Sejarah Tari Wangsa Suta menarik untuk dibahas lebih mendalam. Hal itu karena tarian tersebut merupakan salah satu kekayaan tradisional yang berasal dari Jawa Barat tepatnya di Sukabumi. Penampilan tarian Wangsa Suta terjadi secara berkelompok dan menjadi kesenian tradisional yang cukup populer di wilayah Jawa Barat.
Baca Juga: Sejarah Tari Angguk Kulon Progo yang Sarat Makna
Saat ini, tarian ini masih sering ada pementasannya pada acara-acara tertentu, seperti penyambutan tamu besar, pernikahan, dan juga acara-acara penting lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut seputar tarian Sukabumi tersebut, maka simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!
Jejak Sejarah Tari Wangsa Suta dan Kisah Seorang Pemuda
Tari Wangsa Suta merupakan tarian tradisional yang berasal dari Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Menurut sejarah, tarian ini mengisahkan tentang perjuangan Wangsa Suta, seorang pemuda yang bertekad membuka lahan Tegalan Gunung Parang untuk dijadikan pemukiman yang kelak menjadi cikal bakal Kota Sukabumi. Dalam budaya Sunda, membuka lahan atau membuka wilayah baru terkenal dengan istilah ngababakan. Nah, Wangsa Suta melakukan hal ini sebagai syarat untuk menikahi kekasihnya, Nyi Pudak Arum.
Namun, perjuangan Wangsa Suta tidaklah mudah. Dalam proses membuka lahan, ia harus menghadapi perlawanan dari seorang algojo yang merupakan utusan Demang Kartala. Algojo tersebut menculik Nyi Pudak Arum, sehingga Wangsa Suta terpaksa bertempur demi menyelamatkan sang pujaan hati. Setelah melalui pertempuran yang sengit, Wangsa Suta akhirnya berhasil mengalahkan musuhnya dan menyelamatkan Nyi Pudak Arum.
Kisah heroik inilah yang menjadi latar belakang dari gerakan-gerakan dalam Tari Wangsa Suta. Setiap elemen tarian menggambarkan keberanian, perjuangan, dan cinta, yang dikemas dalam bentuk gerakan dinamis dan ekspresif. Kesenian tradisional ini mencerminkan semangat juang masyarakat Sunda masa lampau.
Pementasan Tari Wangsa Suta
Sejarah Tari Wangsa Suta dalam pertunjukannya, terdapat tujuh orang penari yang secara keseluruhan berjenis kelamin laki-laki. Mereka menampilkan sosok tokoh Wangsa Suta sebagai pemimpinnya. Pada gerakannya, semua penari Wangsa Suta ini seolah menunjukkan berbagai bentuk formasi di dalam sebuah peperangan.
Pada bagian depan, dua penari membuat formasi dan kemudian melompat dengan rancak sambil berputar-putar. Gerakan awalnya, tarian Sukabumi ini menampilkan para penari seperti sedang berada dalam situasi siap untuk melakukan perangan. Kemudian, menggerakkan tangan serta kaki secara perlahan-lahan dengan tatapan mata menoleh ke arah kanan dan ke kiri sambil berjalan di sekitar area panggung pementasan.
Baca Juga: Sejarah Tari Karonsih di Jawa Tengah, Lambang Cinta Kasih Sebuah Pasangan
Pemakaian Busana dan iringan Musik Tarian Wangsa Suta
Dalam sejarah Tari Wangsa Suta pada pemakaian busananya, biasanya penarinya memakai warna serba kuning layaknya hulubalang dari kerajaan. Detail pemakaian busana oleh para penari tersebut menonjolkan desain serta warna yang berasal dari seni dan tradisi masyarakat di Jawa Barat.
Di samping itu, pemakaian riasan mereka akan dibuat setampan mungkin yang memiliki tujuan untuk mempertegas aksen dari para penari Wangsa Suta tersebut. Agar semakin membangkitkan aura hidup pada Tari Wangsa Suta ini, maka biasanya menggunakan iringan alat musik tradisional gamelan yang sekilas mirip seperti alunan musik dari Bali. Perbedaannya adalah terdapat tambahan bunyi dari alat musik suling khas Sunda.
Perkembangan Tari Wangsa Suta Saat Ini
Dalam perkembangannya, sejarah Tari Wangsa Suta ini masih terus menerus dilakukan upaya pelestarian agar tetap eksis berdiri. Salah satu upaya pelestariannya yakni melalui pelatihan di beberapa sanggar seni yang ada di wilayah Sukabumi dan sekitarnya.
Selain itu, tarian ini juga sering tampil dalam acara-acara besar, seperti penyambutan tamu Kepala Daerah, Festival Seni dan Budaya, bahkan sampai ke acara pernikahan. Hal ini bertujuan agar memperkenalkan lebih luas kepada masyarakat tentang tari tersebut agar semakin melekat di hati mereka.
Selain itu, upaya pelestarian ini juga tentunya mendapat dukungan dari pemerintah dengan keterlibatannya pada Festival Kebudayaan dan Seni Tradisional yang diadakan oleh pemerintah setempat. Tentunya hal ini tidak terlepas dari nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam tarian yang mampu menambah kekayaan budaya di Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Rampak Kendang, Tarian Tradisional Sunda Wujud Harmonisasi Kerukunan
Demikian ulasan terkait sejarah Tari Wangsa Suta di wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Eksistensinya hingga kini menjadi bukti bahwa keberadaannya layak untuk dilestarikan oleh masyarakat khususnya wilayah Jawa Barat. Nilai-nilai semangat juang dari Sosok Wangsa Suta berhasil menginspirasi gerakan tarian yang indah dan bermakna. Nah, sebagai generasi muda sudah sepantasnya untuk senantiasa melestarikannya agar tidak punah oleh perkembangan zaman. (R10/HR-Online)