Pengertian mukjizat dalam Islam sangat perlu sekali kita pahami. Terlebih dalam ajaran Islam, mukjizat hanya diberikan oleh Allah SWT kepada nabi-nabi serta rasulNya.
Sebagaimana kita ketahui, setiap nabi dan rasul yang menjadi utusan Allah memiliki mukjizat tertentu. Tujuannya, mukjizat dari Allah ini untuk memperkuat keyakinan akan fakta bahwa nabi atau rasul ini adalah utusan-Nya yang sejati.
Karena itu, di luar konteks nabi atau rasul yang mendapatkan kelebihan bukanlah mukjizat, melainkan bisa karamah, ma’unah maupun irhas.
Sehingga, dari penjelasan singkat tersebut kita sebagai umat islam tidak sembarangan menyematkan sebuah peristiwa itu adalah mukjizat. Karena jika itu tidak berhubungan dengan nabi ataupun rasul Allah SWT.
Pengertian Mukjizat dalam Islam
Mukjizat secara harfiah berarti peristiwa mustahil yang hanya bisa terjadi atas kehendak Tuhan. Istilah itu sendiri berasal dari kata kerja bahasa Arab a’jaza, yang berarti membuat lemah atau tidak mampu.
Menurut M. Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Al Quran, mukjizat adalah peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang. Orang tersebut menyatakan bahwa dia adalah seorang nabi.
Ini adalah manifestasi kenabian mereka, bukti terhadap para penolak untuk menghasilkan yang serupa, yang tidak dapat mereka bawa.
Sementara itu, menurut Alik al Adhim dalam bukunya Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum, mukjizat yang diberikan kepada setiap nabi menyesuaikan dengan karakteristik dan prestasi intelektual orang-orang pada zaman nabi tersebut.
Dengan demikian, setiap zaman nabi atau rasul memiliki jenis mukjizatnya sendiri berdasarkan konteks saat itu. Misalnya, ketika orang Mesir mempraktikkan sihir, Allah memberi Musa AS tongkat yang berubah menjadi ular. Sehingga, dia menentang sihir itu.
Sementara itu, Nabi Isa AS diberi kemampuan untuk menghidupkan kembali orang mati, menantang pengetahuan medis zamannya. Sehingga, dari mukjizat ini adalah bukti yang tak terbantahkan atas kebenaran Nabi.
Mukjizat Terbesar
Nabi Muhammad SAW yang merupakan Rasul terakhir, mendapatkan mukjizat berupa Al Quran. Bahkan, sampai saat ini anugerah dari Allah SWT tersebut masih bisa kita jumpai.
Moch Tolchah dalam Aneka Pengkajian Studi Al-Qur’an mengkategorikan mukjizat ke dalam dua kategori. Kategori tersebut yakni mukjizat indrawi atau hissiyyah serta mukjizat rasional atau ‘aqliyah.
Fenomena fisik yang menjadi saksi kekuatan ilahi seperti Laut Merah yang terbelah oleh Nabi Musa, atau api dingin dalam kisah Nabi Ibrahim, merupakan contoh dari mukjizat indrawi.
Sementara itu, mukjizat rasional terkait dengan pencapaian intelektual. Misalnya adalah adanya Al Quran yang mana akan abadi hingga hari akhir nanti.
Dari penjelasan soal pengertian mukjizat dalam Islam ini, menjadikan kita bisa lebih paham soal pemberian luar biasa Allah SWT kepada orang-orang terpilih. Dalam hal ini, yakni hanya kepada Nabi dan Rasul. (Muhafid/R6/HR-Online)