Selasa, April 15, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Candi Sanggrahan Tulungagung, Peninggalan Kerajaan Majapahit Bercorak Budha

Sejarah Candi Sanggrahan Tulungagung, Peninggalan Kerajaan Majapahit Bercorak Budha

Sejarah Candi Sanggrahan di wilayah Tulungagung, Jawa Timur memuat histori yang menarik untuk dipelajari lebih mendalam. Candi ini berlokasi di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Keberadaan bangunan candi tersebut telah mendapat perhatian sejak lama mengingat bangunannya merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit dengan latar belakang agama Buddha.

Baca Juga: Mengupas Sejarah Candi Lor Nganjuk di Jawa Timur

Pembangunan Candi Sanggahan terjadi sekitar abad ke-14, pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Untuk mengetahui lebih jelas terkait sejarah dan juga arsitektur bangunan candi tersebut, simak penjelasannya berikut ini!

Sejarah Candi Sanggrahan dan Arsitektur Bangunannya

Candi Sanggrahan mempunyai struktur dua tingkat kaki candi dengan denah bujur sangkar yang menghadap ke arah barat. Ukuran bangunannya yaitu sekitar 9,06 meter x 9,06 meter dengan tinggi mencapai 5,86 meter.

Berdasarkan catatan sejarah, laporan J. Knebel tahun 1908 mengungkapkan bahwa terdapat lima arca Dhyani Buddha di sekitar Candi Sanggrahan.  Arca-arca ini melambangkan lima elemen kosmos (alam semesta), yang masing-masing mewakili arah tertentu. Kemudian, tujuh tahun setelahnya, Dinas Purbakala Kolonial Belanda (Oudheidkundige Dienst) mengadakan penelitian lebih lanjut terkait candi tersebut.

Candi Sanggrahan juga terkenal dengan nama Candi Cungkup, dan dalam catatan sejarah lama, candi ini disebut sebagai Candi Proetoeng. Penemuan arca Dhyani Buddha menunjukkan bahwa Candi Sanggrahan memiliki latar belakang agama Buddha. 

Namun, hingga saat ini belum ada informasi pasti mengenai siapa yang membangun candi ini, karena tidak ada sumber tertulis yang mencatat tahun pembangunannya. Para ahli menduga bahwa candi ini berdiri pada abad ke-14, sekitar masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389).

Sejarah Awal Berdirinya

Sejarah Candi Sanggrahan berdiri pada masa Kerajaan Majapahit yaitu dibangun sekitar tahun 1350 M. Pada mulanya, candi ini merupakan tempat penyimpanan abu keluarga Raja Majapahit. Di sekitar area candi, akan terlihat banyak peninggalan sejarah yang berserakan.

Beberapa peninggalannya yaitu terdapat sebuah tugu pemujaan sebelah utara candi.  Ada juga sebuah umpak di utara tugu dan apabila tanahnya dilakukan penggalian, maka akan banyak terdapat gerabah kuno peninggalan masa lalu.

Dahulu kala, terdapat enam buah patung Buddha, namun karena takut  adanya pencurian, maka penyimpanan patung tersebut di rumah juru kunci sebelah selatan candi.

Arsitektur Candi Sanggrahan

Candi Sanggrahan terletak di atas undakan yang memiliki ukuran 5,1 x 42,5 meter dan di sekelilingnya merupakan struktur bata setinggi 2,25 meter. Di situs ini, terdapat satu candi induk dan dua fondasi yang konon merupakan bekas bangunan candi pendamping (candi perwara).

Candi induk memiliki ukuran panjang 12,6 meter, lebar 9,05 meter, dan tinggi 5,86 meter. Bangunan candi ini terdiri dari bagian batur, kaki, dan tubuh yang terbuat dari batu andesit dengan isian batu bata. Sedangkan atap candi diperkirakan sudah runtuh.

Candi Sanggrahan memiliki tangga naik yang terletak di bagian depan atau sebelah barat candi. Pada bagian kaki candi, di sisi utara, timur, dan selatan, terdapat panel relief yang menggambarkan cerita binatang (fabel). Makna relief ini konon berkaitan dengan cerita Tantri dalam agama Buddha.

Kisah Candi Sanggrahan

Kisah sejarah Candi Sanggrahan menceritakan bahwa candi ini terkait dengan peristirahatan rombongan pembawa jenazah pendeta perempuan Budha bernama Gayatri. Pendeta tersebut memiliki gelar Rajapadmi sebelum pemakamannya terjadi di daerah Candi Boyolangu.

Baca Juga: Sejarah Candi Tugu Semarang, Perbatasan Majapahit – Pajajaran

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bangunan bersejarah ini diperkirakan berdiri pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1359-1389 Masehi) era Kerajaan Majapahit.

