Minggu, Mei 11, 2025
BerandaBerita TerbaruSejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Fungsinya pada Zaman Dahulu

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Fungsinya pada Zaman Dahulu

Sejarah Alun-Alun Kidul di Yogyakarta menyimpan kisah yang menarik dan sayang untuk dilewatkan pembahasannya. Masyarakat area Jogja tentunya sudah tidak asing dengan alun-alun yang terkenal dengan nama “alkid” tersebut. Tempat ini merupakan salah satu tujuan wisata yang ramai pengunjung di setiap harinya.

Letaknya cukup strategis berada di pusat kota Yogyakarta. Hal itu menjadikannya destinasi wisata yang nyaris tidak pernah sepi pengunjung. Setiap harinya, banyak warga Jogja dan turis memenuhi area tersebut untuk berlibur dan menikmati aktivitas serta kuliner di sana.

Baca Juga: Sejarah Museum Sangiran, Pusat Koleksi Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah

Adapun berbagai aktivitas seperti olahraga, menikmati jajanan kuliner lokal, bermain gelembung sabun, layang-layang, naik kereta hias hingga sekedar duduk santai di atas rerumputan. Meskipun demikian, sebelum ramai pengunjung seperti saat ini, dahulunya alun-alun ini terkenal angker dan seram di mata masyarakat.

Untuk mengetahui lebih dalam terkait kisah sejarah dan fungsi Alun-Alun Kidul tersebut, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini!

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dan Awal Pembangunannya

Alun-Alun Kidul, yang terletak di bagian belakang Keraton Yogyakarta, memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Alun-alun ini berdiri pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I, yang memerintah pada tahun 1755 hingga 1792. Sebelumnya, Alun-Alun Kidul dikelilingi oleh pagar tembok batu bata setinggi sekitar 2 meter dan tebal 30 cm, yang berfungsi sebagai pembatas antara alun-alun dengan kawasan sekitar. 

Namun, tembok tersebut mengalami kerusakan, dan tembok baru kemudian dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII selama pemerintahannya pada 1877-1921. Pada masa lalu, Alun-Alun Kidul terkenal sebagai area yang sepi dan terkesan angker, sehingga banyak orang yang enggan melewati kawasan ini. Namun, pada tahun 1980-an, dengan adanya pembangunan jalan lingkar dan penambahan lampu penerangan, suasana di sekitar alun-alun mulai berubah. 

Kawasan ini pun semakin ramai dan menjadi salah satu tempat yang lebih banyak pengunjungnya, baik oleh warga Yogyakarta maupun wisatawan. Seiring berjalannya waktu, Alun-Alun Kidul kini menjadi salah satu lokasi yang penting dalam kehidupan sosial dan budaya di Yogyakarta.

Sebagai Tempat Latihan Prajurit Keraton

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta, terkenal dengan istilah Alun-Alun Pangkeran. Dulunya, tempat ini berfungsi sebagai tempat berbagai aktivitas Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mengadakan acara.

Salah satu fungsinya adalah sebagai tempat latihan para prajurit Keraton saat menjelang tradisi Garebeg setiap tahun yang diadakan tiga kali. Adapun ketiga acara tersebut yaitu Garebeg Mulud, Syawal, dan Grebeg Besar.

Alun-alun Selatan ini juga bermanfaat sebagai tempat menghadap bagi abdi dalem Wadana Prajurit dalam tradisi di bulan Puasa, tepatnya pada malam 23, 25, 27, dan 29 pada bulan tersebut.

Selain itu, pada saat masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, setiap Senin dan Kamis siang, di tempat ini akan terselenggara berbagai aktivitas. Beberapa contohnya antara lain: pertandingan panahan, adu harimau dan kerbau, dan juga hiburan yang bertema tentang prajurit rampogan menangkap harimau.

Baca Juga: Sejarah Babad Dermayu yang Menceritakan Kisah Terbentuknya Kabupaten Indramayu

Tempat Mengikat Gajah Raja dan Menyeramkan di Malam Hari

Sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta dulunya, di salah satu sudut tepatnya di lokasi tiga tiang yang terpancang berfungsi sebagai tempat mengikat gajah milik raja. Saat ini, gajah milik raja hanya keluar hanya saat upacara Grebeg berlangsung.

Disisi lain pada bagian depan Siti Hinggil yakni sebelah utara Alun-alun Kidul, terdapat deretan ubin yang dulu merupakan batu bata tempat raja menyaksikan latihan prajurit.

Hingga tahun 1980 M, kondisi alun-alun ini sangat sepi kecuali hari-hari tertentu seperti latihan para prajurit atau panahan. Selebihnya, jika tidak ada aktivitas apapun, akan terasa sepi dan menyeramkan terlebih saat malam hari.

