Ummu Habibah binti Abu Sufyan merupakan wanita yang teguh pendirian. Ia menjadikan agama serta akidah sebagai prioritas utama hidupnya. Ummu Habibah juga termasuk salah satu di antara sembilan istri Nabi Muhammad SAW. Ia menikah dengan Rasulullah dari jarak jauh dan ia juga di antara istri Nabi Saw yang masih hidup ketika beliau wafat.
Baca Juga: Syits bin Adam, Pewaris Cahaya Kenabian
Nasab Ummu Habibah binti Abu Sufyan
Ummu Habibah bernama lengkap Ramlah binti Abi Sufyan Shakhr ibn Harb ibn Umayyah ibn al-Umawiy. Beberapa ulama berpendapat namanya adalah Hindun binti Abu Sufyan. Ia lahir 17 tahun sebelum kenabian atau 25 tahun sebelum hijrah.
Ayahnya bernama Abu Sufyan, seorang pemimpin suku Quraisy dan pemuka kaum kafir hingga fath al-Makkah. Sedangkan sang ibu, Shafiyah binti Abi al-‘Ash bin Umayyah adalah bibi dari Khalifah Utsman bin Affan ra.
Sebelum akhirnya menikah dengan Rasulullah, ‘Ubaidillah bin Jahsy Al-Asadi lebih dulu mempersuntingnya. ‘Ubaidillah bin Jahsy Al-Asadi adalah anak laki-laki bibi Nabi Muhammad SAW sekaligus saudara Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy.
Hijrah ke Habasyah
Ketika berita tentang Islam terdengar oleh Ummu Habibah binti Abu Sufyan, ia langsung menyatakan diri memeluk agama Islam. Terlebih ketika ia tahu bahwa ajaran agama baru ini adalah menyuruh manusia untuk menyembah Allah semata, meninggalkan penyembahan berhala, menganjurkan untuk berakhlak terpuji, dan menghindari segala bentuk kemungkaran.
Ummu Habibah yakin bahwa Islam adalah agama yang baik dan benar. Sayang, sang ayah marah besar usai mengetahui keislaman sang putri.
Berbagai cara Abu Sufyan lakukan untuk mengembalikan putrinya kepada agama nenek moyang. Namun sia-sia, Ummi Habibah memilih kukuh pada akidah tauhid.
Hingga sampai terdengar olehnya berita tentang hijrah, Ummi Habibah bersama sang suami memutuskan untuk hijrah ke Habasyah. Ia dan suami menetap di sana sampai akhirnya lahir seorang putri yang mereka beri nama Habibah.
Keteguhan Ummu Habibah
Tinggal di Habasyah selama beberapa tahun, kaum muslimin memang masih minoritas kala itu. Keadaan tersebut menimbulkan keyakinan di hati ‘Ubaidillah suami Ummu Habibah, bahwa umat Islam memang tidak akan pernah kuat.
Sedikit demi sedikit, ‘Ubaidillah mulai condong lagi pada Nasrani, agama orang Habasyah. Hingga pada suatu malam, Ummu Habibah binti Abu Sufyan bermimpi sang saumi terjatuh ke dalam lautan gelap sehingga membuat kondisi suaminya menjadi sangat buruk.
Ummu Habibah terbangun dari mimpi yang membuatnya takut dan cemas itu, kemudian memberitahukan mimpi tersebut kepada sang suami. ‘Ubaidillah memilih acuh tak acuh dan tetap murtad dari Islam.
Bahkan, beberapa kali ‘Ubaidillah mencoba mengajak Ummu Habibah untuk kembali ke Nasrani. Atas kehendak Allah, Ummu Habibah menolak dan tetap teguh pada iman dan Islamnya.
Ummu Habibah dengan keislaman dan ketakwaannya kepada Allah dan Rasul-Nya tetap tinggal di Habasyah. Ia memasrahkan segala urusannya kepada Sang Maha Kuasa.
Baca Juga: Kisah Nabi Hanzhalah, Penakluk Burung Raksasa Pemakan Hewan dan Manusia
Hingga kemudian kabar kematian sang suami sampai kepadanya. ‘Ubaidillah meninggal dalam keadaan mabuk, sebagai seorang pecandu khamr. Ummu Habibah lagi-lagi tetap bersabar menghadapi kabar duka itu.
Menikah dengan Rasulullah SAW
Usai kematian ‘Ubaidillah, tinggalah Ummu Habibah binti Abu Sufyan dan putrinya di Habasyah. Kisah dan derita tentang Ummu Habibah pun sampai ke telinga Rasulullah.
Hati beliau terketuk dan berniat untuk mempersuntingnya. Rasulullah SAW mengutus ‘Amr bin Umayyah Adh-Dhamri kepada Raja Najasyi dan meminta raja tersebut menikahkan Ummu Habibah untuk Rasulullah.
Putra dari pamannya, Khalid bin Sa’id bin Al-‘Ash bin Umayyah yang menjadi wali nikahnya. Sedangkan raja Najasyi mewakili Rasulullah Saw.
Di antara istri-istri Nabi Saw, yang paling mahal maharnya adalah Ummu Habibah. Maharnya kala itu adalah 400 dinar.
Pernikahan yang termasuk jarak jauh, sebab Ummu Habibah di Habasyah dan Rasulullah di Madinah ini berlangsung pada tahun keenam Hijriyah.
Hikmah Kisah Ummu Habibah
Ummu Habibah binti Abu Sufyan wafat di usia 86 tahun, setelah 33 tahun menjalani kehidupan sepeninggal Rasulullah Saw. Ia wafat di Kota Madinah tahun 44 H, bertepatan ketika masa pemerintahan saudaranya, Muawiyah bin Abu Sufyan.
Ummu Habibah tidak lain merupakan seorang wanita yang patut umat muslim jadikan teladan. Lika-liku perjalanan hidup Ummu Habibah tidak terlepas dari cobaan demi cobaan, namun ia memilih tabah dan bersabar menjalaninya.
Ummu Habibah tegas terhadap kekufuran dan berani menantang kezaliman. Keteguhan iman sungguh kuat dan tetap ia jaga hingga wafat.
Tidak hanya itu, Ummu Habibah juga berkomitmen melaksanakan sunnah Rasulullah Saw hingga akhir hayat. Menjelang wafat, Ummu Habibah memanggil sesama istri Rasulullah untuk meminta maaf dan saling memaafkan kesalahan satu dengan lainnya.
Baca Juga: Kisah Nabi Idris yang Masih Hidup sampai Sekarang, Manusia Pertama yang Bisa Baca dan Tulis
Ummu Habibah binti Abu Sufyan termasuk salah istri Rasulullah Saw yang aktif meriwayatkan hadis. Selain karena istri Nabi, ia juga termasuk perempuan terdahulu yang masuk Islam dan masih hidup lama setelah Rasulullah meninggal dunia. (R10/HR-Online)