Situ Sanghyang Tasikmalaya merupakan salah satu destinasi wisata yang menarik dan populer. Keindahan alamnya serta daya tariknya membuat tempat ini ramai pengunjung, baik pada akhir pekan maupun hari biasa.
Baca Juga: Mitos Pelabuhan Ratu, Jejak Nyi Roro Kidul dan Singgasananya
Tidak hanya warga sekitar Tasikmalaya, banyak wisatawan dari luar daerah juga datang ke Situ Sanghyang dengan berbagai tujuan, seperti berwisata, beristirahat, atau menikmati suasana alam yang tenang. Kepopuleran tempat ini menjadikannya destinasi yang semakin dikenal oleh banyak orang.
Misteri dan Mitos Situ Sanghyang Tasikmalaya
Situ Sanghyang, yang terletak di Desa Cibalanarik, Kecamatan Tanjungjaya, Kabupaten Tasikmalaya, merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di kalangan masyarakat. Setiap akhir pekan, tempat ini ramai dikunjungi oleh wisatawan, baik dari Tasikmalaya maupun daerah sekitarnya.
Selain menjadi pilihan wisata yang terjangkau, Situ Sanghyang menawarkan keindahan alam yang menarik. Tempat ini menjadi favorit bagi banyak wisatawan untuk berlibur bersama keluarga atau sekadar melepas penat dari kesibukan sehari-hari.
Namun, meskipun sudah dikenal luas, tidak banyak yang mengetahui asal usul Situ Sanghyang. Hingga kini, sejarah dari tempat ini masih menjadi misteri yang belum terungkap sepenuhnya.
Legenda dan Mitos
Situ Sanghyang di Tasikmalaya tidak hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga menyimpan berbagai cerita misteri dan legenda yang menarik. Asal-usul danau ini masih menjadi misteri yang belum memiliki catatan sejarah resmi, namun mitos yang berkembang di masyarakat terus menjadi buah bibir dari generasi ke generasi.
Menurut perkiraan, danau ini telah ada sejak zaman Mataram Kuno. Salah satu legenda yang paling populer berkisah tentang tenggelamnya perkampungan Saung Gatang. Di balik pesona Situ Sanghyang, tersembunyi cerita yang erat kaitannya dengan dendam dan amarah.
Legenda Penculikan Wanita Cantik
Legenda ini bermula dari kisah seorang pangeran yang tertarik pada kecantikan seorang wanita, yang ternyata adalah istri seorang Resi dari Kebataraan Galunggung. Pangeran tersebut kemudian memerintahkan dua pengawalnya untuk menculik wanita itu dan membawanya ke istana untuk dinikahi.
Setelah berhasil menculik wanita tersebut, sang pangeran mengadakan pesta besar selama tujuh hari tujuh malam di Saung Gatang. Ketika Sang Resi pulang dari laku tirakat dan mendapati istrinya telah pergi, ia langsung mencari hingga akhirnya sampai di Saung Gatang, tempat pesta besar itu berlangsung.
Melihat istrinya sedang dipersunting oleh sang pangeran, Sang Resi berteriak, tetapi tak ada seorang pun yang menanggapi. Dengan penuh amarah, Sang Resi akhirnya menjelma menjadi Budak Buncir dan memanggil gerombolan anjing untuk mengacaukan pesta tersebut.
Baca Juga: Mitos Air Terjun Jumog Karanganyar, Penuh Energi Positif
Tak lama kemudian, anjing-anjing datang dan menggonggong dengan suara keras, menciptakan kekacauan yang terkenal dengan istilah ngahiang. Kejadian ini menjadi bagian dari mitos yang jadi kepercayaan masyarakat tentang asal-usul Situ Sanghyang.
Kutukan yang Menenggelamkan Saung Gatang
Sesampainya di istana, Resi Galunggung meminta pertolongan dari sekawanan anjing untuk menggonggong, dengan tujuan mengacaukan pesta pernikahan yang sedang berlangsung. Ia juga berusaha menemui sang pangeran, tetapi para pengawal menolaknya.
Merasa kecewa dan penuh dengan amarah, Resi Galunggung kemudian menancapkan tujuh batang lidi ke tanah. Para pengawal yang melihat hal tersebut berusaha mencabut lidi-lidi itu, tetapi semakin mereka mencoba, lidi tersebut justru semakin tertanam dalam tanah.
Hingga akhirnya, Resi Galunggung sendiri yang mencabut lidi-lidi tersebut, dan seketika itu juga muncul aliran air dari dalam tanah. Air tersebut terus memancar deras hingga menenggelamkan seluruh perkampungan Saung Gatang.
Pada saat itu, Resi Galunggung mengucapkan sumpah bahwa siapa pun yang meminum air dari danau ini akan berubah menjadi ikan. Sejak saat itu, danau tersebut bernama Sanghyang, yang kini populer sebagai Situ Sanghyang.
Menyimpan Kode Alam
Situ Sanghyang Tasikmalaya memiliki keunikan tersendiri, salah satunya adalah airnya yang tidak pernah surut karena berasal dari sumber mata air alami. Selain itu, masyarakat setempat meyakini bahwa air danau ini dapat memberikan tanda atau kode alam tentang kejadian yang akan datang.
Salah satu peristiwa yang sering dikaitkan dengan mitos Situ Sanghyang terjadi pada tahun 2009. Saat itu, air danau yang biasanya jernih tiba-tiba berubah warna menjadi kemerahan. Tak lama setelah perubahan tersebut, terjadi gempa bumi dahsyat yang mengguncang Tasikmalaya dan sekitarnya.
Baca Juga: Mitos Gunung Guntur Garut, Larangan dan Penjaga Gaib
Dengan sejarah, misteri, dan mitos yang menyelimutinya, Situ Sanghyang Tasikmalaya tidak hanya menjadi destinasi wisata alam yang indah. Akan tetapi juga memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik dengan cerita-cerita legenda yang menyertainya. (R10/HR-Online)