Alat musik Kempul merupakan warisan budaya kesenian tradisional Banyuwangi di Jawa Timur. Kempul sendiri masuk dalam kategori instrumen keras gamelan dan digantung seperti halnya dengan gong. Alat musik ini berhasil menghidupkan khazanah seni dan warisan budaya di wilayah Banyuwangi.
Alunan musiknya adalah harmonisasi sempurna antara kendang, yang merupakan salah satu jenis drum tradisional dengan gong besar berdenting dalam sebuah keindahan yang memiliki unsur magis. Eksistensinya saat ini biasanya digunakan untuk mengiringi upacara adat, pertunjukan seni, dan sebuah acara komunitas tertentu.
Baca Juga: Mengenal Alat Musik Tarawangsa Khas Sumedang, Tradisi Saat Perayaan Panen Padi
Berasal dari tanah Jawa Timur yang kental dengan nuansa adat, menjadikannya lebih dari sekedar alat musik. Akan tetapi juga sebagai kekayaan budaya masyarakat di Banyuwangi. Untuk lebih jelas terkait sejarahnya, berikut artikel selengkapnya.
Alat Musik Kempul Banyuwangi dan Perkembangan Sejarahnya
Istilah Kendang Kempul secara khusus mulai diperkenalkan pada tahun 1980-an oleh Bung Sutrisno, seorang maestro dari Arbas Group. Kala itu, banyak penyanyi legendaris salah satunya bernama Sumiati yang membawakan lagu-lagu ciptaan maestro tersebut. Adapun judul lagu-lagu populernya antara lain: Joged Belambangan, Ditinggal Bakale, dan Isun Cemburu.
Pada era ini, alunan musiknya masih kental dengan nuansa nada pentatonik yaitu tangga nada yang terdiri dari 5 nada pokok dalam satu oktaf. Kemudian, sekitar akhir tahun 90-an, musisi Catur Arum mengubah musik Kendang Kempul menjadi lebih modern. Ia berhasil menambahkan unsur keroncong dalam aransemen musiknya.
Dengan demikian, Catur Arum inilah yang menjadi pionir dalam hal menggabungkan irama alat musik tradisional tersebut dengan alat musik modern yang jangkauan nadanya lebih luas.
Tema Lagu Untuk Alat Musik Mengalami Perkembangan
Berkat peran Catur Arum, perkembangan sejarah alat musik Kempul mengalami kemajuan yang signifikan, terutama dalam hal keberagaman tema lagu. Jika pada masa lalu, lagu-lagu klasik yang menggunakan Kempul cenderung mengangkat tema-tema berat seperti kondisi sosial dan budaya, maka seiring waktu, terjadi perubahan arah dalam pemilihan tema.
Memasuki era 2000-an, para musisi mulai lebih banyak memilih tema yang dekat dengan kehidupan generasi muda. Kempul pun tak lagi hanya identik dengan nuansa tradisional yang kaku. Namun menjadi bagian dari musik yang lebih dinamis dan mudah diterima oleh khalayak muda.
Mendapat Pengaruh Nuansa Dangdut pada 2010
Pada tahun 2010, nuansa dangdut sangat mempengaruhi perkembangan alat musik Kempul ini. Gelombang baru musik koplo berhasil memasuki ke segala lini, termasuk ke wilayah Banyuwangi. Kemudian, ramai bermunculan grup musik dangdut yang menggunakan Kendang Kempul dalam versi dangdut.
Baca Juga: Mengulas Sejarah Alat Musik Karinding di Jawa Barat
Penyanyi yang cukup populer yang ikut meramaikan musik kendang Kempul dengan nuansa dangdut tersebut antara lain: Nella Kharisma, Yeni Inka, Suliana, Reny Farida, Ratna Antika, dan Vita Alvia.
Seiring dengan perkembangan zaman, Kendang Kempul tetap hadir dalam wajah modern. Grup musik dan juga seniman Banyuwangi bersikukuh untuk menjaga kekayaan tradisional. Mereka menambahkan sentuhan kontemporer ke dalamnya guna menambah daya tarik alat musik tersebut.
Hasilnya saat ini, alat musik ini mampu tampil di panggung lokal hingga tingkat nasional. Hal ini menjadikan musik Banyuwangi melampaui batas-batas geografis dan memancarkan pesona budaya yang tak terlupakan.
Termasuk dalam Kategori Gamelan
Alat musik Kempul termasuk salah satu alat musik dari keluarga gamelan Jawa. Keberadaannya identik dengan gong, namun bentuknya lebih kecil, sehingga banyak orang menyebut bahwa Kempul ini adalah anak dari gong. Kempul sering digantung menjadi satu set dengan gong, maka dari itu sudah pasti cara memainkannya dengan cara dipukul.
Dalam masyarakat Jawa Timur, alat musik ini merupakan bagian dari kesenian Jaranan Sentherewe, yakni sebuah kesenian rakyat yang sudah terkenal sejak abad ke-13. Kesenian tersebut juga secara visual terpahat pada sebuah relief Candi Penataran di wilayah Blitar.
Perangkat kesenian Banyuwangi ini terdiri dari: 2 buah jaranan, 1 buah jepaplok, dengan iringan 1 buah kendang, 2 sarone, dan juga 1 Kempul. Selain itu, Kempul menandai aksen-aksen penting dalam sebuah lagu atau gendhing.
Dalam hal ini, alat musik ini mampu memainkan nada yang sama dengan nada balungan (nada dasar melodi). Terkadang Kempul mendahului nada balungan berikutnya. Hasil suaranya lebih tinggi daripada Gong, sedangkan alat musik yang berukuran lebih kecil akan menghasilkan suara yang lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Sejarah Alat Musik Calung, Warisan Budaya Sunda
Demikian ulasan terkait sejarah perkembangan alat musik Kempul Banyuwangi di Jawa Timur. Jika Anda menginginkan kesenian yang memiliki akar kebudayaan yang sangat kuat, maka Banyuwangi adalah tujuan yang wajib untuk dikunjungi. Dengan demikian, Anda akan menyaksikan secara langsung pertunjukan Kendang Kempul yang memberikan pengalaman budaya autentik dan menggetarkan jiwa. (R10/HR-Online)