Di tengah hiruk-pikuk Yogyakarta, berdiri sebuah bangunan tua yang menyimpan kisah perburuan raja. Sejarah Panggung Krapyak menjadi saksi bisu perjalanan sejarah yang menarik. Bangunan ini dulunya menjadi tempat strategis bagi para bangsawan kerajaan untuk berburu.
Perburuan bukan hanya sekadar hobi, tetapi bagian dari tradisi kerajaan. Hewan buruan seperti kijang sering menjadi target utama. Kawasan sekitar Panggung Krapyak dulunya adalah hutan lebat yang menjadi habitat berbagai satwa liar.
Baca Juga: Mengulas Sejarah Bunker Kaliadem di Kawasan Lereng Gunung Merapi
Seiring berjalannya waktu, fungsi Panggung Krapyak pun berubah. Kini, tempat ini lebih masyarakat kenal sebagai bangunan bersejarah yang menarik perhatian wisatawan. Keunikan arsitekturnya membuatnya tetap berdiri kokoh sebagai bagian dari warisan budaya.
Sejarah Panggung Krapyak di Yogyakarta
Panggung Krapyak, yang terletak di Krapyak Kulon, Kelurahan Panggungharjo, Sewon, Kabupaten Bantul, dulunya berfungsi sebagai tempat bagi para raja untuk mengamati perburuan mereka.
Menurut Abdi Dalem Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa, Bimo Unggul Yudo, yang bergelar KMT Yudawijaya, kawasan Krapyak pada masa lampau merupakan hutan yang digunakan sebagai lokasi berburu.
Panggung Krapyak bukan sekadar bangunan biasa, tetapi memiliki desain yang khas. Bentuknya persegi dengan ukuran yang cukup besar. Tingginya mencapai sekitar 10 meter, membuatnya mencolok di antara bangunan lain di sekitarnya.
Struktur bangunan ini memungkinkan raja dan bangsawan untuk mengamati area perburuan dengan lebih jelas. Dari atas, mereka bisa melihat pergerakan hewan buruan dengan mudah. Ini memberikan keuntungan besar dalam perburuan yang mereka lakukan.
Karena letaknya yang strategis, sejarah Panggung Krapyak menjadi bagian penting dari kawasan kerajaan. Bangunan ini hanya berjarak sekitar satu kilometer dari Keraton Yogyakarta, memperkuat keterkaitannya dengan sejarah kerajaan Mataram.
Jejak Sejarah Perburuan Kerajaan Mataram
Konon, Krapyak dahulu merupakan hutan tempat hidup berbagai satwa, termasuk rusa. Keluarga Kerajaan Mataram Islam gemar berburu di sini, salah satunya Prabu Hanyokrowati, putra Panembahan Senopati. Ia meninggal saat berburu pada 1610 dan diberi gelar Panembahan Seda Krapyak.
Pada 1760, Sri Sultan Hamengkubuwono I membangun Panggung Krapyak sebagai pos berburu dan pertahanan terhadap binatang buas. Bangunan ini berukuran 17,6 m × 15 m dengan tinggi 10 m, terbuat dari batu bata merah berlapis semen. Setiap sisinya memiliki pintu dan dua jendela.
Panggung ini terdiri dari dua lantai. Lantai bawah memiliki empat ruangan yang dihubungkan lorong, sementara lantai atas merupakan tempat terbuka dengan pagar, digunakan untuk berburu. Beberapa sumber menyebut bangunan ini juga berfungsi sebagai pos pemantauan terhadap ancaman dari selatan Keraton.
Struktur bangunan berbentuk simetris dengan pintu di setiap sisi, koridor sebagai pemisah ruangan, dan tangga kayu yang menghubungkan lantai. Atap lantai dua ditopang empat pilar lengkung. Pintu masuknya menyerupai terowongan, dengan jendela berambang lengkung dan pagar pilar di bagian atas.
