Kandungan nikotin tinggi dari rokok elektrik atau vape dapat membanjiri sel otak dengan senyawa berbahaya. Hal ini kiranya menjadi peringatan, terutama bagi wanita hamil dan remaja.
Dirangkum dari berbagai sumber (05/07/2019), rokok elektrik atau vape memang sudah banyak peminatnya, bahkan seperti telah menjadi sebuah tren di kalangan milenial. Ada yang beranggapan rokok elektrik lebih aman dari rokok konvensional.
Namun, berdasarkan hasil studi para peneliti di New University of California, menunjukkan kandungan nikotin tinggi dari rokok elektrik akan membanjiri sel otak dengan senyawa yang berbahaya.
Berdasarkan penelitian tersebut, paparan nikotin tinggi dari rokok elektrik bisa memecah sel-sel otak, dan kemungkinan yang sama juga berlaku untuk produk nikotin jenis apa pun, khususnya bagi remaja pengguna vape.
Hal itu karena otak remaja masih berkembang, sehingga kerusakan akibat paparan nikotin tinggi dari rokok elektrik bisa membatasi pertumbuhan kognitif mereka selamanya atau seumur hidup.
Nikotin Tinggi dari Rokok Elektrik yang Perlu Anda Ketahui
Para peneliti dalam penelitian tersebut juga memperingatikan bahwa kandungan nikotin tinggi dari rokok elektrik bisa setara dengan satu bungkus rokok.
Mungkin untuk rokok elektrik kurang karsinogenik dibanding rokok konvensional. Ilmuan yang meneliti masalah ini berpendapat rokok elektrik “lebih aman”, tapi bukan berarti “aman.”
“Pengaruh nikotin bisa menyebabkan perubahan abnormal pada mereka. Selain itu, juga bisa membunuh mitokondria dan sel-sel induk di otak. Bila kecanduan nikotin terus berlanjut, maka sel-sel induk saraf menjadi rusak yang pada akhirnya bisa mati sebelum sel induk saraf berubah menjadi sel-sel otak yang lengkap,” jelas Dr. Atena Zahedi, penulis utama penelitian UC Riverside.
Itu artinya, paparan nikotin selama perkembangan remaja dapat mempengaruhi otak dalam berbagai cara. Namun yang pasti, dalam penelitian tersebut mengungkap bahwa paparan nikotin tinggi dari rokok elektrik dapat merusak daya ingat, kognisi, dan pembelajaran.
Ketergantungan nikotin saat usia remaja menjadi masalah yang mendesak, karena nikotinlah yang merusak sel-sel induk saraf dan mitokondria mereka.
Permasalahan ini yang harus dikhawatir, mengingat sekarang ini nikotin tak hanya ada pada rokok konvensional, tapi juga sudah banyak tersedia pada rokok elektrik.
Bahaya Rokok Elektrik
Jika rokok tembakau mengeluarkan asap hasil pembakaran tembakau, maka rokok elektrik menghasilkan uap dari nikotin yang dipanaskan dan cairan perasa buah.
Bahaya rokok tembakau bisa menyebabkan penyakit paru-paru, jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Sedangkan rokok elektrik bisa menyebabkan gangguan tenggorokan, hidung dan pernapasan.
Meski harga vape jauh lebih mahal dari rokok biasa, tapi rokok elektrik itu tidak benar-benar jauh dari zat kimia berbahaya yang dapat mengancam kesehatan jiwa. Berikut ini penjelasan bahaya rokok elektrik yang perlu diwaspadai.
Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh
Hasil penelitian Elizabeth M. Martin, dan timnya diterbitkan melalui University of Nort Carolina, Chapel Hill mengenai kekebalan tubuh dan kemampuan sel-sel tubuh melawan infeksi.
Penelitian tersebut dilakukan kepada pengguna vape, perokok aktif, dan bukan perokok. Hasilnya ternyata sangat mencengangkan, yang mana perokok aktif maupun pengguna rokok elektrik sama-sama menunjukkan tanda-tanda berkurangnya aktivitas 594 gen.
Gen tersebut diketahui melawan infeksi serta mendukung sistem kekebalan tubuh. Dengan demikian, maka penemuan ini menjadi bukti bahwa senyawa yang ditemukan dalam cairan rokok elektrik yang berfungsi menciptakan uap, memiliki efek imunosupresif pada tubuh.
Kandungan Kimia dalam Vape Sebabkan Bronchiolitis Obliterans
Para peneliti di Harvard mengungkapkan, pengguna vape berisiko tinggi mengidap penyakit bronchiolitis obliterans atau biasa disebut sebagai “popcorn lung”.
Secara sistematis kandungan zat kimia di dalam vape dapat menghancurkan saluran udara paru-paru terkecil. Jadi jangan dianggap sepele, karena satu-satunya cara untuk mengatasi penyakit tersebut dengan melakukan transplantasi paru-paru.
Risiko Terkena Penyakit Pneumonia Lipoid
Kasus ini seperti dialami seorang wanita berusia 42 tahun saat baru menjadi pengguna rokok elektrik. Penyakit Pneumonia Lipoid disebabkan oleh reaksi peradangan atas keberadaan zat lipid di paru-paru, atau bisa juga timbunan lemak yang ditemukan pada jaringan paru-paru.
Menurut dokter, semua itu ada hubungannya dengan minyak berbasis gliserin yang ditemukan dalam vape. Biasanya setelah berhenti menghisap vape, kondisi pernapasan wanita tersebut akan membaik.
Kandungan Logam dalam Asap Vape Lebih Besar dari Rokok Tembakau
Hasil sebuah penelitian menemukan logam seperti timah, besi, nikel, perak, aluminium, silikat, dan kromium terkandung dalam asap vape dengan jumlah yang sama, bahkan lebih besar dari yang ditemukan dalam asap rokok tembakau atau rokok tradisional.
Kandungan partikel-partikel tersebut dapat merusak sistem pernapasan, menimbulkan pertumbuhan sel yang abnormal, dan risiko kanker.
Vape Mengandung Bahan Pengawet Kamar Jenazah
Seorang profesor kimia dan teknik di Portland State University, Oregon, menemukan cairan formaldehid dalam vape. Formaldehid adalah bahan untuk membuat lem, pelapis produk kertas dan bahan bangunan, bahkan biasa digunakan sebagai bahan pengawet di kamar jenazah maupun di laboratorium medis.
Kasus Keracunan Anak akibat Rokok Elektrik
Rokok elektrik atau vape mengandung cairan zat-zat kimia yang berbahaya bagi anak-anak. Nikotin cair yang terkandung di dalamnya sangat tinggi, sehingga efek sampingnya bisa membuat detak jantung meningkat, otot berkedut, muntah, dan berkeringat. Bahkan, jika cairan tersebut kena kulit dapat menyebabkan sensasi terbakar.
Itulah beberapa bahaya kandungan nikotin tinggi dari rokok elektrik yang mengancam kesehatan jiwa dan raga, baik pada penggunanya maupun bagi perokok pasif yang menghirup asap dari vape. (Eva/R3/HR-Online)