Kamis, April 24, 2025
BerandaBerita TerbaruDhiraar ibn al-Azwar, Pejuang Terampil dan Gagah

Dhiraar ibn al-Azwar, Pejuang Terampil dan Gagah

Dhiraar ibn al-Azwar yang memiliki nama asli Dhiraar ibn Malik adalah seorang pejuang tangguh dan terampil bahkan sebelum Islam datang. Dalam catatan sejarah Islam, ia turut serta dalam berbagai penaklukan awal umat Muslim di bawah kepemimpinan Panglima Khalid bin Walid.

Baca Juga: Ummu Habibah binti Abu Sufyan, Wanita yang Teguh Pendirian

Ia juga terkenal sebagai sahabat Nabi Muhammad. Penasaran dengan kisahnya? Simak penjelasannya berikut ini!

Kisah Dhiraar ibn al-Azwar, Saudara Pejuang Wanita Terkenal

Dhiraar dikenal oleh sukunya dengan sebutan al-Azwar. Ia adalah saudara dari pejuang wanita legendaris, Khawla binti al-Azwar.

Keberaniannya di medan perang begitu luar biasa hingga tentara Bizantium (Romawi Timur) menjulukinya sebagai “Prajurit Bertelanjang Dada” atau “Sang Juara Bertelanjang Dada” karena kebiasaannya bertarung tanpa baju besi atau pakaian atas.

Dhiraar menjadi sosok yang ditakuti lawan, terutama karena keberhasilannya membunuh tiga lusin komandan musuh serta menjadi juara dalam Pertempuran Ajnadayn. Dalam Pertempuran Yarmuk, ia berperan penting dalam menghalangi mundurnya musuh. Tak hanya itu, pada pengepungan Bahnasa, ia seorang diri berhasil membunuh lebih dari seratus tentara Eksarkat.

Anggota Rashidun

Dhiraar ibn al-Azwar merupakan anggota unit kavaleri elit Rashidun dan populer sebagai spesialis duel dalam pasukan tersebut. Sebagian besar pertempurannya berada di bawah komando jenderal besar Khalid ibn al-Walid, yang sangat mempercayainya dalam berbagai misi penting. Dhiraar berperan dalam Perang Ridda, serta berbagai penaklukan Muslim di Levant, Persia, Afrika Utara, dan Mesir.

Ia berasal dari suku Arab Banu Asad dan merupakan putra dari seorang kepala suku terkemuka, al-Azwar Malik. Dhiraar juga memiliki garis keturunan yang terhormat, sebagai generasi keenam dari Asad bin Khuzaimah, nenek moyang suku Asad, yang berasal dari generasi ketujuh Adnan.

Dhiraar Memeluk Islam

Ia memeluk Islam setelah Peperangan Khandaq, bersama keluarganya yang termasuk golongan pertama dari kaumnya yang menerima Islam.

Menurut Al-Baghawi, Dhiraar menetap di Kufah dan memiliki seribu ekor unta beserta para penggembalanya, menjadikannya seorang yang sangat kaya. Namun, dengan penuh ketakwaan, ia menyerahkan seluruh hartanya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW memuji pengorbanannya dan bersabda bahwa Dhiraar telah meraih keuntungan sejati serta tidak akan pernah merugi.

Jago Berperang

Ia adalah panglima yang berani dan merupakan seorang penyair. Terkenal juga dengan ketangkasan dan kekuatannya semasa berperang. Cukup mendengar namanya saja, para musuh akan takut.

Rasulullah SAW sangat amat menyayangi Dhiraar ibn al-Azwar dan mempercayainya. Oleh sebab itu, ia pernah diutus untuk pergi ke sebagian kabilah-kabilah, termasuk untuk menghentikan serangan daripada Bani Asad.

Keberaniannya membuat para musuh merasa takut. Ia sanggup untuk berbai’ah bersama dengan Ikrimah bin Abu Jahal untuk berani mati di dalam peperangan. Selain itu, juga berani menyerang musuh seorang diri, menekan, hingga melibas musuh kiri dan kanannya tanpa mereka sendiri dapat menghentikan Dhiraar.

Pada suatu ketika, 30 tentara Romawi berusaha mengejar dan membunuh Dhiraar. Namun, dengan keberanian luar biasa, ia melepaskan penyangga dadanya, baju, serta pelindung tubuhnya, agar pergerakannya lebih ringan. Aksi ini membuat pasukan Romawi semakin gentar, hingga mereka menjulukinya “Syaitan yang Telanjang Dadanya”.

Baca Juga: Kisah Rithah Al Hamqa, Perempuan Pemintal Benang Bernasib Pilu Urusan Jodoh 

Kehebatan Dhiraar semakin terbukti ketika ia bertarung sendirian melawan Wardan, seorang pemimpin pasukan Romawi. Dalam duel tersebut, ia berhasil menumbangkan Wardan dan membawa kepalanya sebagai bukti kemenangan, membuat pasukan Muslim bertakbir penuh semangat.