Oleh karena itu, tidak ada orang yang berani melintasi area tempat tersebut. Namun pada malam yang bersinar bulan banyak terdapat anak dan remaja yang bermain di area itu. Mereka bermain tetabuhan tradisional sambil memanjat pohon beringin kembar.

Aset Pohon Beringin Kembar dan lainnya yang Eksis Hingga Kini

Sejarah Alun-Alun Kidul sangat identik dengan keberadaan Pohon Beringin Kembar. Pohon ini merupakan aset utama yang masih dipertahankan hingga saat ini. Ada juga pohon kweni, pohon pakel, dan pohon gayam. Bagi masyarakat Jawa, deretan pohon tersebut melambangkan keamanan, ketentraman dan juga nuansa keteduhan.

Selain pohon, akses keluar masuk Alkid yang berjumlah tujuh buah juga masih eksis hingga kini. Deretan jalan tersebut antara lain Plengkung Gading di sisi selatan. Kemudian di sisi timur masing-masing menuju Jalan Langenarjan dan Jalan Langenastran. Terdapat juga Jalan Pamengkang, serta di sisi barat ada Jalan Ngadisuryan dan Jalan Patehan.

Baca Juga: Sejarah Candi Sanggrahan Tulungagung, Peninggalan Kerajaan Majapahit Bercorak Budha

Demikian ulasan terkait sejarah Alun-Alun Kidul Yogyakarta yang perlu diketahui. Saat ini, tempat ini sangat ramai pengunjung baik dari wilayah Jogja sendiri bahkan hingga luar kota. Banyak masyarakat luar daerah yang sengaja datang untuk berekreasi dan juga mencari hajat Pohon Beringin Kembar. Sekedar informasi bahwa masyarakat meyakini bahwa siapa saja yang berhasil berjalan di antara kedua pohon dengan mata tertutup, maka hajatnya akan terkabul. (R10/HR-Online)

Pengabdian Fakultas Pendidikan MIPA UPI Bandung di Pangandaran, Dorong Guru Implementasikan Pembelajaran Mendalam dan Nyata dalam Kehidupan 

Pengabdian Fakultas Pendidikan MIPA UPI Bandung di Pangandaran, Dorong Guru Implementasikan Pembelajaran Mendalam dan Nyata dalam Kehidupan 

harapanrakyat.com,- Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA UPI Bandung melakukan pengabdian kepada Guru SMA yang ada di Pangandaran. Dalam pengabdian tersebut mereka menyampaikan soal tren...
Spesifikasi Asus ExpertBook BG1409CVA, Laptop Ringan Berkelas

Spesifikasi Asus ExpertBook BG1409CVA, Laptop Ringan Berkelas

Asus ExpertBook BG1409CVA jadi andalan para pekerja dengan mobilitas tinggi. Hal ini karena laptop Asus tersebut memiliki spesifikasi unggulan. Selain membantu penggunanya, spesifikasi laptop...
Beckham Putra

Tampil Impresif dan Melejit di Musim ini, Berapa Gaji Beckham Putra di Persib Bandung?

Kemenangan Persib Bandung di Liga 1 2024/2025 tentu atas kerja keras para pemain yang tampil konsisten dan gemilang di setiap pertandingan. Beckham Putra menjadi...
Cara Mengaktifkan Peringatan Pelacak Tak Dikenal Android

Cara Mengaktifkan Peringatan Pelacak Tak Dikenal Android

Peringatan Pelacak Tak Dikenal Android merupakan salah satu fitur penting yang bisa pengguna manfaatkan sebaik mungkin. Fitur HP ini sendiri bisa membantu pengguna untuk...
Anggota TNI Inspiratif Ini Latih Fisik Pemuda Kota Banjar yang Ingin Daftar Tentara tanpa Dipungut Biaya, Begini Kisahnya

Anggota TNI Inspiratif Ini Latih Fisik Pemuda Kota Banjar yang Ingin Daftar Tentara tanpa Dipungut Biaya, Begini Kisahnya

harapanrakyat.com,- Seorang anggota TNI dari Koramil 1318/Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat sangat inspiratif. Pasalnya, prajurit TNI tersebut rela meluangkan waktunya untuk mendidik para pemuda...
Piala AFF U-23

Hadapi Piala AFF U-23, Tiga Bek Keturunan Ini Bisa Dipanggil ke Timnas Indonesia, Siapa Saja?

Timnas Indonesia U-23 memang tengah mempersiapkan diri menghadapi sejumlah agenda di musim ini. Salah satu pertandingan terdekat yang akan berlangsung pada 15-31 Juni 2025...