masih proses dibuat,” ujarnya.
Menurut Agus, analisa kebutuhan anggaran baru bisa diketahui jika DED penataan Alun-alun Langensari sudah rampung, dan jika nanti anggatannya tidak sampai menghabiskan dana sebesar Rp 18 miliar, tentu sisanya akan dikembalikan lagi ke kas daerah, dalam hal ini Pemprov. Jabar.
“Terpenting sekarang ini tim teknis lokal yang telah dibentuk mampu bersinergi dan saling mendukung, guna suksesnya pelaksanaan rencana penataan Alun-alun Langensari. Insya Allah proyeknya dimulai tahun 2020 mendatang. Anggarannya belum tentu 18 miliar ya,” tandas Agus. (Nanks/Koran HR)