Pondok Pesantren Kalangsari yang merupakan pesantren tertua di Pangandaran. Foto: Madlani/HR
Berita Pangandaran, (harapanrakyat.com),-
Sebagai daerah yang terkenal dengan wisatanya, ternyata Pangandaran juga memiliki tempat penyebaran islam yang sudah cukup lama, yakni sejak tahun 1928. Sebuah pesantren yang berlokasi di Dusun Kalangsari, RT 26/06, Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang ini memiliki ribuan santri yang belajar agama Islam di pesantren tersebut.
Didirikan oleh KH. Abdul Madjid atau lebih dikenal dengan Agan Didi, dahulu pesantren tersebut hanya memiliki 10 santri. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ini sudah mencapai 221 santri yang bermukim, santri MTS mencapai 420 dan santri MA mencapai 220.
Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, KH. Muchsin, awal berdirinya pesantren tersebut pendiri membuka lahan belantara atau babad alas untuk mendirikan tempat menuntut ilmu agama Islam dengan santri sebanyak 10 orang. Berbekal bangunan masjid yang sampai saat ini masih ada, perkembangan Ponpes tersebut semakin pesat.
“Namun, karena kondisi masjidnya sudah lapuk dan membahayakan jamaah, harus direhab total meski sudah beberapa kali dilakukan pemugaran. Mohon do’anya atas izin Alloh kita akan rehab masjidnya,” kata KH. Muchsin kepada Koran HR, Senin (06/02/2018).
Sementara itu, Wakil Pengasuh Ponpes Kalangsari, Luthfi Muchsin, yang juga anak kelima dari KH. Muchsin, menjelaskan secara kelembagaan Yayasan Pendidikan Kalangsari (YPK) memiliki sejumlah lembaga yang dianunginya, seperti Majlis Ta’lim, Pondok Pesantren, Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Ibtidaiyah, Diniyah Takmiliyah Awaliyah, Sekolah Pesantren Luar Biasa (SPLB) dan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
Ia menerangkan, pasca wafatnya KH. Abdul Madjid pada tahun 1970, pesantren tersebut dilanjutkan KH. Muhammad Tasdikin sampai tahun 1995. Meski mengalami pasang surut, namun pada kepemimpinan KH. Tasdikin sejak didirikannya pendidikan formal berupa pesantren tsanawiyah pada tahun 1976 dan pesantren aliyah tahun 1982, Pesantren Kalangsari semakin pesat perkembangannya.
“Sepeninggal KH. Muhammad Tasdikin, dilanjutkan KH. Bahrudin dan sekarang dipimpin oleh KH. Muchsin. Berkah perubahan sistem pendidikan yang mengkolaborasikan antara pendidikan formal dan pesantren salaf, Alhamdulillah pesantren ini masih bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat,” jelasnya.
Ia harap, perhatian pemerintah setempat terhadap perkembangan pesantren yang hingga saat ini masih berbekal swadaya dari jamaah sangat perlu guna mempertahankan pesantren ini. Meskipun saat ini masih bisa berjalan dengan adanya pengembangan ekonomi, seperti Koperasi Pesantren (Kopontren), Penggilingan Padi, serta pengelolaan lembaga.
“Sebagaimana visi kita, kita menjadi pesantren ini sebagai ponpes terpadu sebagai pelayan umat, pusat pendidikan, pelatihan, pemberdayaan, penelitian dan pengembangan dalam bidang ilmu agama Islam, ilmu pengetahuan, sains, tekhnologi, ekonomi, seni dan budaya demi menghasilkan sumber daya muslim yang mandiri dan bermanfaat bagi umat dengan membumikan syariat Islam,” jelas Luthfi.
Sementara itu, Kepala Pondok Pesantren Kalangsari, Ustad Saeful Millah, menjelaskan, bahwa saat ini tenaga pengajar dan karyawannya sebanyak 30 orang, terdiri dari 25 ustad dan ustadzah, serta 5 orang karyawan sebagai staff.
“Jadwal mengaji santri di sini mulai ba’da subuh sampai jam 6.00 WIB, ba’da Ashar sampai jam 17.00 WIB, dan ba’da magrib dan dilanjut setelah Isya sampai jam 21.30 WIB. Adapaun setiap malam ahad, ada kegiatan mengaji khusus untuk para ustadz dan ustadzah. Sedangkan khusus untuk pengajian majlis ta’lim masyarakat, rutin setiap hari Kamis dari jam 9.30 WIB sampai jam 12.00 WIB,” jelas Ustad Saeful Milah.
Kaitannya dengan renovasi masjid yang sudah tua di pesantren tersebut, Ustad Saeful Millah menambahkan, pihak pesantren berkeinginan untuk menampung jamaah lebih banyak lagi yang mana nantinya bisa digunakan dalam menunjang kegiatan-kegiatan pesantren maupun masyarakat sekitar.
“Sebetulnya kita ingin menambah fasilitas pendidikan serta fasilitas untuk kegiatan kemasyarakatan yang ramah lingkungan, ramah teknologi dan ramah bagi difabel. Namun, mudah-mudahan keinginan tersebut bisa terwujud atas dukungan dan do’a dari semua pihak,” pungkasnya. (Mad/Koran HR)