Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Pasangan suami istri Cecep Gunawan (46), dan istrinya, Yeni Suriani (40), beserta tiga anaknya, warga Dusun Sukahurip, RT.02, RW.01, Desa Langensari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar, menempati bangunan bekas kandang sapi berukuran 6 x 8 meter yang sudah bertahun-tahun tidak dipakai, dan kini dijadikan sebagai tempat tinggal, setelah sebelumnya Cecep memperbaikinya dengan menyekat dinding menggunakan papan.
Saat ditemui Koran HR, Selasa (25/06/2019), Yeni Suriani, mengaku kalau keluarganya menempati bangunan bekas kandang sapi ini menjadi tempat tinggal setelah diperbaiki dulu sekemampuannya, yaitu dengan membuat penyekatan dinding papan.
“Tentu sebelum menempati bangunan ini kami dibersihkan dulu, lalu sesuai kemampuan diberi penyekatan dinding papan yang diletakan di atas tembok bangunan yang sudah ada. Semua ini juga kami lakukan setelah mendapat izin dari pemilik bangunan ini, yaitu Pak Yeye,” tuturnya.
Yeni pun menuturkan, bahwa sepulang dari transmigrasi di Sulawesi Tenggara, kondisi ekonomi keluarganya tak mencukupi, hingga akhirnya memilih kembali untuk tinggal di Langensari, dan sampai saat ini belum memiliki rumah sendiri.
“Keluarga kami kurang sukses bertransmigrasi, meskipun di sana kami diberi lahan. Hingga pulang kembali ke kampung halaman lagi di Langensari ini, kondisinya seperti ini,” terang Yeni, yang mengaku sebelum bertransmigrasi tinggal di Dusun Sinargalih, Desa Langensari.
Saat pulang transmigrasi, dirinya bersama keluarga awalnya menumpang di rumah saudaranya. Lalu, dia dan suaminya berpikir ingin tinggal mandiri, namun tak mampu. Kemudian, mengetahui ada sebuah bangunan bekas kandang sapi yang sudah bertahun-tahun tidak dipakai oleh pemilik, maka Yeni dan Suaminya meminta izin kepada pemiliknya untuk menempati bangunan tersebut.
“Keluarga kami yang minta tinggal dibangunan ini, dan diizinkan oleh pemiliknya. Karena kalau untuk ngontrak rumah, jelas tidak mampu. Kami bersyukur diberikan tempat tinggal ini oleh Pak Yeye, termasuk listrikpun dibayarkannya,” ungkap Yeni.
Semenjak menempati bangunan tersebut, dia bersama keluarganya merasa cukup kerasan, walaupun memang tidak memiliki sumur dan WC. Sehingga, untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, termasuk mandi, selalu mengambil di sumur milik tetangganya.
“Ya gimana lagi, untuk kebutuhan atau makan sehari-hari pun kami hanya mengandalkan usaha dagang suami dengan berjualan keliling es pisang ijo. Anak saya yang paling besar lulusan SMP juga belum bekerja, dan ada dua adiknya masih bersekolah di SMPN 4 dan SMP Islam, yang barang tentu masih butuh biaya pendidikan,” tuturnya.
Atas kondisi tersebut, Yeni pun ingin membantu suaminya dengan berjualan di Alun-alun Langensari. Namun, dirinya tak punya gerobak dagangan dan juga modal untuk memulai usahanya.
Dirinya tak menampik sangat berharap uluran tangan dari pemerintah, baik itu sokongan bantuan modal usaha agar perekonomian keluarganya bisa meningkat, maupun adanya bantuan tempat tinggal yang lebih layak huni, seperti halnya warga lain.
Namun, Yeni juga mengakui, meski status kependudukukan atau memiliki KTP sebagai warga Desa Langensari ini baru 6 bulan, tapi sedikitnya sudah mendapatkan bantuan pembagian sembako saat Idul Fitri kemarin dari Pemrintah Desa Langensari.
“Bahkan, keluarga kami pun sudah menerima bantuan beras Rasda. Ya, semoga saja setelah miliki KTP, ada bantuan lain dari pemerintah yang bisa menopang kehidupan kami yang kurang mampu ini,” harapnya.
Pantauan Koran HR, di sebelah bangunan bekas kandang sapi yang dipakai keluarga Cecep dan Yeni, terlihat pula ada bekas kandang sapi yang luas bangunannya hampir sama dengan bekas bangunan kandang sapi yang dijadikan tempat tinggal oleh pasutri tersebut. (Nanks/Koran HR)