Berita Gaya Hidup, (harapanrakyat.com),- Umat Islam di berbagai daerah di Indonesia menyerukan penolakan terhadap Valentine Day. Mereka berpendapat bahwa seorang Muslim tidak sepantasnya merayakan Valentine Day. Sebab, moment Valentine identik dengan perilaku seks bebas yang bertentangan dengan norma agama.
Ternyata, beberapa penelitian pun menunjukkan Valentine Day tidak semestinya dirayakan. Jika merasa tidak senang ketika tiba tanggal 14 Februari yang penuh dengan bunga, coklat atau kartu ucapan berbentuk hati, ternyata Anda tidak sendirian. Setengah dari warga Amerika menyatakan Valentine Day tersebut berlebihan.
Hal ini disebutkan dalam survey yang dilakukan Yougov pada tahun 2017. Berdasarkan survey tersebut, hanya 43% warga Amerika yang menyatakan jika merayakan Valentine Day itu satu hal yang romantis.
Beberapa hasil penelitian ilmiah bahkan menyebutkan perayaan Valentine Day tidak memiliki korelasi dengan perasaan cinta atau sebuah moment romantis. Malah beberapa survey menunjukkan bahwa Valentine Day justru dibenci. Bukan hanya oleh mereka yang berstatus lajang, tetapi mereka yang sudah menikah pun beranggapan jika Valentine Day tidak semestinya dirayakan.
Dilansir dari Live Science, berikut tiga alasan kenapa Sains menyarankan untuk tidak merayakan Valentine Day:
‘Kewajiban’ Memberi Hadiah Saat Valentine Day Mengurangi Makna Pemberian Hadiah
Valentine Day menurut studi di Jurnal Of Bussines Research bukanlah sebuah hari libur keagamaan, tetapi dianggap cara-cara beberapa perusahaan untuk memasarkan produk mereka. Pada hari itu, Anda digiring agar memberikan hadiah pada pasangan Anda. Anda merasa berkewajiban untuk memberikan setidaknya makan malam romantis untuk pasangan Anda. Perasaan ‘wajib’ ini yang membunuh makna dari pemberian hadiah.
Menurut Survei, dari beberapa buku diary dan e-diary yang dikumpulkan pada tahun 2016, orang-orang merasakan penolakan yang kuat untuk memberikan hadiah pada saat Valentine Day. Beberapa perempuan lajang bahkan mengekspresikan kemarahannya pada perusahaan-perusahaan yang memasarkan produk-produknya dengan memanfaatkan moment Valentine Day.
“Saya ingin menyampaikan terima kasih banyak pada perusahaan Hallmark, sponsor resmi Valentine Day. Karena sudah mengingatkan saya bahwa tanpa orang penting dalam hidup saya, hidup ini tidak berharga sama sekali,” tulis salah satu peserta, sebagaimana dicatat oleh para peneliti dalam penelitian mereka.
Merayakan Valentine Day Mengisyaratkan Anda Tidak Nyaman Dalam Hubungan
Beberapa penelitian menyebutkan merayakan hari ulang tahun, hari jadi hubungan, maupun hari valentine membantu orang untuk mempererat hubungan mereka. Tetapi penelitian lain justru menunjukkan fakta sebaliknya. Sebuah penelitian tahun 2014 meminta beberapa orang yang mendapatkan pasangan melalui aplikasi kencan online untuk menjadi sukarelawan dalam penelitian ini. Para peneliti berusaha untuk menilai bagaimana Valentine Day mempengaruhi penilaian mereka terhadap hubungan mereka sendiri.
Para sukarelawan ini diminta untuk berpartisipasi pada sebuah survey online tentang hubungan mereka, tepat saat Valentine Day dan pada hari yang lain yang ditentukan secara acak pada bulan April. Beberapa survey dilengkapi dengan berbagai spanduk bertema romantis.
Hasilnya, orang-orang yang cenderung lemah dalam menghindari keterikatan pada suatu hubungan mengatakan mereka merasakan peningkatan dalam hubungannya dengan pasangan pada saat Valentine Day.
“Salah satu pesan utama dari penelitian ini adalah bahwa Valentine Day sebenarnya tidak membuat perbedaan bagi kebanyakan orang,” kata William Chopik, peneliti sekaligus ilmuwan social di Michigan State University seperti dikutif dari Live Science.
Sedangkan yang menghindari keterikatan, mereka melewatkan Valentine Day dan tidak menghiraukan spanduk romantis tersebut. Baik valentine day maupun spanduk romantis tersebut tidak membuat mereka merasa mengalami peningkatan pada hubungannya.
Hubungan yang rentan, gampang rapuh saat Valentine Day, kata Chopik. Artinya, jika Anda memiliki hubungan yang lemah, Anda akan gampang terpengaruh untuk ikut merayakan Valentine Day.
Valentine Day Membuat Orang Merasa Sedih
Sebuah penelitian tentang antisipasi emosi tahun 2010 menanyakan pada para peserta tentang bagaimana perasaan mereka tentang valentine day. Pertanyaan itu disampaikan pada pertengahan Januari. Pertanyaan yang sama diajukan pada 16 Februari atau dua hari setelah Valentine Day, kali ini dikaitkan dengan liburan.
Hasilnya, para peserta banyak yang melebih-lebihkan seberapa intens perasaan mereka tentang liburan. Mereka yang memiliki pasangan percaya bahwa pikirannya akan lebih positif saat Valentine Day. Mereka senang dengan valentine day, sayangnya hal ini tidak sejalan dengan apa yang mereka lakukan. Mereka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kesenangan mereka dan cenderung menjerumuskan diri pada kesedihan.
Sementara mereka yang lajang berpikir sebaliknya. Mereka cenderung merasa buruk saat valentine day. Setelah hari kasih sayang berlalu, mereka yang memiliki pasangan masih merasa senang dengan valentine day, sementara mereka mereka yang lajang masih merasa sedih. (Ndu/R7/HR-Online)