Berita Pangandaran (harapanrakyat.com),- BMKG Stasiun Geofisika Bandung menyebutkan, bahaya gempa megathrust di Selatan Jawa disebabkan adanya pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang bergerak tujuh centimeter per tahun, sehingga berpotensi diguncang gempa 8,7 SR dan tsunami setinggi 10 meter.
Staf Observasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Rafdi Ahadi Triputra, mengatakan, kemunginan bahaya tersebut berdasarkan hasil penelitian dari para pakar juga ilmuwan gempa bumi dan tsunami.
“Kita sudah berkoordinasi dengan para pakar gempa bumi dan tsunami tentang bahayanya megathrust di Selatan Jawa, jadi kita patut mewaspadai megathrust yang bakal terjadi di Selatan Jawa,” terangnya, Sabtu (03/08/2019), dalam acara Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami Regional Jawa yang digelar BNPB bersama BPBD Provinsi Jawa Barat dan BPBD Kabupaten Pangandaran, sejak 12 Juli hingga 16 Agustus 2019, di Kabupaten Pangandaran.
Dia juga menegaskan, bahwa dalam hal ini BMKG akan semaksimal mungkin memberikan informasi secepatnya kepada masyarakat mengenai gempa bumi yang terjadi di sekitar Selatan Jawa.
Berdasarkan informasi dari para ilmuwan, lanjut Rafdi, kekuatan gempa bumi sekitar 8,7 SR berpotensi tsunami. BMKG telah melakukan permodelan untuk di Selatan Jawa dan diperkirakan ketinggian tsunami mencapai 10 meter.
Permodelan tersebut mewakili setiap pantai, bahwa ketiggian tsunami di suatu wilayah akan berbeda, tergantung dari struktur lokasinya. Seperti contohnya Sukabumi akan berbeda dengan di Pangandaran karena permodelannya lebih dari satu.
Untuk mempersiapkan desa-desa tangguh bencana gempa dan tsunami di daerah Selatan Jawa mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sampai Banten, maka BMKG bersama BNPB dan BPBD Provinsi dan BPBD Kabupaten melakukan upaya preventif atau pencegahan.
“Apabila BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini, masyarakat diwajibkan melakukan evakuasi mandiri. Seperti di Pangandaran ini, walaupun sirine tidak berbunyi, masyarakat tetap kita edukasi supaya saat terjadi gempa bumi cukup kuat jangan tunggu sirine bunyi, tapi diharapkan segera menjauhi pantai dengan radius 2 kilometer atau menuju ke daerah-daerah yang lebih tinggi,” jelas Rafdi.
Seperti halnya kejadian gempa bumi Banten pada Jum’at, 2 Agustus 2019 lalu, dirinya melihat masyarakat di Pangandaran tidak terlalu panik dan selalu membaca informasi dari BMKG, sehingga tidak lagi terpengaruh dengan berita-berita hoax.
“Masyarakat Pangandaran saat ada peringatan dari BMKG langsung spontan tanpa dikomando mereka mengevakuasi diri. Itu saya saksikan sendiri saat ada di Pangandaran kemarin malam,” pungkasnya. (Madlani/R3/HR-Online)