Banjar, (harapanrakyat.com),- Pelatihan teknis agribisnis padi bagi penyuluh pertanian, telah dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian, Lembang, Bandung, pada tanggal 2-9 Desember 2010 lalu.
Menurut Kepala BPP Kec. Banjar, Sarnudin, bahwa pelatihan itu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, serta perubahan sikap, dimana teknologi pertanian selalu berubah dari waktu ke waktu, seiring kemajuan jaman.
“Bila dibahas dan dijelaskan, salah satu tugas penting bagi penyuluh pertanian adalah kajian kebutuhan dan peluang (KKP),” jelasnya, Selasa (18/1).
Lantaran, kata dia, di situ ada sarana penting alat (mediator) untuk membantu melakukan diagnosa kendala, dan permasalahan yang dihadapi petani, sekaligus menemukan cara paling tepat mengatasi segala kendala di lapangan. “Bagi petani sangat lah penting menguasai teknologi,” kata Sarnudin.
Dikatakannya, mengapa pemerintah selalu terus-menerus berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi, karena beras masih menjadi bahan makanan pokok, yaitu dengan tingkat konsumsi rata-rata 139 kg/capita/tahun.
Maka, untuk mencapai kemandirian pangan yang dicanangkan oleh pemerintah tahun 2014 nanti, dibutuhkan kurang lebih 75 juta ton beras, dengan pertambahan penduduk di tiap tahunnya.
Selain itu, luas lahan pertanian yang beralih fungsi, maka dengan diadakannya pelatihan teknis agribisnis padi, diharapkan dapat meningkatkan kwalitas para petani dalam mengelola pertaniannya.
Para petani dituntut harus mengenal teknologi, mereka akan dibimbing dan diarahkan oleh petugas BPP tentang bagaimana teknik bertani, bercocok tanaman padi, agar berkualitas.
“Kemudian, dapat mengetahui dan memahami iklim, serta kendala dalam mempertahankan kualitas dan kuantitas. Syukur-syukur hasil panennya akan mengalami peningkatan dari setiap panen ke panen,” tuturnya.
Lanjut dia, petani dituntut untuk bisa memahami apa yang disampaikan oleh petugas BPP. Tujuannya agar mereka bisa menjadi petani yang handal dan berteknologi.
“Ini demi kelangsungan pola tani, sehingga bisa meningkatkan mutu dan kualitas dalam bertani. Sebab, untuk maju harus ada perubahan,” pungkas Sarnudin. (AM)