Pada suatu malam di bulan April 2019, langit di atas Kosta Rika dihiasi oleh cahaya terang yang melesat dan meledak di udara. Kejadian ini bukan hanya menarik perhatian warga lokal, tetapi juga membuat para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia bergegas datang. Nah, yang mereka buru bukan sembarang batu, melainkan potongan meteorit langka yang terkenal sebagai meteorit Aguas Zarcas, sebuah “bola lumpur” dari luar angkasa yang ternyata membawa petunjuk penting mengenai asal usul tata surya.
Baca Juga: Kawah Meteorit Tertua di Dunia, Bukan Lagi Yarrabubba
Meteorit Aguas Zarcas, Langka dan Bersejarah
Peristiwa jatuhnya Aguas Zarcas pada 23 April 2019 silam bukanlah kejadian biasa. Batu-batu yang ditemukan memiliki total berat sekitar 27 kilogram. Sehingga menjadikannya jatuhan meteorit karbonan terbesar di Kosta Rika dalam 150 tahun terakhir.
“Ini adalah peristiwa jatuhan meteorit paling besar di Kosta Rika dalam 150 tahun terakhir,” ungkap Dr. Gerardo Soto dari Universitas Kosta Rika (National Geographic, 2019).
Batuan ini memiliki ciri khas lapisan luar berwarna kebiruan yang bernama fusion crust. Batuan tersebut terbentuk akibat panas luar biasa saat memasuki atmosfer Bumi. Keutuhannya membuat batu ini sangat berharga untuk studi ilmiah jangka panjang.
“Bola Lumpur” dengan Rahasia Kosmik
Meteorit ini termasuk dalam kelompok kondrit berkarbon, sering kita sebut sebagai “bola lumpur” karena kandungan mineral berairnya yang tinggi. Sebelumnya, ilmuwan mengira jenis batuan ini rapuh dan mudah hancur. Namun, meteorit Aguas Zarcas membuktikan sebaliknya.
“Banyak yang menyebutnya bola lumpur karena kaya mineral berair. Tapi ternyata, itu tidak berarti meteorit ini rapuh,” ujar Peter Jenniskens dari SETI Institute dan NASA Ames Research Center (SETI Institute, 2019).
Ketangguhan batuan ini menunjukkan bahwa meteorit tersebut telah menghindari tabrakan besar di luar angkasa. Ini merupakan fakta yang sangat langka dan berarti secara ilmiah.
Perjalanan Dua Juta Tahun Melintasi Ruang Angkasa
Penelitian yang dilakukan oleh Kees Welten, ahli kosmokimia dari UC Berkeley, menunjukkan bahwa meteorit Aguas Zarcas telah mengarungi ruang angkasa selama dua juta tahun sebelum akhirnya menabrak Bumi.
“Tabrakan terakhir yang dialami batu ini terjadi dua juta tahun lalu,” jelasnya. Hal ini mengindikasikan bahwa batu ini berasal dari bagian luar sabuk asteroid dan nyaris tidak mengalami perubahan sejak pembentukannya (UC Berkeley, 2020).
Menyala di Langit, Mendarat di Hutan Tropis
Rekaman dari satelit GOES 16 dan 17 milik NASA dan NOAA menunjukkan bahwa meteorit ini memasuki atmosfer dengan kecepatan 14,6 km/detik dan sudut hampir vertikal. Kondisi ini memungkinkan bagian besar dari batuan tetap utuh ketika menyentuh tanah.
“Alam bersikap baik kepada meteorit ini,” kata Laurence Garvie dari Arizona State University (ASU News, 2019). Cuaca cerah dan tanah tropis yang lunak di Kosta Rika membantu menjaga batu-batu tetap dalam kondisi asli saat ditemukan.
Penuh Potensi, Senyawa Organik dari Bintang Tua
Penemu pecahan meteorit Aguas Zarcas ialah warga antara desa La Palmera dan Aguas Zarcas. Menurut ilmuwan, batu ini terbentuk dari debu nebula purba yang berasal dari galaksi Bima Sakti jauh sebelum Matahari terbentuk.
Baca Juga: Perbedaan Meteor dan Meteorit, Salah Satunya dari Proses Terjadinya
Namun yang membuat meteorit ini istimewa adalah kandungan asam amino di dalamnya. Itu merupakan senyawa dasar pembentuk protein dan DNA. Studi awal menunjukkan bahwa asam amino yang terdapat dalam meteorit ini tidak ada di Bumi. Sehingga memunculkan teori bahwa kehidupan di Bumi mungkin berasal dari senyawa organik yang dibawa oleh meteorit (Science Advances, 2020).
Meteorit serupa, Murchison, jatuh di Australia pada tahun 1969 dan memiliki karakteristik yang hampir identik. Seperti Murchison, Aguas Zarcas juga mengandung bahan-bahan organik dari tata surya awal.
Warisan dari Langit, Penelitian dan Masa Depan
Saat ini, para ilmuwan terus menganalisis meteorit Aguas Zarcas menggunakan teknologi canggih seperti spektrometri massa dan kromatografi gas. Tujuannya adalah untuk mendeteksi senyawa kompleks lain, termasuk kemungkinan keberadaan protein yang dapat memperkuat teori panspermia, yaitu gagasan bahwa kehidupan datang ke Bumi melalui meteorit.
Ada kemungkinan batu ini sedikit terkontaminasi oleh lingkungan Bumi. Namun sebagian fragmennya tetap menjadi sampel paling murni dari materi pra-matahari yang pernah ilmuwan temukan.
Sebuah Jendela ke Masa Lalu
Kejadian jatuhnya Aguas Zarcas tidak hanya menjadi peristiwa langka secara astronomi, tetapi juga membuka jendela menuju masa lalu tata surya. Kandungan mineral berair, senyawa organik, serta kondisi fisiknya yang nyaris tidak berubah sejak dua juta tahun lalu, menjadikannya sebagai objek penelitian yang sangat berharga.
Baca Juga: Penemuan Meteorit El Ali di Somalia, Ada 2 Mineral Terbaru!
Sebagaimana penjelasan di dalam berbagai studi, meteorit Aguas Zarcas ini berpotensi membantu manusia memahami tidak hanya sejarah tata surya, tetapi juga asal usul kehidupan itu sendiri. Dari langit tropis Kosta Rika, Aguas Zarcas membawa cerita dari awal mula segalanya. (R10/HR-Online)