Tak lama setelahnya, seorang panglima Romawi lain datang untuk membalas kematian Wardan. Duel pun terjadi antara Dhiraar dan Bolas, hingga akhirnya pedang Dhiraar menebas leher lawannya, mengakhiri pertarungan dengan kemenangan gemilang.

Ia menyeru Khalid untuk membunuhnya, “Hei Khalid, biar kaulah yang bunuh aku. Jangan ia yang membunuh aku.”

Lantas, Khalid berkata bahwa, “Ialah yang membunuhmu dan membunuh Rom.”

Peperangan Yamamah, yang terjadi pada tahun 12 H, merupakan salah satu pertempuran besar dalam menghadapi golongan murtad. Dalam pertempuran ini, banyak sahabat yang gugur sebagai syuhada.

Pasukan Muslim dipimpin oleh Ikrimah bin Abi Jahal, dan Dhiraar ibn al-Azwar turut serta di dalamnya. Ia bertempur dengan penuh keberanian, bertahan dengan bersungguh-sungguh di atas kedua lututnya, menunjukkan tekadnya yang tak tergoyahkan di medan perang.

Kematian Dhiraar

Terdapat perbedaan pendapat mengenai kematian Dhiraar. Menurut Ibn ‘Abd al-Bar, Dhiraar wafat pada hari Pertempuran Ajnadayn, yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.

Namun, pendapat lain menyebut bahwa ia masih berjuang dalam Perang al-Yamamah. Dalam pertempuran itu, kedua kakinya terputus, tetapi ia tetap bertarung dengan merangkak di atas lututnya. Bahkan, ketika musuh menyerangnya dengan kuda hingga tubuhnya terinjak-injak, ia tetap bertahan.

Meski demikian, ada yang berpendapat bahwa ia tidak langsung gugur dalam pertempuran tersebut dan masih hidup untuk beberapa waktu setelahnya.

Orang Pertama yang Berbai’ah

Di antara para sahabat yang berbai’at untuk berjuang hingga mati dalam Peperangan Yamamah, Ikrimah bin Abi Jahal pernah berkata, “Siapa saja yang sanggup berbai’ah untuk mati, maka Dhiraar adalah orang pertama yang berbai’ah.”

Dhiraar tetap bertahan di Yamamah meski dalam kondisi terluka parah. Ia akhirnya wafat sehari sebelum Khalid ibn al-Walid berangkat untuk melanjutkan ekspedisinya.

Namun, menurut Ibn al-Athir, Dhiraar masih hidup hingga tahun 13 H dan ikut serta dalam Pertempuran Yarmuk.

Baca Juga: Syits bin Adam, Pewaris Cahaya Kenabian

Ada pula riwayat yang menyebut bahwa makam Dhiraar ibn al-Azwar berada di Jordan, terkait dengan Ta’un Amawas yang terjadi pada tahun 18 H. Ia kemudian dimakamkan di Ghur al-Urdun, dan perkampungan di daerah tersebut dinamai berdasarkan namanya sebagai bentuk penghormatan. (R10/HR-Online)

tanaman kakao

Saeful Bachri: Tanaman Kakao Miliki Potensi Besar Dikembangkan di Kabupaten Bandung

harapanrakyat.com – Memiliki nilai ekonomis tinggi dan konservasi lingkungan, tanaman kakao memiliki potensi besar dikembangkan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bahkan, tingginya permintaan kakao...
Skuad Persib Bandung

Konsisten Juara, Ini Rahasia Skuad Persib Bandung ala Bojan Hodak

Persib saat ini masih duduk di puncak klasemen Liga 1 2024/2025. Banyak yang penasaran bagaimana Bojan Hodak melatih skuad Persib Bandung. Pasalnya Hodak sudah...
perkebunan kakao

Tingkatkan Kesejahteraan Petani, DPRD Jawa Barat Dorong Perkebunan Kakao di Kabupaten Bandung

harapanrakyat.com – Anggota DPRD Jawa Barat, Saeful Bachri terus berupaya agar kakao bisa menjadi produk unggulan Jawa Barat. Selain itu, pihaknya pun terus mendorong...
demokrat kabupaten bandung

Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bandung, Saeful Bachri: Kami Ingin Berikan Kebermanfaatan Bagi Masyarakat

harapanrakyat.com – Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Saeful Bachri ingin terus memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat. Bahkan ia juga mengajak semua elemen...
alih fungsi lahan ptpn

DPRD Jawa Barat Sayangkan Soal Adanya Alih Fungsi Lahan PTPN di Pangalengan

harapanrakyat.com – DPRD Jawa Barat menyayangkan adanya temuan terkait alih fungsi lahan PTPN menjadi lahan pertanian di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Meski saat ini lahan...
pertumbuhan ekonomi jawa barat

Anggota DPRD Jawa Barat Ini Berikan Pandangan Soal Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah

harapanrakyat.com  - Laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih rendah, hal itu menjadi salah satu tantangan pemerintah. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi ini...