Misteri Nama Kandang Menjangan
Banyak orang mengenal Panggung Krapyak dengan sebutan Kandang Menjangan. Nama ini muncul karena dulunya banyak kijang yang berkeliaran di area tersebut. Namun, bangunan ini sebenarnya tidak pernah difungsikan sebagai kandang hewan.
Sebutan itu muncul karena kurangnya informasi mengenai sejarah Panggung Krapyak yang asli. Banyak orang mengira tempat ini dahulu digunakan untuk menampung rusa. Padahal, fungsi utamanya adalah sebagai gardu pandang bagi raja dan bangsawan.
Meski demikian, sebutan Kandang Menjangan masih sering masyarakat sekitar gunakan. Panggung Krapyak tetap menjadi simbol sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Keunikan namanya justru menambah daya tarik bagi para pengunjung.
Dari Tempat Perburuan Menjadi Ikon Kota
Seiring waktu, sejarah Panggung Krapyak mengalami perubahan fungsi. Saat ini, bangunan ini lebih terkenal sebagai destinasi wisata sejarah. Banyak orang datang untuk melihat keunikan arsitektur dan mengabadikan momen di tempat bersejarah ini.
Selain wisatawan, banyak peneliti sejarah tertarik untuk menggali lebih dalam tentang Panggung Krapyak. Bangunan ini memiliki nilai historis yang tinggi dan masih menyimpan banyak cerita dari masa lalu. Banyak fotografer yang juga menjadikannya sebagai objek foto yang menarik.
Baca Juga: Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta, Bangunan Peringatan 50 Tahun Kebangkitan Nasional
Pemerintah dan masyarakat terus berupaya menjaga keaslian bangunan ini. Meski sudah berusia ratusan tahun, Panggung Krapyak tetap berdiri kokoh. Keindahannya masih memancarkan pesona sejarah yang tidak terlupakan bagi siapa pun yang mengunjunginya.
Panggung Krapyak di Mata Wisatawan
Saat ini, sejarah Panggung Krapyak menjadi salah satu spot favorit di Yogyakarta. Wisatawan yang datang biasanya ingin melihat langsung bangunan bersejarah ini. Banyak yang tertarik dengan cerita masa lalu yang menyelimuti tempat ini.
Beberapa wisatawan memilih Panggung Krapyak sebagai tempat berburu foto. Bentuk bangunannya yang unik dan nuansa klasiknya menjadi daya tarik tersendiri. Tidak jarang, tempat ini menjadi latar belakang sesi pemotretan atau video dokumentasi.
Selain keindahan visualnya, suasana di sekitar Panggung Krapyak juga cukup menarik. Banyak orang datang hanya untuk menikmati ketenangan dan keunikan sejarah yang melekat pada bangunan ini.
Upaya Pelestarian Bangunan Bersejarah
Sebagai bagian dari warisan budaya, Panggung Krapyak membutuhkan perawatan yang serius. Pemerintah setempat terus berupaya menjaga keaslian bangunan ini. Berbagai upaya restorasi telah pemerintah lakukan agar bangunan tetap berdiri kokoh.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam menjaga Panggung Krapyak. Kesadaran untuk melestarikan sejarah semakin meningkat. Banyak komunitas yang aktif dalam kampanye pelestarian bangunan bersejarah di Yogyakarta.
Pelestarian ini penting agar generasi mendatang tetap bisa melihat dan memahami sejarahnya. Dengan begitu, bangunan ini tidak hanya menjadi kenangan masa lalu, tetapi juga warisan berharga bagi masa depan.
Baca Juga: Sejarah Masjid Mungsolkanas, Tertua Sekaligus Saksi Bisu Penyebaran Islam di Bandung
Sebagai bagian dari jejak sejarah Mataram Islam, sejarah Panggung Krapyak memiliki nilai arsitektur dan budaya yang tak ternilai. Keberadaannya menjadi saksi bisu perubahan zaman, dari era kerajaan hingga masa modern. Dengan menjaga kelestariannya, masyarakat dapat terus mengenang dan memahami peran penting bangunan ini dalam kehidupan para raja dan bangsawan di masa lalu. (R10/HR-Online)