Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengadakan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami dengan menyusuri desa-desa yang rawan tsunami di wilayah Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.
Kegiatan Destana tsunami merupakan upaya terbaru BNPB dalam meningkatkan pengetahuan kebencanaan, kesiapsiagaan dini serta tangguh bencana.
Di Kabupaten Pangandaran, Destana diikuti 23 desa yang tersebar di 6 kecamatan yang wilayahnya rawan bencana tsunami, diantaranya Kecamatan Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang, dan Kecamatan Cimerak.
Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB, Lili Kurniawan, mengatakan, pihaknya melakukan kegiatan tersebut untuk meningkatkan pengetahuan kebencanaan sebagai upaya preventif atau pencegahan. Sehingga, jika terjadi gempa bumi dan tsunami tidak memakan banyak korban jiwa.
Berita Terkait;
BMKG; Bahaya Gempa Megathrust di Selatan Jawa Patut Diwaspadai
“Ekpedisi ini terbagi 4 segmen. Untuk segmen pertama di Jawa Timur, segmen kedua di Jawa Tengah dan Yogyakarta, segmen tiga di Jawa Barat, dan segmen ke empat di Banten. Saat ini segmen tiga Jabar ditandai dengan penyerahan pataka. Ini menandakan bahwa desa tangguh bencana tsunami mulai dilaksanakan di Pangandaran dari tanggal 2 sampai 4 Agustus 2019, dilanjutkan ke Kabupaten Tasikmalaya,” terangnya, Jum’at (02/08/2019).
Acara penyerahan bendera pataka tersebut dipimpin oleh Kepala Pelaksana Harian BPBD Provinsi Jawa Tengah, Sudaryanto, kepada Kepala BPBD Provinsi Jawa Barat, Supriyatno, bertempat di lapangan Desa Kalipucang.
Lebih lanjut Lili mengatakan, tim ekspedisi yang berjumlah 200 orang itu terlebih dahulu akan diberikan pembekalan. Jumlah tim sebanyak itu terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan akademisi, para pakar, relawan, NGO, dan media massa.
Tim ini akan datang ke desa-desa yang rawan tsunami di Jawa Barat, untuk meningkatkan kapasitas yang ada di desa tersebut sehingga menjadi desa tangguh bencana yang dulu terdampak bencana tsunami Pangandaran tahun 2006.
“Banyak korban yang timbul dari bencana tsunami itu, maka kita bentuk desa-desa tangguh agar jika terjadi tsunami kita sudah siap. Tapi kalau belum siap, kita khawatir akan muncul korban-korban lagi, mungkin jumlahnya akan lebih banyak. Karena, warga yang tinggal di daerah rawan tsunami kini bertambah. Inilah yang perlu kita tangguhkan,” tandas Lili.
Di tempat yang sama, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pangandaran, Nana Ruhena, mengatakan, untuk pelaksanaan desa tangguh bencana tsunami di Pangandaran diikuti oleh 23 desa dan 6 kecamatan yang merupakan daerah rawan tsunami.
“Dari enam kecamatan di Pangandaran, yang rawan dengan jumlah penduduk sekitar 30 ribuan orang yang akan terdampak bencana tsunami,” ujar Nana.
Untuk memberikan pengetahuan pencegahan dini terhadap bencana gempa dan tsunami, BPBD Kabupaten Pangandaran telah melaksanakan Wisata Edukasi Bencana Goes To School (WEB GTS), serta Bunda Belajar Mitigasi (BBM).
“Edukasi kebencanaan mulai dari gempa bumi dan tsunami, kita libatkan anak-anak sekolah, ibu-ibu sampai pihak pengusaha hotel dan restoran. Mudah-mudahan masyarakat Pangandaran tangguh menghadapi bencana,” pungkas Nana. (Madlani/R3/HR-Online)