Kekuatan sejarahnya tidak hanya tercermin dari keindahan arsitektur bangunannya saja. Namun, juga menjadi saksi bisu masa lalu yang kisahnya memiliki nilai sejarah yang memperkaya kebudayaan di Jawa Timur.

Sempat Mengalami Pemugaran

Seiring berjalannya waktu, sejarah Candi Sanggrahan sempat mengalami beberapa kali mengalami pemugaran. Yaitu mulai dari masa penjajahan Belanda hingga berlanjut ke tangan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019.

Pemugaran ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki struktur bangunan saja, namun juga menata lingkungan di sekitarnya. Terdapat opini yang menyebutkan bahwa Candi Sanggrahan ini erat kaitannya dengan Candi Boyolangu dan Candi Gayatri yang berjarak 4 kilometer apabila menempuh dengan sepeda motor.

Lokasi dan Rute Candi

Setelah mengetahui sejarah Candi Sanggrahan, maka sekarang saatnya untuk mengetahui lokasi dan rutenya.  Secara administratif, candi ini terletak di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Provinsi Jawa Timur.

Bangunannya berada dalam satu desa dengan Gua Selomangleng. Bagi Anda yang berminat mengunjungi untuk melihat keindahan dan kemegahan candi bercorak Budha tersebut, dapat melewati Jalan Raya Boyolangu ke arah Popoh.

Saat tiba di perempatan pasar Boyolangu, silahkan belok ke arah kiri (timur) kira-kira sejauh 2,3 km hingga perempatan SDN 1 Sanggrahan. Pada area perempatan tersebut, terdapat plang petunjuk untuk menuju ke arah candi dan Gua Selomangleng.

Untuk menuju ke arah Candi Sanggrahan, silahkan belok ke kiri (utara), sedangkan belok kanan atau ke arah selatan untuk menuju arah Goa Selomangleng. 

Baca Juga: Sejarah Candi Songgoriti, Candi Tertua di Jawa Timur

Demikian sejarah Candi Sanggrahan yang merupakan bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit yang bercorak Budha. Sebagai salah satu peninggalan bersejarah yang masih tegak dan eksis berdiri hingga saat ini, Candi Sanggrahan menjadi bukti nyata kejayaan masa lampau. Keberadaannya kini di wilayah Tulungagung, terus menginspirasi dan mengundang kehadiran banyak para pengunjung. Mereka khusus datang untuk mempelajari sekaligus menjelajahi kekayaan sejarah yang indah nan megah di wilayah Jawa Timur itu.  (R10/HR-Online)

Cara Mengaktifkan eSIM di HP Android dan Solusi Jika Gagal

Cara Mengaktifkan eSIM di HP Android dan Solusi Jika Gagal

Cara mengaktifkan eSIM di HP Android terbilang cukup mudah layaknya iPhone. Sebagaimana yang kita tahu, SIM card elektronik tersebut memang bisa diterapkan di ponsel...
penggelembungan suara

Akibat Dugaan Penggelembungan Suara Pileg, KPU Garut Resmi Dipecat DKPP

harapanrakyat.com,- Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) secara resmi memecat Ketua KPU Garut, Senin (14/4/25). Pemecatan tersebut buntut adanya aduan ketidaksesuaian perolehan suara serta dugaan...
Update Terbaru Fitur Share Location Instagram Bantu Pengguna Saling Berbagi Lokasi

Update Terbaru Fitur Share Location Instagram Bantu Pengguna Saling Berbagi Lokasi

Instagram kini secara resmi menghadirkan fitur Share Location, yang memungkinkan pengguna untuk berbagi lokasi secara langsung dengan pengguna lainnya. Kehadiran fitur Share Location Instagram...
Pencemaran Nama Baik

Dugaan Pencemaran Nama Baik, Tim Kuasa Hukum Ketua Gerindra Jabar Laporkan Akun Medsos ke Polres Tasikmalaya

harapanrakyat.com,- Tim Kuasa Hukum Ketua DPD Gerindra Jabar Amir Mahfud melaporkan dugaan pencemaran nama baik ke Satreskrim Polres Tasikmalaya. Laporan tersebut atas tudingan di...
Jam buka Food court

Ini Jam Buka Food Court Alun-alun Ciamis yang Baru Diresmikan

harapanrakyat.com,- Food Court Alun-alun Ciamis telah resmi dibuka oleh Bupati Ciamis Herdiat Sunarya, Senin (14/4/2025). DKUKMP Ciamis pun telah mengatur jam buka para pedagang...
Nelayan Rawa Cibeureum

Sudah Dua Tahun Nelayan Rawa Cibeureum di Purwadadi Ciamis Sepi Tangkapan Ikan

harapanrakyat.com,- Sudah hampir dua tahun nelayan Rawa Cibeureum, Desa Kutawaringin, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sepi pendapatan tangkapan ikan. Padahal biasanya ikan di Rawa...