Hindari pemerintahan “Firaunisme“ sebuah judul di harian lokal Kabar Priangan Selasa (18/6), berita itu menarik perhatian saya. Setelah saya baca sumber beritanya, Wali Kota Banjar Dr Herman Sutrisno. Saya jadi ketawa sendiri setelah membaca berita itu, Wali Kota Banjar yang akan habis masa tugasnya 4 Desember tahun ini.
Setelah beliau lengser keprabon dari tahta Wali Kota Banjar, berharap ke depan tak ada pemerintahan yang menganut istilahnya bergaya Firaunisme. Menurut dia, istilah itu adalah gaya pemerintahan yang tak peduli kepada masyarakat dan hanya peduli kepada partai atau golongannya saja. Dan dia berharap kepada Wali Kota Banjar penggantinya agar masyarakat lebih diberdayakan dan jangan terbalik justru masyarakat “diperdaya alias dibohongin” hanya omong doang. Muluu.
Tapi dia berharap, harus mampu melanjutkan pembangunan Kota Banjar. Untuk meraih berbagai prestasi yang pernah dia capai selama kepemimpinan dua pariode, geerr (gede-rasa) pisan yeuh. Yang saya tahu kelakuan Firaun itu menyebalkan dan biadab tidak punya etika dan moral. Firaun itu sangat membenci bayi laki-laki dan memerintahkan kepada para punggawanya untuk membunuhnya jangan ada yang hidup, tapi bayi perempuan dibiarkan hidup play boy kaliii. Dan Firaun itu banyak sekali selirnya dan permaisurinya tak jelas dimana. Firaun itu menyebut dirinya “TUHAN”.
Dalam kekuasannya Firaun itu, super kejam kepada yang tak disukainya dihabisin saja. Firaun itu raja yang mendapat kutukan Tuhan. Matinya pun tak diterima bumi, sampai sekarang jasad masih utuh di Piramidanya di Mesir. Yang berani melawan Firaun hanya Nabi Musa a.s dan dan adiknya Nabi Harun a.s.
Saking kejam Firaun akan menghabisi Nabi Musa dan kaumnya. Tapi Nabi Musa dan kaumnya diselamatkan Tuhan, menyebrang laut menggunakan perahu. Saat Firaun terus mengejar dengan bala pasukannya, di tengah lautan Firaun ditenggelamkan Tuhan yang menolong Nabi Musa dan kaumnya.
Haaa., ha…,ha… lamun aya Wali Kota Banjar pamarentahan na gaya Firaun, cilaka dua belas geus moal ingeuteun ka rakyat soalna musingkeun rakyat mah komo di zaman ayuena rakyat teh geus pragmatis. Wani piro mas, hese ngadidik sina leungeun di luhur, hayang na leungeun di handap. Ka pamimpin nu kituh mah. Warga pasti ngomong na pamimpin peudit, hoream milih na oge Ngomona wungkul Pasti kalaut nu kitu mah.
Ini kata masyarakat pemimpin seperti Firaun, dia akan lebih senang mengurus selir-selirnya. Soalnya memberi kenikmatan lahir dan bathin, rakyat cuma bisa mengeritik dan menentang kecuali bila ada duit. Lapur jalma pedit,hayang jadi pemimipin mah kalaut pasti oge. Itu kata masyarakat yang terpantau dan terekam dan bukan lagi rahasia lagi.
Dalam menulis catatan kecil ini, saya lebih banyak tertawa. Karena mentertawa keadaan yang banyak mengundang tawa. Termasuk pernyataan Wali Kota Banjar yang sebentar lagi lengser. Dr Herman itu politikus, pasti yang memahaminya politisi beneran, yang palsu mah pasti bingung yaa.