Berita Banjar, (harapanrakyat.com),- Seiring berkembangnya industri sandang di Indonesia, semakin banyak sosok pengusaha fashion yang terbilang sukses. Apalagi busana muslim yang saat ini tengah menjadi trend di Indonesia, bahkan dunia.
Fenomena uniknya, para pengusaha fashion justru banyak di antaranya yang memang datang bukan dari pendidikan fashion ataupun desainer, namun datang dari kalangan biasa yang memiliki tekad bergelut di dunia fashion.
Dewi Fajriyanti, salah satu pengusaha fashion asal Lingkungan Langensari, RT 2 RW 2, Kelurahan Muktisari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar mengaku sudah bergelut di dunia fashion sejak tahun 2008. Berawal dari berjualan secara offline, lambat laun ia mulai menekuni berjualan online sejak tahun tahun 2015.
“Kita menyesuaikan keadaan saat ini. Apalagi sekarang akses internet sangat mudah sekali, tentu ini kesempatan yang bagus buat kita meningkatkan promosi. Kalau dulu kan kita harus door to door, berbeda sekarang yang bisa dilakukan cukup dengan smartphone,” kata Dewi kepada Koran HR, Minggu (31/03/2019).
Dari produknya itu, Dewi mengaku sudah mengirimkan ke berbagai daerah di Indonesia, baik di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga ke Papua. Tak hanya itu, produk fashion muslimnya yang fokus kaum hawa tersebut pernah dikirimkan ke sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia dan Thailand.
Meski saat ini kompetitor dalam dunia fashion sangat banyak, tutur Dewi, bukan menjadi alasan untuk dirinya tidak meningkatkan kualitas serta modelnya. Apalagi trend masyarakat saat ini perubahannya sangat cepat sekali.
“Kalau saya lebih fokus pada kualitas produk dan desainnya. Misalnya saja, saya fokus pada gamis remaja atau menyasar kalangan milenial. Jadi, pada prinsipnya kita harus fokus, baik sasaran konsumen ataupun dalam produknya. Jika milenial, tentu saja warnanya yang ceria, desainnya simpel. Intinya kita jangan sampai ketinggalan trend dan tetap memiliki ciri khas,” imbuhnya.
Bermodalkan sekitar Rp 500.000 di awal memulai usaha, Dewi menyebutkan sampai saat ini omzet usahanya sudah mencapai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Namun hal itu tentu tidak dengan proses yang mudah, akan tetapi melalui jalan panjang hingga akhirnya dia memiliki usaha sampingan selain bergelut di dunia pendidikan, yakni sebagai guru dan dosen.
Dalam pemasarannya, Dewi melibatkan sejumlah orang untuk mengelola media sosial, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp serta website miliknya. Termasuk suaminya sendiri juga turut terlibat dalam usaha sampingannya itu.
“Sekarang trend masyarakat ada perubahan, kalau dulu kan beli baju hanya menjelang lebaran saja, sedangkan sekarang sudah beda. Apabila ada barang baru, banyak yang langsung bertanya, bahkan langsung membeli. Jadi, kesimpulannya sekarang fashion bukan lagi kebutuhan, tapi lebih pada keinginan dan trend. Dari kondisi ini peluang bisa kita ambil untuk usaha,” ungkapnya.
Lantaran sudah cukup lama bergelut di dunia fashion, Dewi mengungkapkan bila dirinya sudah memiliki banyak pelanggan setia. Bahkan, satu orang dalam sebulan bisa membeli 3 produk berbeda darinya. Sebagai jurus untuk meningkatkan konsumen, Dewi juga sering memberikan promo khusus bagi para pelanggannya, terkadang dua bulan sekali.
“Soal tantangan tentu saja banyak sekali. Misalnya dari sisi produk yang kurang mengena dan warnanya kurang menarik, pasti akan berdampak pada kita. Termasuk soal drama konsumen yang macam-macam hingga pada kendala produksi. Tapi semua itu harus tetap dijalani,” ujar pemilik produk Alfa Hijab ini.
Mengingat mudahnya akses internet yang bisa digunakan oleh siapapun, Dewi berpesan agar para kawula muda bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan hal-hal yang positif dan menggali bakat yang dimiliki.
“Sekarang kalau mau maju tidak melihat bagaimana latar belakang seseorang itu, tapi dari sisi kemauan. Apabila akses internet yang sekarang bisa kita genggam tidak dimanfaatkan, tentu kita akan tertinggal jauh dari orang lain,” pungkasnya. (Muhafid/Koran HR)