Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta memiliki perjalanan historis yang terkait dengan peringatan Kebangkitan Nasional. Dalam catatan sejarah Indonesia, museum ini menjadi bngunan unit ke-II dari Museum Benteng Vredeburg yang terletak di Jalan Kolonel Sugiono No. 24 Yogyakarta.
Baca Juga: Sejarah Museum PETA di Bogor, Sarana Pengingat Perjuangan Bangsa
Tujuan pendiriannya adalah sebagai pengingat peristiwa penting yaitu peringatan setengah abad kebangkitan nasional pada tahun 1958. Peringatan tersebut diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Untuk mengetahui lebih lanjut terkait sejarah museum tersebut, maka simak ulasannya dalam artikel berikut ini!
Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta dan Karakteristik Bangunannya
Museum di wilayah Yogyakarta ini mempunyai gedung bernama “Round Temple” atau berbentuk bulat silinder dengan ketinggian 17 meter. Bangunan bersejarah ini mempunyai arsitektur hasil perpaduan model barat dan juga timur.
Bentuk bagian atasnya mirip bangunan pada masa kekaisaran Romawi dan bagian pada bawahnya memakai desain candi-candi Indonesia. Pada sisi dinding bagian luar, terdapat koleksi relief peristiwa-peristiwa penting berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 hingga terbentuknya Republik Indonesia Serikat tahun 1949.
Bentuk Museum Perjuangan Yogyakarta ini secara menyeluruh menggambarkan bahwa kemerdekaan Indonesia didapatkan melalui perjuangan rakyat Indonesia sendiri, tanpa bantuan negara lain. Berikut ulasan perjalanan sejarahnya.
Gagasan Pembangunan Museum
Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta bermula pada 20 Mei 1958 sebagai peringatan Hari peringatan Setengah Abad Kebangkitan Nasional. Akhirnya, terbentuklah panitia bernama “Panitia Setengah Abad Kebangkitan Nasional Daerah Istimewa Yogyakarta”. Ketuanya saat itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, sekaligus tokoh pertama yang menyampaikan gagasan untuk membuat bangunan museum tersebut.
Gagasan itu kemudian disampaikan kepada seluruh anggota lainnya. Kemudian mereka melanjutkan dengan membentuk panitia lagi bernama “Panitia Monumen Setengah Abad Kebangkitan Nasional”. Mereka beranggotakan Dewan Pimpinan Panitia Peringatan Setengah Abad Kebangkitan Nasional Yogyakarta.
Proses Pembangunan Museum
Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta berlanjut pada proses pembangunannya pada tanggal 17 Agustus 1959. Pertama, mereka melakukan pemasangan patok oleh Sri Paku Alam VIII di halaman Ndalem Brontokusuman Yogyakarta. Lalu, pada tanggal 5 Oktober 1959, terjadilah proses pencangkulan pertama pembangunan Museum Perjuangan di wilayah Yogyakarta tersebut.
Pembangunan terus berlanjut hingga mencapai peletakan patok yang terakhir oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX pada tanggal 29 Juni 1961. Setelah itu, pada tanggal 17 November 1961, panitia menyelenggarakan upacara pembukaan museum oleh Sri Paku Alam VII.
Akhirnya, pembukaan museum resmi berlaku untuk umum dengan pengelolanya yakni masih Panitia Setengah Abad Kebangkitan Nasional di Yogyakarta di atas. Akan tetapi, secara operasional pengelolaan museum penuh sejarah tersebut sudah berada dalam tanggung jawab Jawatan Penerangan Daerah Istimewa Yogyakarta (JAPENDI).
Baca Juga: Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun, Tempat Penyimpanan Benda Pusaka Kerajaan Sumedang Larang
Proses Pengelolaan Museum Hingga Kini
Sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta sempat beberapa kali berpindah pengelolaan, seperti berada dalam pengawasan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta c.q. Inspeksi Kebudayaan dinas P dan K Propinsi DIY.
Kemudian beralih pengelolaan lagi ke Museum Sonobudoyo sebagai bagian dari museum tersebut yang berada dibawah Bidang Permuseuman Sejarah dan Kepurbakalaan Provinsi DIY. Lagi-lagi pengelolaan mengalami pemindahan ke bagian Direktorat Permuseuman Dirjen Kebudayaan Departemen P dan K Yogyakarta.
Namun, pada akhirnya terhitung sejak tahun 1997 hingga saat ini, pengelolaan Museum Perjuangan Yogyakarta berada dalam Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, dan merupakan Unit ke-II museum dari tersebut.
Sempat Mengalami Penutupan Akibat Gempa
Dalam catatan sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta, tampaknya museum ini sempat mengalami penutupan pada tanggal 27 Mei 2006. Museum tersebut ditutup untuk umum karena rusak akibat bencana gempa bumi dahsyat di Yogyakarta kala itu. Namun setelah proses pemugaran museum selesai, pengelola kembali membukanya pada bulan Juli 2008.
Daya tarik Museum Perjuangan Yogyakarta, antara lain memuat koleksi peninggalan para pahlawan dalam 2 sajian tata pameran. Sajian tersebut salah satunya yaitu pameran luar ruangan berupa arsitek bangunan yang memiliki sejarah, relief dan simbol-simbol peristiwa sejarah.
Selain itu, terdapat tata pameran dalam ruang yang berisikan peninggalan-peninggalan para pahlawan. Sebagai contohnya antara lain: replika meriam, perlengkapan Ir. Soekarno dan koleksi mata uang koin VOC. Di samping itu, masih ada peninggalan-peninggalan lain yang bernilai sejarah di dalamnya.
Baca Juga: Sejarah Museum Mpu Purwa, Koleksi Benda Bersejarah
Demikian ulasan terkait sejarah Museum Perjuangan Yogyakarta yang memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang dan bermakna. Keberadaannya menjadi salah satu bukti peringatan setengah abad Kebangkitan Nasional yang pertama kali berdiri pada 20 Mei 1908 silam. Semoga bermanfaat! (R10/HR-Online)