Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),- Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Program Kepariwisataan prodi Manajemen Resort dan Reasech Unit Pengabdian Masyarakat (UPM) menggelar pelatihan terumbu karang Pangandaran berbasis ekowisata di Cagar Alam, Pananjung, Senin (24/08/2018) lalu.
Reiza Miftah Wirakusuma, mengatakan, dalam pelatihan tersebut pihaknya melibatkan masyarakat nelayan, Komunitas Water Sport, Organisasi Perahu Pesiar Pangandaran(OP3), dan Kelompok masyarakat peduli pangandaran (KMPP).
“Setelah kita melakukan survey di lapangan, ternyata terumbu karang Pangandaran banyak yang rusak, hampir 35% yang masih ada. Kami berinisiatif ingin mengembangkan budidaya terumbu karang, sehingga wisatawan yang datang bisa melihat berbagai macam jenisnya,” jelas Reiza Miftah kepada Koran HR.
Menurutnya, semakin banyak terumbu karang, maka kualitas air akan jadi baik dan jernih, juga ikan akan semakin banyak. Sehingga wisatawan yang melakukan snorkling akan betah tinggal di Pangandaran.
“Rusaknya terumbu karang di Pantai Pangandaran disebabkan beberapa hal, seperti faktor alam, adanya gelombang besar yang bisa menggeser rumpon, prilaku manusia, dan juga belum adanya aturan yang tegas terhadap perlindungan terumbu karang itu sendiri,” ungkap Reiza Miftah.
Masih menurut Reiza Miftah, pihaknya membudidaya terumbu karang tersebut hasilnya bukan cuma untuk 6 bulan saja, tapi untuk 1 sampai 2 tahun ke depan. Sehingga dapat dinikmati oleh para wisatawan yang datang ke Pangandaran.
“Jenis terumbu karang yang kita budidayakan dengan melakukan demplot, yakni jenis terumbu karang keras seperti Akropora. Ini tahap pertama, nanti ke depan akan ada tahap ke dua bentuk pengabdian masyarakat dari UPI Bandung,” tutur Reiza Miftah
Banyaknya sampah laut, sambung Reiza, juga sangat memprihatinkan, seperti adanya sampah plastik, steroform, kresek. Sampah tersebut ditemukan bukan di laut saja, tetapi di pantai juga banyak ditemukan. Padahal, sampah tersebut bisa merusak ekosistem terumbu karang.
“Kita harus jaga ekosistem di laut ini dengan tidak membuang sampah sembarangan. Untuk persoalan ini juga, kita akan menghimpun data dan para akademisi yang ada di Pangandaran,” pungkas Reiza Miftah.
Sementara itu, perwakilan masyarakat dari kelompok perahu pesiar Pangandaran, Encek, mengatakan, pihaknya meminta Dinas Lingkungan Hidup Pangandaran untuk terus melakukan sosialisasi kebersihan lingkungan pantai secara rutin. Hal itu agar terumbu karang di Pangandaran bisa lestari.
“Masyarakat harus sadar wisata. Masalah sampah sisa-sisa nelayan yang habis narik jaring bisa dikumpulkan dan dibuang di tempat yang disediakan. Sampah yang ada di Pantai Pangandaran adalah kiriman dari Sungai Citanduy yang muaranya di Pangandaran. Maka dari itu, ini jadi perhatian bersama,” jelasnya.
Pasca peledakan Kapal MV Viking, lanjutnya, banyak yang menyebabkan terumbu karang rusak dan juga tertutup solar. Ia harap ini secepatnya bisa diatasi dengan memasang rumpon di lokasi yang sudah disepakati.
“Pada tahun 1990 dulu, kami bisa menikmati terumbu karang yang bagus. Karena banyak yang diambil dan dibuat cindera mata oleh para wisatawan, akhirnya rusak. Selain itu, juga ada faktor lain yang menyebabkan terumbu karang rusak. Maka dari itu, kita harap semuanya bisa menjaga ini agar tetap lestari,” pungkasnya. (Mad/Koran HR)