Fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis saat ini sedang jadi bahan perbincangan hangat. Hal ini karena replika hewan tersebut diresmikan di Hotel Grand Dian Bumiayu belum lama ini. Peresmiannya bersamaan dengan replika Kidang Wulung.
Baca Juga: Penemuan Laba-Laba Atrax christenseni, Ukurannya Lebih Besar
Peresmian replika hewan tersebut dilakukan untuk mengedukasi masyarakat. Hal ini lantaran kedua replika hewan tersebut bisa mengenalkan sekaligus melestarikan warisan sejarah alam yang ada di wilayah Brebes Selatan. Upaya ini khususnya menyinggung soal keberadaan fauna purba yang dulunya pernah ada di wilayah tersebut.
Fosil Gajah Sinomastodon Bumiajuensis di Brebes Selatan
Sinomastodon itu sendiri merupakan genus Gomphothere yang sudah mengalami kepunahan dari ordo Proboscidea. Oleh karena itu, fosil hewan tersebut telah jadi bagian penting yang ada dalam sejarah kehidupan purba, khususnya di Brebes Selatan.
Fosilnya sendiri ditemukan di sejumlah singkapan formasi purba. Mulai dari Kecamatan Bumiayu, Bantarkawung dan Tonjong.
Akan tetapi, fosilnya pertama kali terlihat di Brebes Selatan, tepatnya di singkapan formasi purba situs Bumiajuensis. Sebut saja formasi Kalibiuk, Mengger, Kaliglagah dan Gintung.
Pameran di Hotel Grand Dian Bumiayu
Orang yang berjasa dalam membuat rekonstruksi fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis ialah Anton Bimo Waluyo atau Raden Tumenggung Bimodipuro. Ia memang mempunyai gelar kekancingan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Kemudian replikannya dipamerkan tepat di taman Hotel Grand Dian Bumiayu. Hal ini sesuai dengan rekonstruksi fosil dari ahli dan peneliti.
Dengan adanya pameran replika ini, harapannya bisa mengenalkan hewan purba ke masyarakat. Dengan demikian, masyarakat bisa ikut serta melakukan pelestarian fauna purba.
Tujuan ini fokus pada pengunjung tamu hotel maupun masyarakat luas. Hal ini menandakan bahwa replika hewan tersebut memang tak hanya jadi daya tarik visual saja, melainkan juga media edukasi.
Pameran di Museum Nasional Indonesia
Rupanya fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis juga pernah ikut pameran di Museum Nasional Indonesia. Lebih tepatnya bagian rahangnya.
Dalam pameran tersebut, terungkap bahwa fosilnya ditemukan sejak tahun 2016. Penemunya ialah anggota Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis. Dulu yayasan ini terkenal dengan nama kelompok pelestari Buton.
Adanya pameran ini mendapatkan respon dari Wildan. Ia merupakan Ketua Yayasan Pustaka Alam Bumiajuensis dan Kepala Museum Purbakala Bumiayu.
Dengan sepenuh hati, ia mengaku bangga karena koleksi museum lokal terlibat dalam pameran berskala nasional. Ia juga menyebut pameran ini jadi langkah penting untuk mengenalkan kekayaan sejarah maupun geologi lokal ke masyarakat luas.
Bahkan adanya pameran ini tidak hanya memperlihatkan betapa pentingnya situs Bumiayu saja. Akan tetapi, pameran ini juga jadi kesempatan untuk mempromosikan Museum Purbakala Bumiayu.
Baca Juga: Cacing Purba Beracun yang Unik dan Sangat Luar Biasa
Museum tersebut jadi pusat penelitian sekaligus edukasi fosil purba. Hal ini memperlihatkan bahwa pameran fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis memang memberikan banyak manfaat.
Fakta Menarik Sinomastodon Bumiajuensis
Terselenggaranya pameran hewan purba tersebut membuat sejumlah fakta menarik terungkap. Adapun beberapa faktanya yaitu sebagai berikut.
Gajah Purba Tertua
Salah satu faktanya yaitu rupanya hewan ini termasuk gajah purba tertua yang bisa mencapai Pulau Jawa. Hal ini berdasarkan penemuan fosilnya yang ada di lapisan geologi tertua.
Asal-usul Nama Spesies
Fakta menarik selanjutnya yakni asal-usul nama spesiesnya. Hewan ini memiliki nama spesies sesuai dengan lokasi penemuannya.
Tempat penemuan fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis sendiri ada di wilayah Bumiayu. Nama wilayah tersebutlah yang jadi inspirasinya.
Ukuran Lebih Kecil
Sudah bukan rahasia lagi apabila gajah saat ini memiliki ukuran tubuh yang besar. Akan tetapi, hal tersebut tidak terlihat pada Sinomastodon bumiajuensis.
Berbeda dengan gajah sekarang, hewan purba tersebut memiliki ukuran atau bentuk tubuh yang lebih kecil. Bahkan tingginya saja hanya berkisar antara 1,5 m hingga 2 m saja.
Meski ukurannya lebih kecil, bukan berarti tidak menarik untuk diteliti. Rupanya hal tersebut turut jadi salah satu alasan kenapa hewan purba ini begitu mencuri perhatian kalangan ilmuwan untuk menelitinya secara lebih lanjut.
Baca Juga: Fakta Ikan Anglerfish yang Viral Karena Terlihat di Permukaan
Fosil gajah Sinomastodon bumiajuensis nyatanya ada di Pulau Jawa, tepatnya di Brebes Selatan. Untuk menandai sekaligus mengingat penemuannya, fosilnya diabadikan di pameran. Masyarakat khususnya warga di Brebes Selatan sudah semestinya mengenal hewan purba tersebut karena dulu pernah mendiami wilayahnya. (R10/HR-Online)